Apa yang akan kalian lakukan jika kalian di rumah sendirian? Bukan hanya satu atau dua hari, tapi seminggu.
Jika kalian bertanya pada Jovan, tentunya dia akan menjawab dengan tegas bahwa dia akan bermalas-malasan, mencoba resep baru, dan karaoke sepuasnya.
Dan itu semua terlaksanakan. Kini Jovan sedang bernyanyi mengikuti alunan musik yang sedang terpapar di layar TV, lagu Eclipse - Sudden Shower menggema di seluruh ruangan.
Jovan tidak peduli apa yang akan tetangganya katakan, yang pasti dirinya akan menikmati masa sendirinya hari ini.
Geudaeneun seonmuripnida haneuri naeryeojun
Hollo seon sesang soge geudael jikyeojulgeyo
Eoneu nal mundeuk sonagicheoreom
Naerin geudaejiman
Oneuldo bulleo bopnida
Naegen sojunghan saram, oh~Suara yang sedikit falsnya menggema. Meski begitu ekspresi Jovan sangat menghayati, seakan dirinya adalah manusia paling tersakiti di dunia. Dramatis.
Setelah lagunya habis, Jovan menuangkan minum pada gelas di dekatnya lalu meminumnya. Matanya melirik handphone yang tergeletak di sebelah teko. Layar itu masih saja hitam, belum ada tanda-tanda akan ada seseorang yang menghubungi.
Jovan menghela nafas, dirinya duduk di sofa dengan kasar. Matanya menatap tajam handphone miliknya. Kenapa Novan masih belum juga menghubungi? Ini harusnya sudah dua jam Novan mendarat di China, tapi kenapa masih belum juga menghubunginya?
Dengan kasar dia raih ponsel mahalnya itu, menekan beberapa digit angka. Nomor Novan. Tapi kemudian dia lemparkan ponselnya di sofa sebelahnya. Gengsi, Jovan tentu saja tidak mau menelpon Novan lebih dulu. Ingatkan bahwa Novan sendiri yang berjanji menghubunginya begitu sampai China.
Oh ngomong-ngomong, Novan ke China karena ada tugas dari kampus bersama teman sekelasnya. Rencananya mereka akan sekalian berlibur. Kesempatan dalam kesempitan kalau kata Novan.
Dering telepon terdengar nyaring, dengan segera Jovan raih ponselnya.
"Hal-"
"Ngapain nelpon?" ujar Jovan dengan nada ketus, terkesan menyindir Novan seakan bilang, masih ingat toh buat menghubungi?
Di seberang sana, Novan terkekeh mendengar nada ketus dari kakaknya. Jovan yang mendengarnya mendengus sebal.
"Tadi pas baru sampai anak-anak pada ngajak makan dulu, dan setelah sampai hotel aku bersih-bersih. Makanya baru bisa nelpon sekarang. Takutnya nanti ada yang kangen, padahal belum ada sehari ditinggal."
"Siapa yang kangen?"
"Kamu."
"Najis, pede banget!" Meskipun berkata demikian, Jovan dapat merasakan rasa panas menjalar ke pipinya.
"Yaudah kalau aku kepedean, tutup aja telponnya."
"Dih apaan!"
Novan tertawa terbahak, merasa lucu dengan tingkah kakaknya.
"Udah makan?" tanya Novan setelah berhasil meredakan tawanya.
"Belum."
"Dari tadi ngapain aja kok belum makan? Ini udah siang kan harusnya di sana?"
"Gatau."
Novan berdecak kesal. Tidak lama getaran ponsel Jovan rasakan, pengalihan panggilan ke panggilan video.
"Kenapa sih ah, aku belum mandi."
"Kelihatan kok, tuh kotoran mata kakak masih nempel"
Jovan dengan panik mengaca di kamera ponsel, yang ternyata bohongan. Tidak ada kotoran apapun di mukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarsnit | JAEMJEN
AcakDISCLAIMER‼️ • BXB • JAEMJEN AREA • FANFICTION, JANGAN DIBAWA KE RL • I HAVE FULL COPYRIGHT TO THIS STORY, SO DON'T COPY IT!!! "Aku mencintaimu, percayalah." "Maaf, kak..."