Rencana Zeline

60 23 17
                                    

"Berat ning, biar saya saja yang membawa kotak itu"

"Tidak usah, gus Abi-kan sudah membawa dua koper."

"Tidak apa ning, sepertinya kotak itu berat. Isinya buku semua, penuh lagi."

Zeline pun tidak menghiraukan ucapan Abian, dia tetap melangkah meninggalkan Abian.

"Awas ada batu ning."

"Aduh."

Zeline hampir terjatuh, untung saja Abian lebih dulu memberi peringatan. Dia pun kembali melangkah tanpa menoleh ke arah belakang. Abian menghentikan langkahnya ketika dia melihat buku milik Zeline terjatuh, dia pun segera mengambilnya.

Kehidupan Zeline judul yang terlihat di sampul buku itu, Zaiden segera menyimpannya dan berancana untuk mengembalikannya nanti.

"Nak Abian, taruh di situ saja kopernya. Terima kasih sudah membantu." Ucap Zahira.

"Kita makan bareng saja di sini." Ujar abah.

Abian tersenyum pada mereka. "Terima kasih atas tawarannya kyai, tapi saya ada jam mengajar. Saya izin pamit, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." Jawab mereka bebarengan.

Mereka pun menyantap makanan yang sudah tertata rapi di meja makan, banyak sekali lauk pauk yang disediakan. Sepertinya memang sengaja disiapkan karena menyambut kedatangan Zeline.

"Nanti Zeline juga ngajar santriwati ya nak, kebetulan ustadzah Hilwa sedang cuti untuk satu minggu ke depan."

Zeline refleks menggeleng.

Zeline berdecih pelan. "Bunda, Zeline masih butuh belajar. Nanti Zeline mau ikut belajar ke madrasah saja."

"Nanti belajar sama gus Abian ya." Sahut umi.

"Jangan berduaan, mending nanti Zeline ikut ke kelas saja. Nanti timbul fitnah." Ujar Zahira sembari mengelus punggung Zeline.

Mereka pun terus mengobrol sampai selesai makan, setelah itu Zeline pergi ke kamarnya untuk membereskan barang-barangnya. Dia mulai menyusun baju dan merapikannya ke dalam lemari, mengambil kotak yang berisi buku untuk disusun di meja samping kasur.

"Buku harian aku mana ya? Kok tidak ada, adanya cuman yang baru, itu pun dari Zaiden. Masa iya gak kebawa?"

Zeline pun terus mencari buku yang dia maksud, dia merasa membawa buku itu. Mengapa sekarang tidak ada?

"Sepertinya tidak terbawa deh, ya sudah lah ada yang baru juga."

Setelah selesai membereskan barang-barang miliknya, dia keluar untuk mencari angin segar. Zeline duduk di gazebo yang terletak tidak jauh dari area ndalem, dia mulai membuka ponselnya. Sedari tadi dia belum membuka ponsel, banyak notif yang masuk. Salah satunya adalah panggilan dari Kila.

"Tumben banget Kila spam, kangen kali ya. Vidio call deh, aku juga kangen sama Kila."

"Assalamualaikum Kila."

"Wa'alaikumsalam, gue kangen banget sama lo."

"Baru satu hari di tinggal, lebay banget sih."

"Woi Zeline, lo beneran pergi ternyata?" Tanya Bastian yang berada di samping Kila.

Kila pun mengarahkan kamera ke Bastian, dan terlihat ada Zaiden di samping Bastian. Namun, Zaiden tidak melirik ke arah kamera sedikit pun. Senyuman Zeline langsung pudar saat itu juga, dia terus kepikiran dengan Zaiden.

"Lo gak mau kerja bareng kita?" Tanya Bastian memastikan Zeline.

Tak ada jawaban dari Zeline, dia hanya terdiam. Pandangan matanya terus tertuju pada Zaiden yang terlihat sedang fokus menatap layar laptop.

Terjebak di zona nyaman [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang