MdLK 11 - Khitbah Rahasia

95 37 23
                                    

Assalamualaikum...
بسم الله الر حمن الر حيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
(Allâhumma shalli 'alâ Muhammadin wa 'alâ âli Muhammad)

Gimana kabarnya?! Semoga sehat selalu ya✨❤️
Kalau ada typo atau kesalahan lain tandain ya biar mine koreksi..

WELCOME TO DIVA & ALFATH STORY

Read SH first for best experience

Jangan lupa follow sama vote ya

Happy reading💙

***

Alfath memerlukan dua puluh menit untuk sampai di pondok dengan mobil yang ia bawa. Bukan jalanan macet atau kendala lain, ia hanya ingin membawa mobil dengan santai tanpa terburu-buru.

Berbeda dengan sebelum menaiki mobil, sekarang Diva merasa lebih canggung. Tidak tahu apa alasannya, entah karena ada Allyn yang membuatnya malu. Atau mungkin energinya sudah ia habiskan saat di markas SCLC. Tidak ada yang tahu bahkan Diva sendiri.

Ketidaknyamanan itu membuat Diva langsung turun dari mobil setelah kendaraan itu berhenti. jantungnya berdetak tak karuan bagai telah dikejar anjing tetangga. Diva berusaha menepis semua pikiran aneh yang senang sekali bersarang pada otak dan hatinya. Diva yakin, ini hanyalah keterlambatan sinkron hati dengan otaknya. Bukan karena alasan khusus atau alasan tak logis lainnya.

Alfath menyadari semua tingkah laku Diva yang tidak menerima kenyataan apa yang dia alami. Alfath merasakan itu sebelum menyadari perasaannya pada Diva. Oleh karena itu, melihat Diva mudah sekali ditebak, benar-benar persis saat hati dan pikirannya menolak kenyataan tersebut.

Ada tujuan lain yang Allyn tidak tahu. Itulah sebab Alfath sama sekali belum memutuskan untuk pulang. Alfath rasa ini adalah waktu yang tepat baginya. Apapun hasilnya nanti ia akan berusaha menerimanya dengan lapang.

"A', kalo mau ada keperluan gue mau pulang duluan, kasian Kaizen ditinggal kelamaan," ucap Allyn mengingatan. Allyn yakin, jika dirinya tidak mengingatkan Alfath mungkin saja mereka akan sampai petang berada di sini.

Netranya menyipit mendengar pernyatan Diva. "Gue inget sama Kaizen, mumpung lagi di sini. Gue gak tau kapan lagi bakalan ke sini, gue udah berhenti ngisi kajian di sini," terang Alfath. Tangannya meraih tangan Allyn untuk pergi dari tempat kaki mereka berpijak.

"A', mau ke ndalem ngapain? Lu gak takut ngeganggu apa?" tanya Allyn heran. Ternyata yang lebih membuatnya heran lagi, saat Alfath salam dan memasuki ndalem. Semuanya menyambut Alfath dengan baik, seperti yang sudah direncanakan. 

Salamah, Bahruddin, bahkan sepasang pengantin baru yaitu Rizki dan Khaina ada di sana. Apa mungkin sudah kembali dari rumah sakit? Ada gerangan apa sebenarnya ini, jika ini acara pertemuan keluarga, mengapa tidak ada Diva di sini?

Alfath dan Allyn sudah dipersilakan untuk duduk oleh tuan rumah yang tak lain dan tak bukan adalah Bahruddin. Suasana di sana mendadak tegang, Allyn yang tidak tahu apa yang terjadi saja dapat merasakan hal yang serupa. Alfath ini meskipun kakak kembarnya ia rasa Alfath masih menjadi sosok misterius yang tak dapat ditebak. 

Hidung Alfath terlihat menghirup napas berat sebelum memulai berbicara. "Abah, Ummi, semuanya yang ada di sini. Maaf mungkin ini terkesan dadakan, memang Alfath akui ini sangat dadakan. Tapi alangkah baiknya jika semuanya dipercepat dan diperjelas," papar Alfath sepenuh hati.

Awalnya Allyn biasa saja mendengar pernyataan Alfath. Namun, semakin kemari bahasanya semakin lembut. Ini adalah moment yang sangat langka, dirinya yang hidup bersama sejak dalam kandungan saja tidak diperlakukan Alfath seperti itu. Allyn semakin geram dengan Alfath yang tak kunjung melanjutkan inti tujuan Alfath mengunjungi mereka.

"Alfath berniat untuk melamar putri bungsu, Abah. Mungkin jika dijelaskan secara rinci gak akan tersampaikan jelas maksud Alfath kemari. Alfath mau menghindari hal-hal yang gak mau itu terjadi dan merugikan orang lain." Semua yang Alfath utarakan benar-benar tulus dari lubuk hatinya, bukan hanya sekedar omongan ataupun janji semata. Alfath telah membuktikan dirinya sebagai gentleman. 

Bahruddin dan Salamah hampir saja tak percaya dengan tujuan Alfath kemari, berbeda dengan Rizki yang biasa saja katena nyatanya ia sudah mengetahui niat Alfath sebelumnya. Allyn, menjadi orang terkaget dengan ucapan Alfath. Namun, Allyn tutupi agar tidak membuatnya atau Alfath malu. Ternyata perbincangan Rizki dengan Alfath saat itu ia buktikan tanpa banyak bicara.

"Kalau begitu, biar Ummi panggilin Diva dulu, ya, buat jawabannya. Nak Alfath tunggu di sini sebentar," pinta Salamah. Saat Salamah hendak berdiri, Rizki menahan lembut sang ibu, memberikan isyarat bahwa semuanya tidak perlu Salamah lakukan.

"Alfath rasa, itu semua gak perlu, Ummi. Alfath hanya butuh jawaban restu dari kalian. Alfath gak mau mengganggu pendidikan Diva, untuk jawaban dari Diva, Alfath nanti Alfath tunggu setelah kelulusan Diva," jelas Alfath berusaha menetralkan wajahnya. Rizki selalu memberi isyarat dengan menatapnya tajam.

"Kalau dari abah pribadi, siapapun yang menjadi suami Diva kelak abah akan merestuinya. Yang terpenting Diva setuju dan pastinya calon suaminya kelak harus baik agamanya. Semarah apapun jangan sampai bermain tangan, jangan sampai membentak anak abah, cukup diam saja. Jika sampai terbukti tidak memenuhi permintaan abah itu, abah mau Diva dikembalikan dengan baik tanpa mencemari nama Diva atapun suaminya nanti."

Alfath merasa ia sanggup dengan apa yang Bahruddin minta. Akan Tetapi, Alfath lebih memilih untuk menjawabnya nanti saja jika sudah saatnya. Baiklah, tugas pertamanya sudah selesai. Sekarang saatnya menunggu panggilan kedua datang untuknya.

*

Pilihan Diva untuk tidak mengunjungi ndalem ternyata membuahkan hasil, bahkan tanpa sepengetahuan dirinya. Hari ini cukup melelahkan bagi dirinya, moodnya semudah itu untuk berubah-ubah. Semenjak mengenal Alfath, ia merasakan hal ini berulang kali. 

Tubuhnya ia rebahkan di atas ranjang, beberapa jemarinya bertugas memijat pelipisnya. Semakin dewasa hidupnya semakin rumit, banyak yang harus ia hadapi padahal belum ia pahami. Dewasa baginya bagai dipaksa memahami hal sulit dan memecahkannya sendiri.

Cinta, emangnya itu nyata, ya? batin Diva keheranan. Selama hidupnya Diva belum pernah memahami makna cinta yang sesungguhnya. Kasih sayang, itulah yang ia ketahui dulu.

Tangannya bergerak meraih ponsel milik Zella yang tak sengaja ditinggal. Tujuannya sekarang adalah google. Mencari tahu gejala yang ia rasakan akhir-akhir ini apakah benar-benar bagian dari cinta?

"Jantung berdebar, senang gak jelas, sering muji," guman Diva membaca satu persatu. Diva kembali membaca ulang yang ia cari di google. Ternyata, ia merasakan salah satunya, ia pernah memuji Alfath. Namun, Diva yakin itu bukan termasuk jatuh cinta. 

*

Kembar beda perasaan atau bagai tak memiliki ikatan batin itu sudah sampai di Rumah mereka. Alfath mengajak Allyn untuk pulang ke Jakarta, bukan markasnya lagi. Alfath baru saja ingat ia hanya mengabari orangtuanya lewat telepon bahwa dirinya akan melamar seseorang. Awalnya Allyn ingin menolak karena Kaizan yang tengah sakit. Alfath meminta dirinya untuk tidak terlalu khawatir, Kaizen sudah ia titipkan kepada Zesha dan Rizki. Itulah mengapa Allyn tidak menolak permintaan Alfath.

"A', bunda udah dikabarin kalo kita ke Jakarta hari ini?" tanya Allyn.

"Udah, makanya sekarang langsung berangkat, biar gak lama juga!" seru Alfath memberi kode agar segera masuk.

"A', nanti kita pulang lagi ke sini, kan?" 

"Gak pasti kapan, yang pasti sebelum keluarga kasih keputusan tentang hal tadi," ujar Alfath.

#ToBeContinue

Malam Di Langit Kairo [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang