MdLK 19 - Milikmu Seutuhnya

89 32 23
                                    

Assalamualaikum...
بسم الله الر حمن الر حيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
(Allâhumma shalli 'alâ Muhammadin wa 'alâ âli Muhammad)

Gimana kabarnya?! Semoga sehat selalu ya✨❤️
Kalau ada typo atau kesalahan lain tandain ya biar mine koreksi..

WELCOME TO DIVA & ALFATH STORY

Read SH first for best experience

Jangan lupa follow sama vote ya

Happy reading💙

***


"Siap-siap, nanti agak siangan kita berangkat."

Diva sangat antusias ketika Alfath memberitahunya bahwa Alfath akan mengajaknya ke suatu tempat. Tidak jauh, masih daerah di sini. Namun, tetap saja Diva merasa senang. Jiwanya yang suka jalan-jalan tidak akan mungkin menolak tawaran itu.

Mereka sebenarnya belum benar-benar dekat. Namanya usaha pasti dilakukan Alfath agar pernikahannya berjalan dengan semestinya.

Alfath masih belum pulang semenjak Alkhaz meminta suaminya itu untuk ikut visit. Diva menerima informasi sekaligus perintah dari Alfath lewat telepon, agar saat Alfath kembali Diva sudah siap dan tidak perlu menunggu lama.

Tidak ada pikiran aneh atau pertanyaan apapun yang terlintas di pikiran Diva saat ini. Padahal Alfath memerintahkannya untuk merapikan juga pakaian yang ia ambil dari pesantren. Yang Diva pikirkan mungkin mereka akan langsung ke rumah milik Alfath setelah itu.

Jari lentik milik Diva menarik resleting koper sehingga tertutup tak ada celah. Semuanya sudah siap, tinggal menunggu kedatangan Alfath untuk menjemput Diva.

Terkadang Diva merasa ini hanyalah mimpi belaka. Menikah di usia muda tidak termasuk dari wishlist hidupnya. Kehidupannya yang sekarang juga bukan hal yang harus disesali. Masih saja tak menyangka dirinya akan menikah secepat itu dengan gus di pesantren abahnya sendiri.

Sesuai janji Alfath di telpon tadi, bahwa Diva hanya perlu menunggu di depan markas sekitar 15 menit. Ternyata Alfath berbohong, belum 15 menit lelaki itu tampaknya sudah sampai. Kebohongan yang membuat Diva senang, bukan bohong sebenarnya, Alfath yang ternyata terlalu cepat datang kemari.

Alfath baru keluar dari mobil dan menutup pintu dengan tenang. Ia melangkah ke arah markas yang ada di depannya, memperhatikan sekeliling dengan cermat. Suasana di sekitarnya tampak sepi tak terlalu ramai, tetapi ia tetap fokus pada tujuannya. Sesampainya di markas, Alfath langsung mendekati Diva yang sedang menunggu di dekat pintu masuk.

"Kenapa di bawa sampe sini kopernya? Kan, udah saya bilang nanti aja saya yang bawa, kenapa masih ngeyel, hmm?" tanya Alfath menatap Diva dengan barang-barang yang ada di sekelilingnya.

Seutas senyuman manis di balik cadar, itulah yang Diva berikan sebagai respon. "Lagian itu gak berat kok, Gus, gak baik minta tolong ke orang lain kalo kitanya masih mampu," jawab Diva.

Alfath mulai menarik koper itu ke dalam genggamannya. "Siapa yang minta tolong, kan, saya yang ngambil nya juga."

Diva terkekeh dengan tingkah laku Alfath. Ia mulai mengikuti suaminya itu yang mulai mendekat ke arah mobil. Seperti kemarin, Alfath membukakan pintu mobil untuknya. Bedanya hari ini Diva masuk mobil bukan keluar.

Setelah di rasa Diva sudah siap begitu pula dirinya yang menyetir. Dengan hati-hati, dia memasukkan kunci ke dalam kontak dan memutar. Suara mesin mulai berdengung lembut, memecah keheningan diantara keduanya. Alfath kemudian meraih pad mobilnya dan menekan tombol untuk memajukan kendaraan. Perlahan, mobil bergerak maju, meluncur keluar dari halaman dengan lancar. Setiap langkah terasa mulus, seolah mesin mobil memahami keinginan Alfath untuk mengajak wanita spesialnya jalan-jalan.

Alfath ternyata mengajaknya ke penginapan di Bandung. Penginapan yang sepertinya sudah ia booking atau entah bagaimana. Yang jelas, hanya mereka yang menjadi pengunjung penginapan itu.

Diva yang setelah sekian lama tidak merasakan hal ini sangat senang, walaupun hanya menempuh jarak yang cukup dekat. Itu tidak menjadi masalah baginya, effort Alfath mengajaknya kemari saja sudah cukup bagi Diva.

Alfath membiarkan Diva bermain bagai anak kecil yang baru saja dilepas ke dunia luar. Terkesan aneh. Namun, Alfath menyukainya. Melihat senyuman Diva yang tampak dari matanya itu sangat membuat hatinya berbunga-bunga.

Diva menghampiri Alfath yang duduk di pojokan. Aneh rasanya sejak tadi ia hanya ditatap seperti itu oleh Alfath. Mungkin karena tidak terbiasa bahkan tidak ada yang berani menatapnya sedalam itu sebelumnya. Sekarang rasanya mendadak aneh.

"Gus, natapnya jangan gitu dong, takut jadinya," keluh Diva.

Alfath menyudahi tatapannya pada Diva. Lagi-lagi hanya senyuman yang menjadi awal dari permintaan Diva. "Biasain dong, kan, sekarang udah halal. Tatapan nya juga bukan yang nimbulin dosa, gak usah takut!"

Diva mengangguk mengerti tidak melawan. Apa yang Alfath katakan memang benar, tidak salah bila Alfath menatapnya. Namun, itu tidak akan aman bagi kesehatan jantung dan mental nya. Setiap hari melihat tatapan maut dari Alfath. Siapa yang tidak tremor?

"Diva, If I ask for my rights tonight, you can, right, darling?"

Tsm, 17 sept 24

#ToBeContinue

apa apa, sudah ah tidak boleh!!

bay bay!

Malam Di Langit Kairo [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang