Angin pagi menyapa halus surai indah milik gadis itu, ia mengusap kelopak matanya yang masih menutup rapat manik indahnya.
Ia menggeliat, meringis dan mengelus punggungnya sendiri. Sedangkan dari balik pintu kamarnya ada Gin yang menunggunya, mengetuk pintu kamar milik perempuan itu. Mendengar dehaman yang berarti persetujuan untuknya masuk kedalam kamar itu.
"kenapa punggung nya?" Tanyanya sembari menempatkan tangannya pada punggung milik sang adik, mengelusnya secara perlahan.
Yang di beri pertanyaan hanya menggelengkan kepalanya, enggan untuk menjawab pertanyaan sang kakak. Sedangkan Gin hanya menghela nafasnya dengan kasar, lalu merapihkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah manis milik Kencia.
"sakit?" Pertanyaan itu akhirnya di jawab dengan anggukan kepala, membuat Gin akhirnya mengerti apa yang sedang dirasakan oleh sang adik.
"salah posisi tidur ini, makanya kalau tidur yang bener." Omelnya, sembari berpindah tempat ke belakang sang adik. Mengelus dan memijat ringan punggungnya.
"gimana mau bener orang aku tidur, kan aku ga ngerti apa apa" Jawaban yang keluar dari bibir itu membuat Gin tertawa, sedangkan sang adik hanya mengusap kembali matanya dan menghela nafasnya kasar.
"capek kak, gak mau sekolah." Keluhnya diiringi dengan Gin yang beranjak dari tempat tidur milik perempuan itu, lalu mengelus surai halus milik Kencia.
"bener? kalau iya ini kakak bilangin papi." Kencia sempat cemberut, merasa bingung akan pilihannya sekali lagi. Namun ia memutuskan untuk tetap pergi ke sekolah, karena ia ingat akan perkataan Key yang bisa saja mami akan marah jika ia bolos sekolah.
. . .
Gadis itu menginjakkan kakinya pada keset selamat datang di depan kelasnya itu, sempat agak terlambat karena saat perjalanan tadi mobil yang ayahnya kendarai di himpit oleh salah satu begal. Namun dengan cepat sang ayah bisa mengatasi hal tersebut hanya dengan keluar dari dalam mobil.
Aksi yang cukup simpel, tapi bisa membuat mereka bungkam seketika.
"tunggu. kenapa telat?" Mendengar perkataan dengan nada yang terkesan dingin dan tajam itu reflek Kencia menoleh, menghentikan langkahnya karena beberapa detik yang lalu ia sempat tak sadar akan kehadiran sang guru.
"maaf Bu, tadi saya kejebak macet." Ungkap gadis itu, Bu guru itu mengangkat salah satu alisnya sebagai gesture tak percaya pada Kencia.
"yang bener? udah 3x kamu terlambat." Kencia sedikit mundur, berusaha menjaga jarak dengan gurunya itu.
"iya, maaf Bu." Ia bisa mendengar helaan nafas yang kasar dan berat itu, ia tahu bahwa hari ini tak akan berjalan dengan lancar.
"panggil nanti ayah kamu ke sekolah, ibu mau bicara." Jawabnya dengan tegas, setelah mendengar itu Kencia merasa agak sedikit panik dan malu. Karena sang guru memberinya sanksi di depan anak kelasnya, ia pun bergegas ke tempat duduknya dan melanjutkan pembelajaran.
Setelah beberapa jam pelajaran ia lalui akhirnya semuanya selesai, perempuan itu menghela nafas dan mengambil radio dari saku rok sekolahnya.
"dede masuk radio.." Ucapnya dengan nada dan suara yang terkesan lemas, semuanya yang mendapat berita itupun menjadi agak sedikit khawatir.
"tumben. kenapa?" Tanya Elya, perempuan bersurai merah itu tahu persis jika adiknya seperti ini berarti dunia sedang tidak baik baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐍𝐎𝐈𝐑, 𝐎𝐍 𝐀𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍.
Fiksi Penggemar𝐓he strongest has comeback to the town, ready for the new life they will continue. Shout out for, 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐍𝐨𝐢𝐫 𝐅𝐚𝐦𝐢𝐥𝐢𝐚. 𝐖ith the new strategy of business and coming back after a biggest downfall, they reach the path of success. Berib...