15. Nasehat Novan

232 24 1
                                    

"Gue pikir lo jatuh cinta sama Leo."

Ucapan asal dari Novan itu membuat Zidan melayangkan tatapan protes. Darimana Novan bisa menyimpulkan dongeng itu?

"Ya siapa juga yang gak bakal mikir gitu. Lo tiap hari berangkat bareng, jangan bantah, gue sering lihat lo keluar dari mobil Leo. Selain itu lo juga gak canggung buat nyender di bahu Leo, atau skinship kecil lainnya. Orang juga bakal mikir macem-macem kalau lo kayak gitu." jelas Novan.

Sungguh Novan tidak bohong saat mengatakannya. Novan sering melihat Zidan keluar dari mobil Leo. Entah itu saat dia akan pulang setelah mengantar Jovan, atau saat berangkat mengantar Jovan.

Interaksi antara Zidan dan Leo juga membuat Novan semakin yakin jika keduanya memiliki hubungan lebih dari teman kos. Mana ada teman kos yang saling memeluk saat menonton film? Mana ada teman kos yang bergandengan tangan saat berjalan?

Dia sempat kaget saat Leo bilang bahwa dia ditolak oleh Zidan. Itu terjadi tadi siang. Saat keduanya bertemu di parkiran FISIP. Novan yang akan menjemput Jovan, dan Leo yang mengambil mobilnya. Ingat kan jika tadi pagi Leo ke FISIP untuk menemui Zidan?

"Gue cuma anggap dia adik."

Novan tertawa mendengar jawaban Zidan. Adik mana yang rela membelikan makanannya saat dia sendiri belum makan?

Ah mungkin pengecualian untuk Novan dan Jovan. Tapi di kasus Zidan dan Leo ini, mereka tidak memiliki ikatan darah. Mana bisa disebut adik-kakak, disaat terlihat jelas bahwa Leo menyukai Zidan?

"Jangan ketawa!" Zidan memukul lengan Novan dengan buku yang ada di meja. Cukup untuk membuat Novan meringis kesakitan.

"Tapi jujur gue bingung banget. Kayak yang lo bilang tadi, gue sama Leo terlalu intens untuk sekedar teman. Gue juga sadar setelah merenung. Lo paham gak sih rasanya pas tiba-tiba ada yang bilang suka sama lo disaat lo anggap dia saudara?"

Novan terdiam. Tentu dia paham diposisi Zidan, karena Novan juga mengalami hal itu beberapa bulan lalu.

"Tapi gue setuju sama Novan deh, lo sama Leo kan terlalu intens, lo serius gak ngerasa berdebar saat dia usap kepala lo?" timpal Jovan.

Jovan yang sedari tadi sibuk dengan es krimnya, merasa geram juga lama-lama dengan Zidan yang denial.

"Bukan karena gue temen Leo jadi gue bilang gini. Tapi lo yakin selama ini gak pernah suka sama Leo, setelah semua yang kalian lakuin?" sambung Novan.

Zidan terdiam. Omongan dua orang di depannya ini cukup untuk membuat Zidan termenung.

Selama berada di dekat Leo, Zidan memang sering merasakan perasaan nyaman. Zidan akan malu jika Leo sudah melontarkan godaan padanya. Zidan juga merasa bersalah jika tidak mengangkat telpon dari Leo, padahal jika yang lain menelpon dia hanya akan mengucapkan maaf saja tanpa harus spam chat menjelaskan kemana dia tadi.

"Dari lamanya lo diam, gue yakin lo ngerasain sesuatu yang beda. Sekarang gini deh, jawab pertanyaan gue di dalam hati lo." ucap Novan.

"Apa yang lo rasain pas di dekat Leo?"

Nyaman. Dia merasa nyaman saat berada di dekat Leo. Juga rasa aman, seperti tidak perlu takut akan bahaya apapun.

"Kalau kalian jauh, lo kepikiran gak sama Leo?"

Iya. Saat dia sedang pulang ke rumah orangtuanya, sering sekali dia melamun dan memikirkan pemuda itu.

"Terakhir, pas Leo ngelakuin skinship, lo ngerasa panas gak di pipi? Atau perut lo mules dan rasanya pengen kabur dari depan Leo?"

Selalu. Setiap pemuda itu melakukan skinship, dia rasanya ingin kabur dan bergelung dibawah selimut untuk menyembunyikan diri.

Jovan tersenyum melihat pipi Zidan memerah. Dia sudah menebak jika Zidan punya perasaan yang sama dengan Leo. Makanya dia ajak Novan agar pemuda itu bisa menyadarkan Zidan. Karena sifat ceplas-ceplos yang Novan punya, membuat Jovan yakin Zidan tidak bisa mengelak lagi.

"Lo udah tau jawabannya, cuma gak mau ngakui aja." Novan meraih tisu dan mengelap es krim di sudut bibir Jovan. "Langkah selanjutnya ada di tangan lo. Lo mau terus denial dan kehilangan Leo, atau bilang ke Leo baik-baik. Jangan lupa kalau Leo termasuk idaman perempuan di kampus kita."

Ini salah satu alasan ketakutan Zidan. Leo yang terlalu peka dan Leo yang terlalu humble.

~Sarsnit~

Keduanya kini berada di mobil setelah mengantar Zidan ke rumah orangtuanya.

"Aku gak nyangka kalau ternyata yang ngasih aku saran buat confess ke kamu, sekarang malah bego banget soal cintanya sendiri."

Jovan mengingat beberapa wejangan yang diberikan Novan pada Zidan selama perjalanan pulang. Ekspresi Zidan yang sangat mudah dibaca, menjelaskan jika pemuda itu menyetujui semua perkataan Novan. Bahkan dia hanya mampu menjawab iya, karena semua ucapan Novan memang benar adanya.

"Orang akan bodoh jika sudah bertemu cinta. Sama kan kayak kakak."

Jovan melayangkan pukulan ke lengan Novan. "Emang aku bodoh ya?"

"Iya. Gak bisa dielak kalau kakak bodoh banget kalau udah kenal cinta. Sampai gak ingat kalau aku ini adik kandung sendiri."

Jovan memilih diam. Dia kalah telak jika sudah berbicara dengan Novan.

"Kalau bukan aku, mungkin kakak udah dibawa ke psikiater. Untungnya adek kakak itu aku."

"Tapi kan mencintai itu gak salah...." jawab Jovan lirih, yang dibalas dengan elusan di telapak tangannya dari Novan.

"Jatuh cinta emang bukan perbuatan dosa, tapi menaruh rasa pada orang yang tidak boleh dicintai, itulah dosanya."

"Aku emang gak menyalahkan rasa cinta kakak, semua itu manusiawi. Aku juga gak nyuruh kakak buat lupain perasaan kakak, karena itu mustahil. Aku tau kok aku itu cinta pertama kakak. Pasti sulit untuk melupakan."

"Tapi kak, hubungan seperti kita itu tabu di lingkungan masyarakat. Aku cuma takut kakak gak bisa terima hinaan yang dilontarkan. Ingat kalau masyarakat punya norma, kita gak bisa menyalahi norma itu."

"Mau sekeras apapun kita berusaha abai, tangan kita akan lelah menutup dua telinga seumur hidup. Akan ada saatnya kita turunkan tangan kita agar tidak kesemutan."

Novan membelokkan stir memasuki halaman rumah. Disebelahnya, Jovan sedang merenungkan apa yang Novan bilang.

Benar, mau sampai kapan tutup telinga?

~Sarsnit~

Tebece~

Maaf ya double notif, tadi belum aku periksa ulang udah ke publis aja😭✌🏻

Sarsnit | JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang