17. Seperti Aliran Air

116 18 2
                                    

"Kakak beneran gk mau turun?"

Novan menatap tangga di depannya dengan miris. Saat ini keduanya sudah berada di rumah, dengan Jovan yang masih tidak mau melepaskan pelukannya pada Novan.

Jangan tanya kenapa bisa pulang dengan cepat. Itu karena Zidan yang muak melihat keduanya malah asik bermesraan, padahal Novan belum menjawab pertanyaannya. Dan dengan sadis Zidan menyuruh mereka berdua segera menjauh darinya.

Selama di perjalanan, jangankan menjauh dari Novan, Jovan bahkan bersikeras duduk dipangkuan Novan. Terpaksa Novan memundurkan sedikit kursi kemudi agar muat untuk memangku Jovan sambil menyetir.

Novan sendiri bingung kenapa kakaknya itu begitu tidak mau lepas darinya. Jika ditelaah dari pertanyaan Zidan di kafe tadi, seharusnya Jovan marah dan kesal pada Novan karena tidak pulang semalam. Tapi kenapa keadaan malah sebaliknya?

Novan menghela nafas berat, kali ini benar-benar berat. Dia harus menaiki tangga dengan Jovan di gendongannya. Berdoa saja dia tidak harus memakai koyo setelah ini.

Setelah mendapat tepukan di punggung karena tidak kunjung melangkah, Novan akhirnya melangkah dengan pelan. Jujur Jovan ini bukan pemilik tubuh ringan seperti yang kalian bayangkan. Tubuhnya sedikit gempal dibagian tertentu.

Begitu berhasil meraih anak tangga terakhir, Novan mengucap syukur di dalam hati.

"Ambilkan boneka samoyedku di kamar, tolong."

Ah rupanya penderitaannya belum usai juga. Begitu sampai kamar Jovan akhirnya mau diturunkan di ranjang milik Novan.

Tidak ingin membuat Jovan merengek lagi, Novan segera keluar kamar untuk mengambil boneka Jovan dikamar sebelah.

"Sekarang boleh aku mandi dulu gak kak? Nanti kita ngobrol setelah aku mandi, oke?"

Jovan mengangguk, melihat Novan yang berkeringat membuatnya tidak tega. Tapi itu salah satu hukuman juga sih, siapa suruh dia membuat Jovan tidak tidur semalaman.

Sembari menunggu, Jovan memilih memesan makanan saja. Tidak tega juga dia membiarkan Novan kelaparan setelah menggendongnya.

Novan keluar dengan handuk di pinggangnya. Lagi-lagi Jovan memerah.

Meskipun dia pernah melihat yang lebih, tapi tetap saja tubuh Novan selalu berhasil membuatnya merona karena malu.

Bagaimana tidak? Perut Novan yang terbentuk itu sangat sexy, apalagi jika Jovan mengelusnya, sangat terasa keras dan semakin menambah kesan sexy. Jovan suka saat Novan sudah berada diatasnya mengejar pelepasan dan keringatnya menetes melalui garis perut Novan. Itu sangat sexy, sungguh.

Dan jangan lupakan bisep Novan yang semakin hari semakin terlihat ototnya. Masih jelas diingatannya tentang malam dimana Novan dengan gagahnya mengambil sesuatu yang berharga milik Jovan.

"Aku ambil makanan dulu di bawah."

Jovan segera berlari keluar kamar, tidak peduli makanannya belum datang. Asal dia bisa pergi dari pikiran liarnya pada Novan.

Sedangkan Novan sendiri hanya menjawab singkat dan melanjutkan memilih pakaian di lemari. Bukannya tidak tau kakaknya itu malu, Novan tau kok. Tapi ya mau bagaimana lagi? Kakaknya itu akan selalu seperti itu padahal sudah sering melihatnya seperti ini.

Jovan dan kelemahannya pada badan Novan.

Setelah berpakaian dengan lengkap, Novan memutuskan menelpon Rama untuk mengabari bahwa dia tidak akan kembali ke kantor.

Ah ya, semalam dia tidak pulang karena bermalam di kantor bersama Rama. Laki-laki itu menelpon, mengabari bahwa ada banyak dokumen yang harus Novan periksa. Perusahaan papanya itu benar-benar sudah diambang kebangkrutan. Entah bagaimana papanya mengelolanya selama ini, sampai bisa sehancur ini.

Novan sudah mengantongi nama-nama di perusahaan yang terbukti melakukan penggelapan dana. Tinggal menunggu dia punya izin dan kekuasaan dari apanya, Novan pastikan mereka tidak akan menginjakkan kaki di perusahaan.

Novan juga sudah menghubungi pabrik agar memperbaiki kualitas produksi. Ini karena saat ini ada sebuah kasus besar yang ada dalam dunia bisnis skincare. Entahlah Novan juga tidak terlalu paham. Tapi Rama pernah bilang jika brand yang di produksi oleh perusahaan papanya itu melakukan overclaim.

Dan itu juga yang membuat semua orang heboh. Karena brand itu sudah sangat terkenal dikalangan masyarakat terutama remaja karena harganya yang terjangkau.

Untungnya Novan bergerak cepat dengan mengunggah permintaan maaf segera di akun sosial media perusahaan, juga segera menghubungi pabrik. Selain itu, sepertinya Novan juga akan mengubah desain produknya. Bagaimanapun desain lama sudah tercemar.

"Ayam goreng sambal lalapan datang~"

Novan mengalihkan tatapannya dari handphone. Dia tersenyum dan segera berdiri untuk membantu Jovan menyiapkan makanan.

Seperti biasa, mereka makan di karpet depan TV yang ada di kamar Novan.

"Kok sambalnya satu?" tanya Novan.

"Loh iya? Yah padahal kita berdua sama-sama suka sambal." jawab Jovan lesu saat melihat sambal terasi yang dikirimkan hanya satu cup.

"Buat kakak aja." Novan menggeser cup sambal agar lebih dekat dengan Jovan. "Aku ambil lalapannya ya." lanjutnya.

Dia tau kakaknya tidak bisa hidup tanpa sambal. Jovan juga tidak suka sayur mentah. Sebenarnya Novan pun sama, tapi untungnya Novan masih bisa memakan sayur mentah atau lalapan. Siapa yang bisa melewatkan enaknya lalapan?

*aku, lalapan tuh keras anjir dan rasanya pait, berasa jadi kambing😭✌🏻

"Serius? Kita bisa bergai sambel loh." ucap Jovan. Dia tau Novan juga sangat suka dengan sambal, apalagi sambal terasi.

"Gausah, smbalnya seuprit doang itu. Udah sana dimakan, mumpung masih anget."

Jovan akhirnya mengangguk. Keduanya benar-benar menikmati makan malam dengan diiringi suara TV yang sedang terputar.

Biarkan keduanya menikmati masa-masa seperti ini. Biarkan Jovan melupakan kejadian kemarin. Juga biarkan Novan tidak memberikan penjelasan apapun pada Jovan.

Jovan akan membiarkan semuanya benar-benar mengalir seperti air. Tanpa ada kejelasan kemana arahnya berakhir. Tanpa ada kepastian gambaran untuk kedepannya.

Jovan terlalu mencintai Novan. Jovan tidak ingin kehilangan dua hubungan sekaligus, cinta dan adiknya.

Jovan hanya takut jika dia terlalu menuntut pada Novan, lelaki itu akan meninggalkannya. Dan dia akan sendirian. Kehilangan dua cinta sekaligus. Tidak, Jovan tidak siap. Tidak akan pernah siap.

~Sarsnit~

Tebece~

Happy ending apa mau sad aja? Bentar lagi ini mau end soalnya wkwkwk.

Sarsnit | JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang