Novan menunggu dengan gelisah. Kafe ini nyaman, tapi suasana hatinya sedang tidak bisa untuk tenang. Sesekali dia lirik jam tangan di pergelangan kirinya, bergantian dengan pintu masuk kafe.
Tidak lama, terlihat seseorang dengan kemeja putih berjalan mendekat. Wajahnya yang tidak lagi muda itu tidak melunturkan ketampanan yang dimilikinya.
Dandi Bayu Abimana, pengusaha yang berkecimpung di bidang kosmetik dan perawatan wajah. Ya, itu papanya.
Novan berdiri menyambut papanya itu. Setelah berjabat tangan, Novan kembali duduk. Dia melihat Bayu yang menggulung lengan kemejanya, menatap bertanya pada Novan.
"Ada hal penting apa sampai Anda meminta untuk bertemu?" Novan mulai membuka obrolan, mengutarakan keresahan yang dirasakannya sedari mendapatkan pesan dari papanya untuk bertemu papanya itu.
"Sebentar, kita bicara setelah menunggu satu orang lagi." sela Bayu.
Novan mengernyit bingung, tapi tetap menutup mulutnya untuk tidak berbicara lebih lanjut. Dia menunggu dengan diam siapa yang akan datang.
Tidak lama, laki-laki dengan kemeja biru berjalan mendekat. Dia menyapa papanya sebentar, lalu duduk di sebelahnya. Posisi meja bundar, jadi dia duduk diantara Novan dan papanya.
"Kenalin, ini namanya Rama." Bayu memperkenalkan orang itu, yang sebenarnya Novan juga sudah mengenalnya. "Dia yang akan bantu kamu mengurus perusahaan papa."
Novan melotot tidak percaya. Apa-apaan manusia di depannya ini?
"Apa maksudnya?"
Bayu tersenyum singkat sebelum menjawab, "Rama ini yang akan bantu kamu. Kamu kan sudah semester empat, sudah seharusnya bantu mengurus perusahaan. Dan kebetulan Rama ini sudah bekerja sama papa satu tahun, katanya dia juga kenal kamu, kan?"
"Kenapa saya harus mengurus perusahaan Anda?" tanya Novan, emosinya mulai tersulut saat ini.
"Karena kamu anak papa. Jovan gak mungkin bisa ngurus perusahaan, cuma kamu yang memungkinkan." Bayu semakin tersenyum melihat tatapan tajam Novan padanya. "Dan lagi, Jovan akan papa jodohkan dengan anak pengacara papa. Itu memudahkan dia menjadi hakim, benar?"
Novan semakin tersulut emosinya. Dia memejamkan mata sejenak, berusaha meredam emosi. Setelahnya dia memandang Bayu dengan tajam, bibirnya menyunggingkan senyum.
"Baik, saya akan mengurus perusahaan Anda, dengan syarat bebaskan Jovan dari perangkap Anda." ujar Novan menantang.
"Maksudmu?"
"Anda pikir saya tidak tahu? Selama ini Anda memberikan uang lebih pada Jovan, mengawasi Jovan setiap saat, bahkan membuat Jovan masuk ke universitas ternama di kota. Untuk apa? Tentu saja untuk ego Anda. Memberi makan ego Anda karena tidak ingin di cap sebagai orang tua yang buruk. Benar bukan?"
"Bahkan, saya juga tau bahwa rencana perjodohan yang Anda buat itu hanya untuk membuat Jovan terikat selamanya dengan Anda. Membuat Jovan merasa berhutang banyak hal pada Anda. Anda pikir saya tidak tau hal itu, Tuan Abimana?" lanjut Novan dengan nada yang tetap datar, berusaha tidak menunjukkan emosi.
Bayu menatap tajam kearah Novan. "Tutup mulutmu! Kamu tidak tahu apapun. Tentang Jovan maupun tentang kehidupan saya."
"Saya juga tidak berniat mengetahui apapun." Novan berdiri hendak melangkah pergi, tapi sebelum itu dia melemparkan sebuah kartu kearah Bayu. "Semua uang yang Anda kirim ada di sana. Bebaskan Jovan, besok saya akan datang ke kantor Anda sesuai keinginan Anda."
Setelahnya Novan melangkah pergi, meninggalkan Bayu yang mengepalkan tangannya juga Rama yang sedari awal hanya diam menyimak.
~Sarsnit~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarsnit | JAEMJEN
RandomDISCLAIMER‼️ • BXB • JAEMJEN AREA • FANFICTION, JANGAN DIBAWA KE RL • I HAVE FULL COPYRIGHT TO THIS STORY, SO DON'T COPY IT!!! "Aku mencintaimu, percayalah." "Maaf, kak..."