Bab 3 Izinkan Aku Pergi

698 104 6
                                    

Terkadang cinta memang bisa membuat seseorang menjadi bodoh.


++++++

'Brukk.'

Skateboard itu di lempar begitu saja ke sudut ruangan, Dongjun melepas sepatunya meletakkannya di rak sepatu lalu mengganti alas kakinya dengan sebuah sandal tipis yang biasa dia gunakan di dalam rumah. Pertemuannya dengan Dingzhi malam ini sungguh tidak menyenangkan. Dia tidak tau kenapa tiba-tiba pria itu mengira kalau keramahannya sebelumnya hanya berpura-pura.

"Benar-benar menyebalkan."

Dongjun merebahkan dirinya ke atas sofa panjang didepan tv, matanya kini memandang plafon rumahnya dalam diam. Ingatannya mau tidak mau kembali pada enam tahun lalu, dua hari sebelum Dingzhi kawin lari dengan kekasihnya Yi Wenjun.

+++ 6 Tahun Lalu +++

Cuaca dingin, bulan september adalah akhir dari musim gugur, beberapa hari lagi mungkin salju tipis akan segera turun ke kota. Di tengah cuaca dingin, Dongjun berjalan dengan jaket tebal dan syal melingkari lehernya. Dia tidak ingin pergi ke luar di saat seperti ini, namun pesan teks dari seseorang membuat dia pergi keluar dengan tergesa.

Dongjun sampai di sebuah Cafe, matanya menelusuri ruangan dan menemukan pria yang dia cari sedang duduk di sudut ruangan dekat jendela. Dongjun pergi ke meja kasir, memesan minuman untuk dirinya sendiri lalu pergi ke meja tempat orang yang malam ini meminta dia untuk datang.

"Apa yang terjadi?" Kursi di tarik dan Dongjun mendudukkan dirinya didepan pria itu. Pria yang menunduk itu segera mengangkat kepalanya. Dia tidak berbicara untuk waktu yang lama, membuat Dongjun keheranan.

"Apa kamu meminta ku ke sini hanya untuk saling tatap?"

Pria di depan Dongjun itu tersenyum tipis seraya menggeleng pelan.

"Dongjun.."

"Hm?" Dongjun tampak bersemangat, jarang sekali pria ini menghubungi dia lebih dulu dan bahkan mengajak dia bertemu secara pribadi.

Pria didepannya yang tak lain adalah Ye Dingzhi itu membuka mulutnya, dia belum berbicara ketika pelayan Cafe datang dan meletakkan segelas coklat panas ke atas meja.

"Terimakasih." Suara lembut Dongjun berikan untuk pelayan wanita itu.

"Jadi?" Dongjun tau perkataan Dingzhi sebelumnya telah di sela dengan kedatangan pelayan itu, jadi dia ingin Dingzhi segera melanjutkan ucapan yang tertunda itu.

Helaan nafas tampak keluar dari mulut Dingzhi, tangan berjemari kokoh itu melepas sesuatu dari jari kirinya lalu meletakkan benda bulat itu ke atas meja.

"Apa maksud mu dengan ini?"

"Dongjun, izinkan aku pergi."

Nafas Dongjun terasa berhenti di tenggorokan.

"Apa?" Dongjun bukannya tidak mendengar apa yang baru saja Dingzhi katakan, dia hanya, tidak dapat mempercayainya.

"Kamu tau aku mencintai orang lain."

"Wenjun?"

"Benar, itu dia."

Unforgotten Destiny |YeBai|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang