12- SERPIHAN KACA

20 15 9
                                    

“Halaman buku itu telah lama selesai, namun masih banyak serpihan kenangan yang tak tertutup rapat.” -Afga.

🎀 HAPPY READING 🎀

“Jadi, hari ini kamu benar-benar menjadi milik aku kan?” Pemuda itu menatap penuh cinta kepada gadis berambut lurus panjang sepaha yang diikat kuncir kuda.

Gadis itu tersenyum manis dengan antusias menganggukkan kepalanya. “Iya! Mulai hari ini aku jadi milik kamu!”

Pemuda itu tersenyum lebar lalu mengangkat tubuh gadis nya sembari berputar-putar. Tawa keduanya terdengar sangat bahagia. “Beruntung banget aku bisa memiliki kamu.”

Gadis itu terkekeh geli “Aku yang sangat sangat beruntung bisa di cintai kami sebesar ini.”

“Kita akan terus bersama kan, Sa? Sampai dewasa nanti dan akhirnya aku punya uang sendiri untuk menikahi kamu.”  pemuda itu berucap seraya menurunkan gadisnya.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk pasti, “Tentu aja, kamu jangan pernah tinggalin aku ya?”

“Nggak akan pernah. Tapi gimana kalau suara hari nanti ternyata kamu yang ninggalin aku?” Pemuda itu menatap cemas tepat di manik mata gadisnya.

“Aku nggak akan pergi ninggalin kamu, Afga.” gadis itu menunjukkan gummy smile yang menjadi ciri khasnya.

Afga mengusap-usap puncak kepala gadis nya penuh sayang. “Kita lewati masa biru-putih, abu-putih, dan selamanya bersama-sama ya?”

“Iya, Afga!”

I love you so much, Alyssa.”

Alyssa tersenyum lembut, “I love you more than, Afga.”

Keduanya mendekatkan wajahnya, hingga akhirnya kedua bibir mereka bertemu. Mengiringi tenggelamnya matahari di danau itu.

🎀

Pyarr!!

Afga meneguk ludahnya kasar ketika tanpa sengaja passing nya malah meleset dan melambung mengenai salah satu jendela kelas hingga kacanya pecah.

Sontak saja Afga dan teman-teman nya ketar-ketir ketika mendapatkan tatapan tajam dari guru olahraga yang bernama Pak Mulyono. Guru yang rambutnya botak di tengah itu membunyikan peluit nyaring.

“AFGA!!” teriaknya nyaring mengalahkan toa pedagang perabotan.

Afga meringis pelan sembari mengusap-usap telinganya yang berdengung. “Ya maaf pak, nggak tau kalau bakal melambung ke sana bola voli nya.”

Pak Mulyono menggelengkan kepalanya pusing dengan kelakuan Afga yang selalu di luar prediksi BMKG --eh di luar prediksi nya. Karena kelas yang jendela nya pecah itu pada berhamburan keluar, akhirnya pak Mulyono menarik paksa tangan Afga menuju kelas tersebut.

Ternyata gedung bahasa, tepat sekali dengan kelas Lentera. Afga sontak saja yang menyadari itu langsung menyugar rambutnya agar tidak berantakan. Ia juga mencium-cium lengannya mengecek apakah bau keringat. Setelah semua aman akhirnya ia berjalan santai mengikuti pak Mulyono tanpa paksaan lagi.

Para murid kelas 11 Bahasa 2 telah keluar dari kelasnya semua. Pak Mulyono terlihat meminta maaf atas keteledoran nya mengajar olahraga kepada guru yang tengah mengajar kelas Lentera. Sedangkan Afga celingak-celinguk mencari Lentera yang tak terlihat. Lantas matanya menangkap seorang gadis berambut pendek yang kemarin pergi ke kantin bersama nya dan Lentera. Afga menghampirinya.

BELIEVE ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang