Side Story

596 48 0
                                    

Sepuluh tahun kemudian...

Menjadi orang tua tidaklah mudah bagi setiap pasangan yang mempunyai anak. Kisah pertumbuhan anak sangat panjang, masa pertumbuhan anak adalah masa yang paling banyak orang tua awasi serta mendidik anak menjadi baik.

Dominic dan Abian merasakan hal sama, tidak mudah mendidik anak kecuali anak itu benar-benar nakal dan susah diatur beruntungnya Luca tidak seperti itu, Luca anak baik, ceria dan humoris.

Luca sudah berumur sepuluh tahun, anak itu begitu cepat pertumbuhannya. Abian sedikit tidak rela melihat anak sulungnya sudah besar tapi tidak apa, karena masih ada lagi Abian urus.

Anak kedua Abian dan Dominic, Brian Fernando Malfoy.

Anak mereka yang kedua sudah berumur satu tahun, anak itu juga sudah bisa merangkak kesana-kemari membuat Abian pusing mengejar anak itu. Anak yang begitu aktif

Seperti saat ini Brian merangkak dibawah meja seolah bersembunyi dari papanya, karena anak itu diam-diam memakan es krim yang ada ditangannya.

Abian sudah mencari kesana-kemari tapi tidak dapat menemukan anak bungsunya itu. Tapi dia mendengar sesuatu seperti suara mengecap makanan. Suara itu terdengar kecil namun Abian masih dapat mendengarnya.

Lantas Abian mengikuti suara itu yang ternyata ada seonggok manusia kecil dibawah meja itu. Tubuh gempal itu membelakangi Abian dan mulut kecilnya sibuk menjilat es krim.

Abian memandangi anaknya itu sebelum mengangkat Brian yang membuat anak itu terkejut dan berakhir menangis.

"Oh, sayang. Apa kau terkejut? Maafkan papa, sayang." Abian terlihat sedikit panik, dia mengambil tisu untuk menggelap mulut Brian yang kotor sekali akibat memakan es krim.

"Stt... Jangan menangis, maafkan papa. Kakak Luca akan pulang, sayang. Hm." Ucap Abian.

Seketika tangisan Brian langsung berhenti, Abian hanya tersenyum simpul. Brian sangat lengket dengan kakaknya, Luca. Bahkan anak itu tidak mau jauh-jauh dari kakanya, saat Luca ingin sekolah maka anak itu menangis keras dan mengoceh tidak jelas seakan dia enggan ditinggalkan kakaknya itu.

"Nah, mari kita tunggu kakakmu dan ayahmu itu." Dan anak itu mengoceh dengan semangat seolah memberitahukan kepada papanya bahwa dia menyetujuinya.

Abian berjalan keluar rumah, waktunya anak serta suaminya akan pulang sekarang. Abian duduk di teras sambil bermain dengan Brian, sesekali dua anak ayah itu akan tertawa.

Tidak perlu menunggu lama sebuah mobil sampai dihalaman rumah dan yang pertama keluar dari mobil itu adalah Luca lalu disusul oleh Dominic.

"Ian!"

Teriakan nyaring itu datang anak sulung mereka. Luca berlari kecil menghampiri adeknya itu.

"Ian sayang, kak Luca datang. Hehe..."
Luca langsung memeluk keduanya sekaligus. Itu membuat Brian senang bahkan anak itu tersenyum lebar menampakkan empat giginya. Luca melihat itu tidak tahan mencium pipi adeknya.

"Ian kok gemas bangat sih! Muah, muah." Dan ciuman itu terus berlanjut sampai pipi Brian memerah.

Dominic melihat itu hanya geleng-geleng kepala, dia menatap Abian dan tersenyum tipis lalu mencium bibir ranum Abian.

Setelah ciuman itu terlepas Abian bertanya, "Apa kalian lapar? Papa sudah menyiapkan makanan untuk kalian."

"Luca, lapar papa. Seharian Luca tidak dapat makan."

Sontak saja Abian dan Dominic menetap Luca. "Kenapa?" Mereka bersamaan bertanya.

Luca anaknya tidak bisa bohong dia akan berterus terang kepada orang tuanya, "Tadi disekolah, ada anak-anak nakal yang sengaja nyenggol bekalnya Luca. Jadinya Luca nggak makan seharian."

"Sayang" Abian merasa sedih. Anaknya mendapat perlakuan seperti itu saja dia tidak tahu.

"Luca nggak papa kok. Luca udah laporin mereka ke Bu guru. Mereka emang nakal, pa. Teman Luca aja mereka nakalin."

Abian menghela nafas lega, untung saja Luca anaknya pemberani jadi tidak mudah ditindas oleh orang lain. Ah, Abian sedikit bangga dengan dirinya yang mendidik anaknya supaya tidak takut pada orang lain dan jangan takut untuk melaporkan kepada orang dewasa.

"Yaudah, sekarang kita makan tapi sebelum itu kalian pergi bersih-bersih dulu." Ucap Abian.

"Oh iya, Dominic bawa Brian mandi bersamamu. Dia belum mandi tadi." Abian menyerahkan Brian kepada Dominic.

Setelah itu mereka pun masuk bersama.

.
.
.

Malam harinya Luca dan Brian tengah bermain bersama diruang keluarga ditemani sang papa yang menonton televisi. Kedua anaknya sangat berisik dengan Luca yang kegemasan melihat adiknya dan Brian yang berceloteh panjang.

Tapi itu tidak membuat fokus Abian  kearah mereka melainkan Abian sangat fokus dengan televisi yang menayangkan sebuah drama klise.

"Gemas bangat, ih! Pengen gigit pipi mochi nya." Luca berteriak sambil mencubit pipi Brian yang kenyalnya mengalahkan kasur empuk.

Sedangkan Brian anak itu tidak risih sedikit pun malahan anak itu tertawa melihat kelakuan kakaknya.

Tiba-tiba saja Dominic datang ikut nimbrung bersama kedua anaknya, pria itu mencium pipi kedua anaknya.

"Anak ayah lagi main apa?" Tanya Dominic sambil memangku Brian.

"Gak main apa-apa, ayah. Luca cuma mainin pipinya Ian."

Dominic mengangguk, "Besok ikut ayah, ya. Ayah mau ngajak kalian piknik."

"Yeeyy! Ayah bawa kita piknik."














Bersambung-

Dua chapter aja kok, nggak lebih

Sekalian chapter ini ada spoiler nya.

Ee apakah ituuuu.

Tolong vote nya ya 😉

Home Life After Two Years✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang