12 - Makan malam bersama

7 2 0
                                    

"Jangan terlalu menggantungkan kebahagiaan dan kepercayaan pada orang lain melebihi diri sendiri. Jika hal itu terjadi maka bersiaplah untuk menghadapi kecewa yang luar biasa."

°°°°°

Malam ini Airena mengendarai motornya menuju fotokopi. Dalam perjalanan, pikirannya masih memikirkan insiden tadi sore dimana Dhafin kelihatan marah padanya. Airena benci dengan pikirannya saat ini karena terus memikirkan kemarahan Dhafin padanya, namun apalah daya Airena pun tidak bisa menghentikan itu.

Airena berdecak kesal karena fotokopi yang dekat rumahnya tutup, mengharuskan ia mencari tempat fotokopi yang lain. Seharusnya tadi sepulang sekolah ia mampir ke fotokopi, begitulah niatnya sebelum berangkat sekolah tadi pagi. Namun karena hal yang tidak ia duga, membuat dirinya lupa alhasil sekarang ia harus menyambangi fotokopi yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.

Setelah menghabiskan waktu lima belas menit, Airena pun sampai di tempat fotokopi. Gadis itu langsung saja turun dari motornya. Namun pandangannya tak sengaja menangkap pasangan yang sempat ia lihat di taman tempo lalu.

Ya, pasangan itu adalah Bella dan Kavin. Mereka berdua sedang duduk di luar minimarket.

Namun bukan itu yang menjadi fokus Airena, tapi Kavin yang menatapnya intens padahal dengan jelas kalau Bella sedang mengajaknya berbicara.

Airena risih dengan tatapan Kavin itu. Menurutnya tidak pantas saat pemuda itu sedang bersama kekasihnya malah melihat perempuan lain dan lebih parahnya ia sama sekali tidak menyahuti ucapan Bella yang sedang berbicara dengan pemuda itu.

Airena langsung membuang wajahnya dan melanjutkan niatnya menuju fotokopi. Ia pun mengucapkan barang yang ingin dia beli kepada sang penjual. Namun dengan tiba-tiba ada yang berdiri di sampingnya.

Airena yang kaget langsung memegangi dadanya dan menengok untuk melihat si pelaku. Matanya membola saat tahu yang membuatnya kaget adalah Dhafin.

Ngapain dia kesini?, batin nya heran.

Airena tidak mengeluarkan satu kata pun, ia malah membuang mukanya kembali menatap sang penjual.

"Ngapain lo disini?" pertanyaan Dhafin yang malas sekali Airena jawab.

Airena masih menutup mulutnya, enggan menjawab pertanyaan Dhafin yang menurutnya tidak berbobot sama sekali.

Dhafin yang ucapannya tidak dihiraukan oleh Airena merasa kesal. "Bisu mulut lo sampai nggak bisa jawab?"

Airena menarik napas lalu menengok kembali kearah Dhafin. "Pertanyaan lo nggak berguna untuk gue jawab. Tanpa gue jawab pun lo tau kalau gue kesini buat apa, nggak mungkin beli cabe."

Sedetik setelah Airena berucap seperti itu, penjual fotokopi tersebut memberikan barang yang diinginkan Airena. Tanpa mau berlama-lama lagi, Airena langsung memberi uang pas dan pergi dari situ.

Dhafin langsung mengikuti Airena dari belakang membuat gadis itu menghentikan langkahnya.

"Ngapain ngikutin gue?" tanya Airena tanpa memutar tubuhnya.

Dhafin berjalan mendekat agar berada di sisi Airena. "Geer banget lo jadi cewek. Orang mau ke motor gue" jawabnya sambil menunjuk keberadaan motornya yang ada persis di samping motor Airena.

Airena menahan malu karena ucapanya tadi, ternyata ia salah sangka. Gadis itu pun tidak menyahuti ucapan Dhafin dan langsung menaiki motornya meninggalkan tempat fotokopi itu.

Namun di perjalanan Airena merasa aneh, saat ia mengecek kaca spion motornya ia melihat motor Dhafin yang terlihat jelas membuntuti nya. Airena pun langsung menepi dan mematikan motornya. Disaat yang bersamaan, Dhafin pun menghentikan motornya di belakang motor Airena.

Lalu, aku ini siapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang