5. Lulaby dari Novan

221 24 3
                                    

Novan menguap pelan. Matanya sudah berat saat ini. Dia lihat jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari.

Setelah menata buku-bukunya, dia merebahkan diri di atas kasur. Berniat untuk tidur. Namun dering ponsel membuat niatnya urung.

"Halo"

Tanpa melihat nama si penelpon, Novan mengangkatnya dengan mata yang terpejam. Sungguh, dia baru menyelesaikan materi untuk pembelajaran besok lima menit lalu. Biarkan setidaknya dia istirahat sebentar.

"Halo, Van."

Novan mengerang, itu suara Jovan. "Kenapa kak, tumben malam belum tidur?"

"Aku ganggu ya?"

"Engga kok," Novan mendudukkan dirinya, bersandar pada headboard. "baru selesai bikin materi buat pembelajaran besok, belum tidur. Ada apa?"

"Sebenarnya gak terlalu penting sih, cuma aku gak bisa tidur."

Novan terkekeh pelan. "Disana bukannya tengah malam ya?"

"Iya, jam dua belas sekarang."

"Kok belum tidur, emang dari mana?"

"Tadi udah mau tidur, tapi dua jam cuma kelimpungan doang, gak ngantuk-ngantuk."

"Insomnia kambuh lagi ya?"

"Mungkin..."

"Ambil jaketku di lemari kak, anggap aja aku lagi peluk kakak."

Terdengar suara lemari dibuka. Sepertinya Jovan sedang di kamarnya. Tidak lama terdengar suara Jovan yang bilang bahwa dia sudah melakukan apa yang Novan minta.

"Bayi gede ini mau dinyanyikan apa?"

Ini sebuah kebiasaan Jovan. Ketika insomnianya kambuh, Novan akan memeluknya dan menyanyikan lagu pengantar tidur. Suara Novan yang dalam dan khas begitu menyenangkan, sehingga Jovan akan dengan mudah terlelap.

Ini pertama kalinya mereka berjauhan. Jovan mungkin saja akan susah tidur untuk beberapa hari kedepannya.

"Boleh gak kalau kali ini gak nyanyi?"

Novan mengernyit tidak mengerti. "Kenapa?"

"Daripada dinyanyiin kamu aku lebih pengen denger cerita kamu. Disana seharian ngapain aja?"

Mendengar itu Novan terkekeh pelan. Oh jadi karena itu kakaknya yang manis ini sulit tertidur. Jovan hanya sedang overthinking dan penjelasan dari Novan saja yang bisa meringankan pikirannya.

"Ngapain aja ya tadi," Novan berusaha mengingat kegiatan hari ini. "Gak ada yang menarik sih. Cuma tadi keluar sama Rama aja kak, inget Rama kan?" Novan menjeda guna mendengar respon Jovan yang berkata iya. "Dia ngajak jalan-jalan, dia juga ngenalin temennya yang dari China. Namanya Bao Yu."

"Kita ke banyak tempat-tempat bagus. Bao Yu yang jadi tour guide kita. Awal dia ngajakin makan, kalau gak salah di restoran yang namanya Jia Jia Tang Bao. Nanti kalau liburan ke sini wajib cobain sih kak, makanannya enak semua, pas sama lidah orang Indonesia kayak kita."

"Gak cuma makan, kita juga jalan-jalan ke sekitaran museum postal. Tapi kita gak masuk museumnya." Novan tertawa, dia ingat ketika Rama justru tertarik berfoto di depan museum daripada masuk. Hingga ketika Bao Yu ingin mengajak mereka masuk, hari sudah gelap. Bao Yu harus menahan sabar karena sebenarnya dia ingin menunjukkan keindahan di dalamnya, tapi tidak bisa.

"Kenapa gak masuk?"

"Oh belum tidur juga, kirain gak ada suara udah tidur." Novan kemudian meraih bantal untuk dia gunakan tumpuan kepalanya. "Itu karena Rama kak, dia kebanyakan foto di luarnya aja, jadi pas mau masuk waktunya gak cukup."

Sarsnit | JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang