MdLK 17 - Cuma Berdua?

75 25 15
                                    

Assalamualaikum...
بسم الله الر حمن الر حيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ
(Allâhumma shalli 'alâ Muhammadin wa 'alâ âli Muhammad)

Gimana kabarnya?! Semoga sehat selalu ya✨❤️
Kalau ada typo atau kesalahan lain tandain ya biar mine koreksi..

WELCOME TO DIVA & ALFATH STORY

Read SH first for best experience

Jangan lupa follow sama vote ya

Happy reading💙

***

Tidak ada yang menyangka, tidur seranjang dengan pasangan halal itu nyatanya membuat mereka terlarut tanpa sadar. Padahal sebelumnya mereka saling menolak satu sama lain untuk tidur se ranjang.

Nyaman, sudah lama Diva tak merasakan hal seperti itu lagi. Semenjak dirinya semakin beranjak dewasa semakin jarang ia merasakan sentuhan hangat dari Salamah.

"Div, tau gak?" tanya Alfath.

"Nggak, Gus, orang belum ngomong juga."

"Ya, saya juga belum beres ngomongnya, Cantik."

Senyuman terlukis di bibir Alfath, senyuman kekesalan lebih tepatnya. Diva ini ternyata orang yang tingkat kesabarannya perlu dilatih kembali. Untung saja menikah dengan dirinya yang sesabar ini.

"Yaudah, apa, Gus, aku juga jadinya penasaran," aku Diva.

"Awalnya saya mau bawa kamu ke suatu tempat yang gak mungkin kamu gak suka. Tapi, kayaknya nanti aja deh."

"Gus, mau ajak aku ke mana?" tanya Diva penasaran.

"Kenapa gak jadi, ayo, sekarang aja!" ajak Diva.

Alfath menggeleng pelan. "Nggak, Diva."

Diva merasa sedikit kecewa, tapi ia cepat-cepat mencoba mengalihkan obrolan."Oke deh, Gus. Ngomong-ngomong, ada hal lain yang aku kepo. Aku penasaran, kamu mau nikah sama Diva itu kenapa sih? Diva kan baru lulus, baru banget."

Alfath tampak terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Ia menatap Diva dengan tatapan penuh perhatian, seolah memikirkan jawaban yang tepat."Hmm, kamu mau saya kasih alasan apa?"

Diva tidak sabar dengan jawaban yang berputar-putar."Ya dijawab aja, Gus. Jangan malah nanya balik, dong. Aku kan nanya."

Alfath menarik napas panjang, mencoba merumuskan kata-kata yang pas."Sebenarnya, nggak ada alasan pasti kenapa saya mau nikahin kamu di saat baru lulus. Tapi yang jelas, saya ingin menghalalkan kamu lebih cepat agar semuanya jadi lebih mudah. Melihatmu setelah menikah, itu akan menambah pahala, beda rasanya dibandingkan kalau saya hanya melihatmu sebelum halal."

Diva mendengar jawaban Alfath dan merasa sedikit salah tingkah. Perasaannya campur aduk antara malu dan bahagia. Ia bisa merasakan betapa seriusnya komitmen yang ditawarkan Alfath, dan hal itu membuat hatinya bergetar.

"Gus..." Diva mulai menggerakkan jari-jarinya di atas kasur, merasa canggung."Gus... kamu itu bikin Diva jadi malu."

Alfath tersenyum lembut."Kenapa malu? Ini semua dari hati saya, Diva. Saya cuma ingin kamu tahu betapa berartinya kamu buat saya."

Diva merutuk lembut sambil menundukkan wajahnya. Ia merasa tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya."Ya, tapi... kenapa harus ngomong gitu sih? Kamu bikin Diva jadi... bingung sendiri."

Alfath tertawa kecil, menatap Diva dengan tatapan penuh kasih sayang."Ya sudah, kalau kamu bingung, kita bisa ngobrol tentang hal lain. Ada yang mau kamu bahas?"

Diva mengangguk sambil tersenyum malu."Iya, deh. Ada deh. Tapi, kan, kita udah ngomongin rencana hari ini, dan kenapa itu batal. Sekarang... ngomongin apa, ya? Eh, Gus, kamu masih ingat nggak waktu kita pertama kali ketemu?"

Alfath terdiam sejenak, lalu tertawa ringan. "Tentu saja, saya ingat. Waktu itu, kita bertemu di acara kampus, kamu ikut buat ngerayain wisuda rizki, dan kamu jadi titik penasaran saya karena sifat lemah lembut mu."

Diva tertawa kecil, merasa lebih nyaman dengan topik obrolan yang lebih ringan."Iya, aku inget, waktu itu aku bener-bener nggak nyangka bisa ketemu, Gus. Dan sekarang, Gus, udah ada di sini, di samping aku."

"Waktu berlalu cepat, ya," ujar Alfath.

"Tapi saya senang bisa berada di sini bersamamu. Momen-momen kayak gini bikin saya ngerasa semua keputusan yang diambil itu tepat."

Diva tersenyum lembut. "Aku juga senang. Terima kasih, Gus. Kadang, aku masih ngerasa kayak mimpi."

Mereka berdua kemudian melanjutkan obrolan dengan penuh kehangatan, beralih dari topik yang awalnya bikin canggung menjadi percakapan penuh rasa. Kamar itu, yang awalnya dipenuhi dengan rasa penasaran dan keraguan, kini terasa lebih ceria dan penuh cinta.

Ternyata tidak terlalu sulit untuk

Tsm, 15-09-24

#ToBeContinue

habits minee, nntii ya aku tambahh

mine double up lohh

bay bay!

#tomioka'swife

Malam Di Langit Kairo [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang