"Cie baikan ya?"
Jovan terkekeh mendengar pertanyaan Zidan. Keduanya baru saja masuk ke dalam kelas. Omong-omong, mereka memang selalu berada di kelas yang sama, karena sudah ada janji dari awal. Zidan dan Jovan adalah teman semasa SMA, dan berlanjut sampai ke bangku perkuliahan.
"Bisa dibilang gitu."
Zidan mendengus geli. "Dasar bucin."
"Engga bucin!"
"Ngomong sama bunga tulip aja sana."
"Apasih, ah. Hadap depan sana, Prof Agung udah masuk tuh."
Zidan hanya menggelengkan kepalanya, merasa geli dengan tingkah Jovan. Lihatlah pipinya yang bersemu, juga mata sipitnya yang semakin hilang ketika sedang salting. Dasar, anak muda yang sedang kasmaran.
Empat puluh lima menit berlalu, kelas yang tadinya cukup membosankan akhirnya usai. Jovan kini sudah melangkah keluar dari kelas. Dirinya sedang menuju ke kelas Novan. Fakultasnya dengan Novan hanya berjarak satu gedung, berjalan juga tidak akan lama.
Oh Novan dan Jovan berada di jurusan yang berbeda, dan berbeda semester. Jovan berada di semester enamnya, sedangkan Novan di semester empat. Untungnya, mereka masih ada di universitas yang sama. Itu juga karena usaha Novan, otaknya yang tidak seberapa itu harus bekerja keras agar bisa masuk ke universitas yang sama dengan Jovan.
Terlihat pintu kelasnya masih tertutup rapat, tanda bahwa kelas Novan belum usai. Jovan melangkah menuju gazebo depan kelas Novan, sedikit mengistirahatkan diri. Angin yang sejuk membawa kantuk Jovan datang. Tanpa sadar dia menutup matanya, terlelap tidur.
Lima belas menit kemudian, terlihat pintu kelas Novan terbuka. Novan yang baru saja keluar kelasnya menyipitkan matanya guna memperjelas pengelihatannya. Setelah dirasa pengelihatannya benar, dia melangkah menuju gazebo depan kelasnya.
Novan terkekeh melihat kakaknya tidur dengan mulut mangap, dan posisi yang hampir jatuh jika bergerak sedikit saja. Dengan perlahan Novan geser tubuh kakaknya, dirinya kemudian ikut tidur di pinggir gazebo, berusaha menahan tubuh si kakak agar tidak jatuh.
Setelah memastikan kakaknya tidak akan jatuh, Novan membuka ponselnya. Membiarkan kakaknya tetap terlelap. Sedangkan dirinya sedang melihat-lihat sosial media miliknya.
*Ilustrasi, anggap aja haechan itu jeno
Sepuluh menitan berlalu, Jovan belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun. Tangan Novan sudah keram, lelah bermain ponsel dengan keadaan miring. Ketika dirinya meregangkan tangan kanannya, Novan merasakan pergerakan dari punggungnya.
Novan menoleh, dapat dia lihat Jevan mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
"Nyenyak, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarsnit | JAEMJEN
RandomDISCLAIMER‼️ • BXB • JAEMJEN AREA • FANFICTION, JANGAN DIBAWA KE RL • I HAVE FULL COPYRIGHT TO THIS STORY, SO DON'T COPY IT!!! "Aku mencintaimu, percayalah." "Maaf, kak..."