Happy Reading <3
Gadis yang mempunyai pipi tembam itu mengernyitkan dahinya sambil mendesis pelan. Seperti masih di alam mimpi, antara sadar dan tidak sadar. Dia merasakan benda basah namun kenyal mengecupi seluruh wajahnya. Sesekali benda basah itu turun ke lehernya.
"Shhh... " Gadis itu dengan sekuat tenaga membuka matanya, begitu terbuka dengan refleks lantaran kaget dia mendorong dada pengganggu tidur nyenyaknya untuk menjauh.
Lelaki yang tengah bertelanjang dada itu berdecak kesal. Gadis mungil ini udah mulai berani melawan rupanya. Bahkan dia hampir terjungkal jatuh ke belakang.
"M—maaf... " cicit gadis yang menggunakan kemeja kebesaran milik kakak sahabatnya.
"Ck... kenapa masih takut sama saya, Wangi?" Regaz menatap tajam gadis yang menundukkan kepalanya. "Apa saya menyakiti kamu? Padahal tadi malam kamu teriak-teriak percaya diri ke—enakkan. Bahkan nyodorin memek kamu ke mul— "
Dengan cepat Arum menutup mulut Regaz menggunakan telapak tangannya, menatap panik tatapan tajam lelaki itu, sebelum mengucapkan kata-kata yang makin membuatnya malu. "Stop, berhenti" rengek Arum. Dia benar-benar malu.
Knock... knock... knock...
Mendengar pintu kamar hotelnya di ketuk dari luar, Arum melepas tangannya dari mulut Regaz. Dia turun dari ranjang, berjalan menuju pintu untuk mengintip dari kamera yang bisa memantau area luar kamar. Matanya membelalak begitu melihat Rora yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan raut muka cemberut.
"Siapa?" tanya Regaz santai, dia berjalan mendekati Arum.
"Ada Rora, gimana dong?" Arum menatap lelaki di depannya yang terlihat santai sekali, berbeda dengan dirinya. Bola matanya berkeliaran panik sambil menggigiti bibirnya.
"Tenang, Wangi. Sekarang kamu mandi saja, Rora biar saya yang atur, okay?" Regaz berusaha menenangkan Arum yang panik.
"Tapi nanti ketahuan dong?"
Regaz menggelengkan kepalanya, tangannya menuntun Arum menuju kamar mandi "Gak akan, percaya sama saya. Atau mau mandi bersama aja?"
Arum mendelik, "g—gak usah" dengan cepat dia mengunci pintu kamar mandi, sebelum Regaz ikut menyelinap seperti semalam.
Regaz tertawa kecil melihat tingkah menggemaskannya Arum. Tangannya meraih ponselnya yang ada di nakas. "Rora dimana?" tanya Regaz begitu panggilan tersambung.
***
"Kenapa?" Regaz jengah sekali pasalnya dari tadi Brandon menatapnya penuh selidik.
"Gue curiga sama lo" Brandon menyipitkan matanya, tangannya berkacak pinggang, berdiri didepan Regaz yang sedang bersandar santai di sofa sambil menyesap rokok.
"Lo ada something kan sama dedek gemes Arum?" tandas Brandon cepat. Gelagat bosnya akhir-akhir ini terlihat mencurigakan sekali di matanya, terlebih tadi malam.
"Jawab woi. Tebakan gue gak mungkin salah kali ini, lo mencurigakan banget. Lo bejat banget sih kalo cuma mainin Arum yang polos." Nada bicara Brandon terdengar serius, menatap tajam Regaz.
Regaz menatap tenang sekretarisnya. "Gue bukan lo."
"Oh? Tapi nyatanya lo juga sangean mana sama dedek gemes. Kata gue lo mending berhenti sebelum terlalu jauh, gue kasian liat Arum lo mesumin."
Regaz mendengus kesal. "Gak usah nasehatin gue"
"Batu banget njing! Lo juga kan udah mau tunangan, mau lo kemanain Arum? Lo jadiin lonte pemuas napsu lo doang hah?" cerca Brandon. Meskipun dia brengsek suka celap-celup sana sini, otaknya masih jalan. Mana pernah dia polosin cewek, yang ada para cewek yang kegatelan minta dia belai duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled with Her Brother
Romance"Jangan Mas Re, jangan lagi.. hiks.. " Arum menggeleng panik, suara tangisannya mulai keluar. "Jangan, kenapa hm?" *** Gadis mungil bernama Arum, terjebak hubungan panas dan liar dengan kakak sahabatnya sendiri. *** Tulisan masih berantakan, revis...