Semua sudah berlalu, tidak ada gunanya membicarakannya kembali.
+++++++
"Kalau aku jadi kamu, aku setidaknya akan menampar dia satu kali."
Dongjun melirik Yue Yao yang terlihat masih melemparkan tatapan tajamnya pada punggung Dingzhi yang telah menghilang di balik tembok sekolah.
"Jangan bicarakan hal yang tidak berguna."
Dongjun beranjak, dia kembali ke dalam kelas dan mulai membersihkan kelas nya yang super berantakan hari ini.
"Kalau aku jadi kau, aku tidak akan menerima putranya di kelas ku."
Yue Yao masih tidak senang, "kenapa pula pak tua itu menerima anaknya untuk bersekolah disini." Dia melanjutkan omelannya.
"Dongjun, kamu dengar aku tidak?!"
Yue Yao menegakkan tubuhnya yang sebelumnya dia sandarkan ke sisi pintu.
"Jika kamu tidak ingin membantuku untuk membersihkan kelas, pergi saja kembali ke kantor Guru."
Yue Yao menghentakkan kakinya kesal tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, toh bukan dia yang di khianati dan di tinggal kawin lari.
"Kamu, dasar bodoh!" Yue Yao melemparkan omelan terakhirnya lalu beranjak pergi.
Dongjun yang melihat hal itu hanya tertawa, sudah berapa tahun berlalu dan Yue Yao masih saja menyimpan amarah di hatinya.
"Lagipula dia sudah menikah, bukan urusanku." Dongjun mengambil sapu, dia mulai menyapu dari area belakang kelas secara perlahan.
Tapi ketenangan itu tak bertahan lama, hatinya yang awalnya tenang menjadi goyah karna omelan Yue Yao, dia tidak bisa bilang kalau yang di katakan Yue Yao itu hanya omong kosong, faktanya dia dan Tuan Ye Dingzhi itu dulunya pernah di jodohkan, hampir menikah kalau saja Dingzhi tidak kawin lari dengan pacarnya Yi Wenjun.
Setenang apapun Dongjun, dia tetap saja terpengaruh dengan perkataan Yue Yao beberapa saat lalu, sapu di tangannya dia lempar ke lantai, kedua tangannya kini bertengger di kedua sisi pinggangnya, kepala nya mendongak seraya menghembuskan nafas berat.
"Sungguh, itu bukan urusanku lagi."
Dongjun memukul dahinya dengan kepalan tangannya lalu kembali menghela nafas.
"Kamu terlalu menahan diri."
Dongjun menoleh dan mendapati Sikong Changfeng berdiri di depan kelasnya.
"Apa? Kamu juga mau memarahiku seperti Yue Yao?"
Changfeng menggelengkan kepalanya, "aku tidak punya kebiasaan memarahi orang, walau menurutku kamu memang terlalu baik hati."
"Dia adalah orang tua murid, dan aku adalah seorang guru, kalian ingin aku bagaimana."
Dongjun mengambil kembali sapunya, berusaha menyibukkan dirinya agar dia tidak terpengaruh dengan perkataan teman-temannya, seburuk apapun kejadian di masa lalu, kini semuanya hanyalah masa lalu, sebagai tenaga pengajar dia tentu saja harus profesional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgotten Destiny |YeBai|
FanficPertemuan yang tidak di sengaja membawa keduanya kembali pada kenangan di masa lalu.