Bab 18 Kamu temani aku beli satu.

440 54 5
                                    

Waktu yang begitu singkat tidak boleh di buang sia-sia.

~~~~

Pagi datang dengan cepat, Dingzhi sudah siap dengan pakaian kerjanya dan kini tengah berada di ruang makan bersama Anshi yang tengah memakan semangkuk bubur. Dongjun belum terlihat sejak ayah dan anak itu bangun.

"Ayah, apakah hari ini kamu akan mengantar aku pergi ke sekolah?"

"Kamu pergi dengan Qi Xuan."

"Kenapa aku harus pergi dengan Paman Mo lagi? Ayah lakukan satu kali, antar aku ke sekolah."

"Lakukan satu kali? Baiklah, kalau begitu ayah lakukan besok."

Wajah bulat itu seketika cemberut, buah potong di tangannya dia gigit dengan kesal.

"Makan perlahan." Dingzhi memperingatkan Anshi, anak itu menurunkan alisnya yang sebelumnya menukik tajam lalu mengangguk, rasa takut merayapi hati anak itu saat ayahnya berbicara tegas padanya.

"Selamat Pagi Tuan." Mo Qi Xuan datang 30 menit sebelum waktu sekolah, setelan jas berwarna hitam memeluk erat tubuh rampingnya.

"Kamu bawa Anshi pergi dulu, aku akan datang ke tempat kerja pada pukul 9 nanti."

"Baik." Meski merasa heran karna sikap Bos nya yang di luar kebiasaan, Qi Xuan tidak mengatakan apa-apa dan hanya setuju.

"Katakan pada Tuan Xiao rapat akan di tunda hingga pukul 9 pagi."

"Baik." Lagi-lagi Qi Xuan mengangguk setuju, melihat Anshi sudah siap, Qi Xuan mengambil tas milik Tuan Muda nya lalu membawa anak itu pergi.

"Ayah, aku pergi!" Anshi berteriak dari depan pintu dan hanya di balas Dingzhi dengan anggukan ringan.

Setelah kedua orang itu pergi, apartemen luas itu kembali sepi, Dingzhi memeriksa jam tangannya dan menemukan jika saat ini telah pukul 7 tepat. Dingzhi menoleh ke arah lorong yang dapat membawanya menuju kamar Dongjun, dahi nya mengerut singkat saat melihat jika Dongjun tidak memiliki tanda-tanda sudah bangun.

+++++

Sinar matahari terasa lembut, cahaya kuning keemasan memasuki celah jendela yang terbuka, gorden berwarna abu-abu tua berkibar pelan tertiup angin. Seseorang yang terbaring di atas ranjang bergerak untuk menarik kembali selimut yang jatuh ke bawah kakinya. Tanpa membuka mata, selimut kembali membungkus hangat tubuh rampingnya.

"Apakah kamu tidak akan bangun?"

Suara seseorang memasuki indra pendengaran Dongjun, Dongjun tidak menjawab dan hanya berbalik memunggungi jendela yang terbuka.

"Kamu tidak akan pergi bekerja?"

Dingzhi di sisi ranjang menunduk dan mengusap pundak Dongjun singkat.

"Aku lelah, jangan ganggu aku."selimut di tarik hingga menutupi kepala, menyisakan puncak kepala dengan rambut pendek berwarna hitam legam.

"Tapi setidaknya kamu harus bangun untuk sarapan." Dingzhi kembali membujuk, tapi tidak ada jawaban, Dongjun kembali tertidur.

Tawa pelan hadir di bibir Dingzhi, pria itu menatap lembut ke arah gundukan di balik selimut tebal. Dingzhi menyerah untuk membujuk, dia akan membiarkan Dongjun tidur selama yang dia mau.

"Kamu tidak akan bangun, kalau begitu aku terpaksa harus meninggalkan kamu sendirian di rumah."

Tangan besar itu mengusap puncak kepala Dongjun ringan, selimut di tarik dan Dingzhi mencium singkat pipi kiri Dongjun.

Unforgotten Destiny |YeBai|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang