Dua tahun terakhir dunianya benar-benar berubah. Sampai sekarang Thalassa masih terus merasa skeptis terhadap apa yang sekarang terjadi padanya. Tentang fakta bahwa selama ini dia memiliki seorang kakek kandung yang merupakan kepala keluarga Figarland sekaligus ketua kelompok ksatria suci yang kalau Thalassa pelajari, cukup kompleks silsilahnya.
Yang jelas, dia tidak pernah berpikiran jika takdir yang bekerja padanya begitu lucu. Si sampah masyarakat yang dulu diinjak-injak kini dimuliakan bagaikan permata yang berharga. Tidak ada yang berani menghardik atau menganiaya dirinya. Tidak ada lagi orang yang bisa merundungnya semudah menghancurkan rumput di lapangan. Orang-orang yang dia kenal adalah golongan 1 dan 2 di sekolahnya dulu sudah tidak ada apa-apanya baginya. Jika dia punya keinginan untuk balas dendam, mungkin sejak dua tahun yang lalu sudah dia lakukan.
Nyatanya, tangan Thalassa terlalu berharga untuk membalas dendam pada para bedebah tersebut. Di saat semua kuasa bisa dia miliki, di saat apapun bisa kakeknya kabulkan, Thalassa memilih untuk diam. Gairahnya untuk hidup sudah tidak begitu terasa. Terkadang saat melihat dirinya mendapati terbangun di pagi hari, dia hanya akan bisa memulai semuanya dengan hela napas panjang yang sarat akan makna.
Sebenarnya, apa tujuan dia hidup?
Dulu saat ibunya meninggal, tujuan hidupnya adalah bertahan hingga dia bisa bertemu dengan papanya. Kemudian saat momen itu berhasil terkabul, tujuan hidupnya adalah hidup bahagia dan bisa tumbuh menjadi gadis normal meski berada di bawah naungan sebuah kelompok bajak laut, selama Thalassa senang, maka itulah tujuannya. Namun sayangnya semuanya berubah saat dia terpisah (atau pahitnya, Thalassa ditinggal oleh papanya tanpa ada sepatah kata). Janji manisnya terbakar begitu saja oleh fakta jika pria yang menjadi pusat kehidupannya itu tidak lagi menginginkan dirinya.
Thalassa banyak berpikir saat itu (bahkan sampai sekarang), bagaimana bisa ibunya bertemu dengan seorang pria brengsek seperti Shanks? Bagaimana bisa pria sialan itu mencuri hati ibunya hingga akhirnya menghancurkan segalanya dan membawa beban berat ini pada gadis kecil yang tidak tahu apa-apa sepertinya? Sedikit banyak dia menyalahkan keadaan, menyalahkan ego orang tuanya yang tidak bisa berpikir panjang akan perbuatan mereka kepadanya.
Dia cukup berterima kasih kepada Nerina. Setidaknya dia seorang ibu yang baik. Meski ingatan gadis itu tentangnya semakin memudar seiring berjalannya waktu, namun perlu Thalassa akui alam bawah sadarnya meyakinkan dirinya untuk meyakinkan jika Nerina adalah orang baik yang sudah melakukan segala hal untuk dirinya meski pada akhirnya harus mati dan meninggalkannya seorang diri.
Dia benci Shanks. Itu mutlak. Tidak ada alasan baginya untuk berbaik hati seperti sekedar melupakan perbuatannya. Well, mungkin Thalassa sudah melupakan semua hal baik tentangnya dan mengingat semua hal buruk tentangnya. Tentang bagaimana kesan pertama pria itu padanya yang memandang murka dirinya tanpa sebab, tentang bagaimana pria itu kerap kali melayangkan tatapan mematikan untuknya, tentang bagaimana rasanya napasnya tercekat saat pria itu berusaha mencekik lehernya untuk membunuhnya malam itu. Semua hal buruk tentang Shanks akan selalu dia ingat. Tak terkecuali.
Karena perlu diakui, kemampuan berpikir Thalassa sejak 2 tahun yang lalu berkembang begitu pesat. Sejak dulu dia sudah didewasakan oleh keadaan, beberapa pemahaman yang sulit untuk dimengerti oleh anak seusianya bukanlah hal tabu baginya. Thalassa paham. Semuanya dia paham. Dia paham kenapa alasan kehadirannya di dunia ini begitu kompleks. Seharusnya dari awal dia tidak usah dilahirkan saja.
“Bicara apa kau ini?! Berhenti membaca buku-buku tersebut. Kau terlalu pintar untuk anak seusiamu!”
Garling sering kali protes saat Thalassa mengungkapkan beberapa pendapatnya tentang eksistensi dirinya. Pria tua itu suka mengomelinya dan menyita beberapa buku di kamarnya atau bahkan mengunci pintu perpustakaan agar Thalassa tidak bisa mengaksesnya selama beberapa hari. Atau terkadang pria itu tega mengirimnya ke barak latihan para ksatria suci agar diberi pelatihan dini. Meski kecil kemungkinan gadis itu akan meneruskan jabatannya sebagai pemimpin ksatria suci sekaligus kepala keluarga Figarland, tapi tidak ada salahnya mengenalkan dasar-dasar bela diri padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salt Of The Earth (on-hold)
FanficThalassa tumbuh dengan sebuah topeng protagonis di wajahnya. Dia bersikap baik, ramah, cerdas dan kuat. Orang-orang menganggap dirinya adalah kartu As yang dimiliki oleh bajak laut Topi Jerami, tanpa mengetahui jika di balik mata biru lautnya itu me...