Perhatian kecil

51 30 6
                                    

𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬! 𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐥𝐮𝐫𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐲𝐩𝐨 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐩𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 𝐝𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚. 𝐃𝐢 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐜𝐞𝐭 𝐭𝐨𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬!

 𝐃𝐢 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐜𝐞𝐭 𝐭𝐨𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zel, bangun. Solat subuh dulu."

Zahira membangunkan Zeline yang kini masih tertidur. Tidak biasanya Zeline masih tertidur saat subuh, biasanya ia pasti akan terbangun sendiri dan bergegas mandi.

"Badan kamu anget Zel, solat dulu. Nanti bunda kompres."

"Wudhu pake air hanget aja Zel." Zeline mengangguk paham.

Zahira masih menunggu Zeline keluar dari kamar mandi, ia membereskan kasur Zeline yang masih berantakan. Dia menemukan kartu yang terdapat foto Rayyan di meja belajarnya, Zahira terdiam dan mengambil
kartu tersebut.

Setelah melaksanakan kewajibannya, Zeline kembali terbaring di atas ranjangnya. Ia teringat pada Rayyan yang memberikan kartu namanya. Zeline langsung mencari, di mana ia menyimpannya. Tanpa Zeline ketahui, kartu nama milik Rayyan sudah diambil oleh sang bunda.

"Duh, di mana ya aku nyimpen?" Zeline bermonolog.

"Perasaan, aku taruh di atas meja ini deh. Kok, gak ada ya?"

Zeline menyerah, ia kembali beranjak di atas ranjang. Kepalanya sudah sangat pusing untuk mencari kartu nama tersebut, kini kepalanya seperti ada beban yang sedang menimpa.

"Zel." Sapa Zahira sambari membawa kompres untuknya.

"Bunda kompres ya, biar turun panasnya. Nanti bunda beliin bubur, baru siangnya ke dokter."

"Gak, gak mau ke dokter."

"Zel, kamu itu seperti anak kecil aja."

"Gak usah bund, panas doang. Nanti juga sembuh."

Zahira hanya menurut apa kata Zeline, ia mulai mengompres Zeline dengan hati-hati sampai Zeline kembali terlelap. Zahira pergi keluar untuk membeli bubur di taman, setiap pagi tukang bubur itu pasti berhenti di taman.

Baru di depan rumahnya, ia bertemu dengan tetangga barunya. Ya, Zaiden yang kini menjadi tetangga Zeline. "Eh, Zaiden ya." Sapa Zahira dengan ramah.

"Pagi bu, mau kemana?" Tanya Zaiden basa-basi.

Terjebak di zona nyaman [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang