Kembali berbeda

39 22 1
                                    

Zaiden hanya bisa terdiam tak mengatakan apapun lagi, Zeline pun terus menenangkannya sembari mengelus lembut kedua bahunya, seakan memberi semangat padanya.

"Allah sayang sama ayah kamu Zaiden, ayah kamu sudah tidak sakit lagi. Ikhlas, jangan memberatkan ayah kamu." Ucap Zeline menengkan Zaiden dengan tatapan yang teduh.

Para suster sibuk mengurus jenazah Bashir, Zaiden dan Zeline pun keluar dari ruangan. Kila dan Bastian setia menunggu di depan ICU, tampaknya mereka sudah mengetahui ini, terlihat dari kedua wajahnya yang lesu.

"Udah biarin mereka berdua dulu." Bisik Kila pada Bastian yang masih terdengar di telinga Zeline.

"Zaiden, kamu gak sendiri, ada kita dan ada Allah juga yang lebih tau takdir kamu kedepannya itu seperti apa."

Zaiden langsung memeluk Zeline dengan erat, Dia kaget dan terdiam seakan tak percaya dengan sikap Zaiden saat ini. Memeluknya secara tiba-tiba? Zeline, tenangkan detak jantungmu, jangan sampai ketahuan Zaiden, saat ini detak jantungmu berdebar kencang.

 Memeluknya secara tiba-tiba? Zeline, tenangkan detak jantungmu, jangan sampai ketahuan Zaiden, saat ini detak jantungmu berdebar kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(AAAKKK LUCU BGT LOH)

Kila dan Bastian pun saling tatap, mereka tak kalah kaget dengan sikap Zaiden. Bisa-bisanya bilang tak punya perasaan pada Zeline, eh malah peluk.

"Ayah gak bisa lihat aku wisuda Zel, siapa yang datang nanti?"

"Ada bunda, Zaiden. Bunda pasti mau, nanti bunda yang gantikan ayah kamu. Pasti juga ayah kamu bangga sekali, anak semata wayangnya bisa sarjana, apalagi mau gantikan posisi ayahnya."

"Terima kasih Zel, kamu hadir saat ini."

Zeline hanya mengangguk dan mengelus punggung Zaiden. Akhirnya, usaha dia membuatnya tersenyum berhasil.

"Bantu aku buat ikhlas Zel."

"Pasti. Kamu harus ikhlas, aku tau kamu kuat Zaiden, kamu gak pantang menyerah."

Zaiden mengangguk paham, benar kata Zeline. Dia harus ikhlas, menangis pun tak ada gunanya, tak bisa menghidupkan kembali sang ayah. Kini, Zaiden sudah terlihat sedikit tenang dari pada sebelumnya. Zeline pun terasa lega melihat Zaiden yang sudah mulai ikhlas.

"Aku tinggal sebentar ya." Ucap Zeline.

"Mau kemana?" Tanya Kila.

Zeline mendekat pada Kila. "Aku mau kabarin bunda soal ini Kil, jangan beri tau Zaiden." Bisiknya, Kila pun hanya mengangguk paham.

Zeline melangkah menjauh dari mereka, dan dia pun segera mengambil ponselnya.

"Assalamualaikum, bunda." Sapa Zeline dibalik telepon.

"Wa'alaikumsalam, apa kabar Zel? Kok baru telepon bunda?" Tanya Zahira dengan nada sedikit kesal.

"Alhamdulillah baik, bunda sendiri gimana di sana?"

"Baik Zel, acaranya juga berjalan lancar. Kamu nanti habis wisuda ke pesantren ya, ada yang cari kamu terus loh." Sahut Zahira dengan nada bercanda.

Terjebak di zona nyaman [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang