1.

7.8K 79 0
                                    

Cuaca kali ini terlihat sangat cerah, juga teriknya matahari terasa sangat menyengat seperti langsung di atas kepala, membuat keringat lebih banyak terproduksi.

Terlihat dua gadis yang sedang berjalan cukup cepat menuju area parkiran, Arum salah satu gadis yang rambutnya tercepol wajahnya terlihat memerah karena panas, tangannya akhir-akhir ini sering membawa mini fan. Satunya lagi yang rambutnya sebatas bahu, memakai topi bundar ala pantai terlihat mengomel-omel karena kepanasan sambil membawa kipas lipat.

Setelah sampai di dalam mobil, dua gadis itu terlihat lega karena merasakan kesejukan dari ac, telihat gadis yang rambutnya tercepol melepas kardigan rajutnya, menyisakan tanktop crop bertali sphagetti warna putih.

Rora yang rambutnya sebahu meracau, setelah melepaskan topi bundarnya "Gile cuy, panas banget berasa di neraka"

"Emang pernah ngerasain di neraka?" tanya Arum.

"Arum ihh, yakali jangan sampe deh" ucap Rora kesal, sambil melajukan Porsche taycan pinknya meninggalkan area parkiran kampus.

Tangan Arum membuka segel kemasan air mineral "Oh.. kirain aja kan" ucapnya, setelah itu meminum air kemasan botol.

"Gak lahh.. nginep kayak biasa yah Rum, weekend nih, gue udah nyiapin film horor" ajak Rora

"Asal ada snack, boleh aja sih" ucap Arum sambil menatap Rora.

"Banyak stock tenang aja! Bik Tini udah belanja banyak kemaren di supermarket, ada banyak minuman salah satunya soda, ohh es krim matcha kesukaan lo juga ada!" ucap Rora antusias menatap Arum sambil menunggu lampu lalu lintas berganti.

"Yeay... es krim matcha! di rumah lagi dibatasin Bunda gak boleh banyak-banyak makan es krim masaa " Arum cemberut mengadu tentang Bundanya yang melarang makan es krim, pasalnya seminggu yang lalu tiap hari Arum makan es krim satu kotak full sampek habis, jadi minggu ini Bundanya melarang Arum makan es krim.

Rora ketawa kasihan "Pasti ada sebab sih Bunda lo  ngelarang gitu, gue tebak pasti kebanyakan makan es krim" lalu melajukan mobilnya karena lampu merah sudah berganti.

Arum mendesah kesal "Bener, tapi aku khilaf Rora! janji deh gak ngulangin lagi, lagian minggu ini belum sama sekali makan es krim"

"Beneran gak nih, ntar gue dimarahin Bunda Bunga kalo ngasih lo es krim"

Arum memegang tangan Rora yang menganggur sambil menatap berharap "Serius minggu ini belum! jadi nanti boleh ya Rora, hari ini aja deh, jangan bilang Bunda juga"

Rora menghela napas bingung "Hm.. yaudah deh boleh, hari ini aja tapi"

"Yeay! sayang Rora banyak-banyak" ucap Arum sambil memeluk Rora dari samping.

Gak terasa dua puluh menit perjalanan mobil udah mulai memasuki halaman rumah besar Rora yang bergaya ala eropa klasik yang hangat, namun sayang sekali rumah besar tersebut lebih sering di tinggali Rora sendirian di temani beberapa pembantu, itu pun ketika malam hari para pembantu akan tinggal didalam mess khusus yang letaknya di belakang pojok taman.

Orang tua Rora sendiri untuk sementara waktu tinggal di luar negeri, Mama Rora sedang berjuang melawan penyakitnya di salah satu rumah sakit terbesar di Singapura, dengan di temani Papa Rora yang juga sekarang sebagian pekerjaan kantornya dilakukan di sana.

Jadi udah biasa kalo Arum sering menginap di rumah besar Rora, pakaiannya pun banyak yang tertinggal di walk in closetnyanya Rora. Ayah dan Bundanya yang biasanya protektif itu, kalo menginap di rumah Rora selalu diijinkan karena tahu mengenai keadaan Rora yang sering kesepian, juga kedua orang tuanya dan orang tua Rora sudah lama bersahabatan.

Entangled with Her BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang