Bab 16 Kebenaran Terungkap

580 78 8
                                    

Walau enggan, namun kasih sayang itu memang masih ada.

~~~~~~~~~~

Matahari sudah turun rendah, saat ini di tepi pantai sebuah keluarga besar sedang melakukan kegiatan piknik mereka yang menyenangkan, lima orang tengah duduk di depan panggangan, berbagai jenis makanan laut ada di atas meja dan di atas panggangan. Tiga buah meja pendek berukuran sedang penuh dengan berbagai makanan dan minuman.

Changhe menggulung lengan bajunya, asap bertiup ke arahnya membuat dia memejamkan matanya menahan perih, sementara tangannya tetap bekerja untuk membalik udang di atas panggangan.

"Apakah Muyu akan datang?" Nyonya Baili yang baru saja menuang jus jeruk untuk suaminya mendekati Changhe dan memberi Changhe segelas jus juga.

"Dia akan datang." Jawab Changhe seraya menerima gelas dari Nyonya Baili.

"Apa yang Muyu suka? Panggang lebih banyak untuknya."

"Tentu Bibi." Changhe tersenyum lebar, awalnya dia tidak ingin mengajak Muyu dalam acara keluarga ini, selain Muyu memiliki sifat yang sangat pendiam, pria itu juga tidak terlalu suka keramaian, Changhe takut Muyu akan bosan. Namun dua jam yang lalu Nyonya Baili memaksa dia untuk menghubungi Muyu dan meminta dia datang, Muyu pada akhirnya tidak bisa menolak permintaan Nyonya Baili.

Ketika para orang tua sibuk membakar hasil laut bersama Changhe, Dongjun di tempatnya duduk diam sambil meminum satu kotak air sari lemon, air asam itu dia telan dengan ekspresi wajah santai, matanya menatap jauh kedepan, pada garis pantai yang berwarna biru cerah.

"Ah! Tidak! Guru Baili tolong aku!"

Dongjun yang tengah menikmati kesendiriannya menoleh saat dia mendengar suara teriakan Anshi, bocah itu berlari dengan celana pendek nya yang setengah basah, tubuh bagian atasnya tidak mengenakan apapun, anak itu berlari menuju Dongjun dengan Dingzhi yang mengejar dia di belakang.

"Anshi, kenakan pakaian mu." Di belakang Dingzhi terlihat membujuk, namun Anshi menolak dan segera melompat ke arah Dongjun yang kebetulan sekali sudah siap untuk menangkap anak itu.

"Kenapa kamu lari dari ayah mu?"

Dongjun membiarkan Anshi ada di dalam pelukannya, tangan ramping itu mengusap puncak kepala Anshi singkat.

"Tidak mau pakai baju, masih mau main."

"Matahari akan segera terbenam, sudah cukup untuk bermain, cepat kemari dan kenakan pakaian mu."

Dingzhi di depan sana berkata dengan sedikit kesal, tapi Anshi tidak peduli dan tetap ingin bermain sambil bersembunyi dalam pelukan Dongjun.

"Anak baik, dengarkan ayah mu. Udara akan segera menjadi dingin saat matahari terbenam, kamu akan sakit jika tidak mengenakan baju mu."

"Tidak mau."

Dingzhi menghela nafas pelan dan berniat untuk menyerah membujuk Anshi, tapi Dongjun menghentikan dia dan meminta pakaian Anshi darinya, Dingzhi memberikan pakaian Anshi pada Dongjun lalu dia melihat Dongjun yang membujuk Anshi, entah apa yang dia katakan anak nakal itu akhirnya mau mengenakan pakaian nya. Hal itu membuat Dingzhi terkejut sekaligus kesal.

"Bagaimana dia bisa menjadi lebih patuh pada Dongjun?!"

Dingzhi menghela nafas pelan, dia mendekat ke arah Dongjun, tangannya meraih sebotol air mineral dingin dari dalam ice box berwarna putih.

"Ayo makan sesuatu, sepertinya mereka sudah selesai memanggang hasil laut itu."

Dongjun melepaskan Anshi, dia berdiri dan pergi menuju Ibunya dengan Anshi yang mengikuti dia di samping. Dingzhi mengerutkan keningnya, dia baru saja di abaikan..?

Unforgotten Destiny |YeBai|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang