Khawatirnya Zeline

52 26 0
                                    

𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬! 𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐲𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐚𝐥𝐮𝐫𝐧𝐲𝐚, 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐭𝐨𝐤𝐨𝐡𝐧𝐲𝐚. 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐦𝐚𝐚𝐟 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐲𝐩𝐨 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐫𝐚𝐩𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐚𝐝𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 𝐝𝐢 𝐝𝐮𝐧𝐢𝐚. 𝐃𝐢 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐜𝐞𝐭 𝐭𝐨𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬!

 𝐃𝐢 𝐦𝐨𝐡𝐨𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐧𝐜𝐞𝐭 𝐭𝐨𝐦𝐛𝐨𝐥 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛, 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bapak di rumah sakit, kena serangan jantung." Jawab Bi Diyah dengan suara tahan tangis.

Bagai petir menyambar Zaiden di siang hari, hati Zaiden seperti tertimpa hujan dengan petir yang menyambar. Zaiden hanya terdiam, dia tak sanggup mengatakan apapun, air matanya pun tak sanggup turun.

Bastian langsung mengambil ponsel di tangan Zaiden. "Bi, kirim alamat rumah sakitnya, sekarang. Kita pulang hari ini juga."

Bastian mematikan sambungan telepon sepihak, dia tak mau bertele-tele. Bastian pun menyuruh Zaiden untuk duduk terlebih dahulu, dia mengambil air putih di dapur Zeline.

"Zaiden kenapa, Bas?" Tanya Zeline dengan penasaran.

Bastian tak menjawab ucapan Zeline, dia sibuk mengambil air minum, dan memberikannya pada Zaiden. Kila dan juga Zeline pun tak melanjutkan makan, mereka menghampiri Zaiden yang tengah duduk dengan pandangan kosong.

"Minum dulu, Zai." Bastian memberikan segelas air putih pada Zaiden.

"Pulang sekarang, Bas." Zaiden tak menerima segalas air putih, dia langsung beranjak pergi meninggalkan mereka.

"Ayah Zaiden di rumah sakit, serangan jantung, kita mau balik sekarang." Bastian menjelaskan pada Kila dan Zeline.

Mereka pun pergi menyusul ke rumah Zaiden. Terlihat Zaiden yang sudah mengunci pintu rumah, dia langsung naik ke mobil tanpa ada kata yang terucap. Bastian segera menyusul Zaiden, dia ikut bersamanya sekarang.

Mobil Zaiden pun sudah tak ada di pandangan mereka, Zeline duduk di teras rumah Zaiden diikuti juga dengan Kila yang kini duduk di sampingnya.

"Udah Zel, jangan panik. Kita doa aja di sini, buat kesehatan ayah Zaiden." Ucap Kila yang tak di gubris Zeline.

Zeline terdiam menatap fokus ke satu pandangan saja, dia merasa bersalah saat ini, sudah bersikap tak menyenangkan bagi Zaiden.

Dia meraih ponselnya, mengetik sebuah pesan yang akan dikirim ke Bastian.

"Tolong kabarin keadaan Zaiden dan juga ayahnya."

Satu pesan berhasil ke kirim pada Bastian, dia berharap ada kabar baik menantinya.

Terjebak di zona nyaman [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang