tangisan maut

973 81 1
                                    







Dominic membuka pintu rumah dan disambut oleh istrinya itu yang sedang berlarian mengejar Laura.

Keduanya tengah bermain kejar-kejaran, Dominic hanya diam memperhatikan mereka yang asik sendiri bermain.

"Aura sayang, jangan berlari lagi nanti kau tersandung—"

Bruk

"Astaga!." Pekik Abian menghampiri Laura yang tersandung mainan sendiri, mata gadis itu sudah berkaca-kaca.

Dominic yang melihat keponakannya jatuh langsung menghampirinya, mengangkat anak itu dan menyuruh Abian mengambil kotak obat.

Abian mengambil kotak obat dikamar Dominic dan saat ingin memberikannya kepada Dominic, kaki Abian sedikit oleng dari tangga dan dia tidak bisa menjaga keseimbangan dan berakhir terjatuh.

Bruk

Suara jatuhnya sangat nyaring membuat Dominic yang menenangkan Laura, melotot kan matanya melihat Abian terjatuh dari tangga. Pria itu menghampiri Abian dengan Laura yang ada digendongnya.

"Ceroboh sekali kalian berdua ini." Dominic mengomeli keduanya.

Tapi sepertinya kedua orang itu tak terima dikatakan ceroboh bahkan Laura sampai menangis keras dan mata Abian sudah berkaca-kaca.

Oh shit, tenangkan Dominic dalam situasi ini.

Dia mengangkat Abian disebelah kirinya sedangkan Laura ada disebelah kanan. Mempunyai tenaga bison, membuat Dominic tidak kesulitan mengangkat keduanya.

Lalu dia berjalan menuju sopa untuk mengobati luka mereka berdua, Abian menangis dipundaknya karena merasa kesakitan dikakinya sepertinya kaki Abian terkilir.

"Kalian jangan menangis di telingaku, berisik sekali, kupingku akan tuli kalau  kalian mengeraskan suara tangisan kalian."

"Paman tidak tahu rasa sakitnya seperti apa, ini sangat sakit paman!." Laura berteriak keras ditelinga Dominic.

Gadis kecil itu sangat kesal dengan Dominic yang selalu mengoceh dan menyalahkan mereka karena kecerobohan kecil.

Sedangkan Abian dia memukul pundak suaminya itu, wajahnya terlihat kesal sekali.

"Ya makanya aku akan mengobati kalian, atau kalian ingin kerumah sakit?."

"No/ tidak."

Keduanya menjawab bersamaan, dan malah berteriak ditelinga Dominic.

"Shit, diamlah."

Abian mendengar umpatan Dominic menepuk bibir itu pelan.

"Jangan mengumpat didepan anak kecil." Ujar Abian dengan marah.

Dominic berdecih pelan, dia mendudukkan istrinya terlebih dahulu  setelah itu mendudukkan Laura. Dia mengambil kotak obat yang berserakan akibat Abian yang jatuh dari tangga.

Setelah itu menghampiri keduanya yang tampak kesakitan, haruskah dia menelpon adiknya itu untuk datang kerumah dan mengobati keduanya.

"Aku akan menelpon Anna." Ujar Dominic membuat Abian menatapnya.

"Untuk apa?."

"Tentu saja untuk menyuntik kalian." Jawab Dominic hanya bercanda tapi sepertinya kedua orang itu sangat serius dengan ucapannya.

Dalam hitungan detik suara tangisan mereka terdengar nyaring kesemua penjuru rumah, bahkan Abian yang notabenenya pria dewasa seperti dirinya juga ikut menangis.

Dominic tidak tahu bahwa Abian sangat cengeng.

Dominic tidak perduli mau mereka menangis atau tidak, dia akan menghubungi Anna adiknya itu untuk ke sini.

Setelah menghubungi adiknya, Dominic menatap dua insan yang berbeda jenis itu, mereka masih menangis tapi tak seberisik tadi.

Dominic duduk disamping Abian melihat wajah sembab dan penuh air mata itu membuat Dominic ingin tertawa. Abian memicingkan matanya kearahnya.

"Jangan tertawa!."

"Phuff... Lihatlah wajahmu jadi bengkak seperti babi." Dominic tidak bisa menahan tawanya lagi padahal tidak ada yang lucu.

Abian menjadi kesal dan marah, dia memukul lengan suaminya itu keras tapi namanya orang kuat pasti tidak merasakan sakit. Malahan Dominic semakin keras suara tawanya itu.

"Sialan! Berhenti tertawa."

"Jangan mengumpat didepan anak kecil." Dominic menirukan suara Abian yang menegurnya tadi.

"Kau!."

Abian ingin memukul wajah suaminya itu, dia natap Laura.

"Laura, tolong paman menghajar monster laut ini!."

"Dimana?!." Kata bocah itu semangat, Abian menunjuk kearah Dominic.

"Itu dia! Serang Aura!."

Abian mengangkat Laura dan meletakkan gadis itu ditubuh Dominic, sedangkan Laura memukul kecil tubuh pamannya itu.

Sedangkan Dominic, pria itu menyingkirkan Laura dan meletakkan gadis itu disampingnya. Kemudian dia  menarik tubuh Abian jatuh keatas tubuhnya.

Menggelitiki tubuh Abian membuat suara tawa Abian terdengar.

"Aura, tolong paman Bian!."

Gadis kecil itu mencoba menarik-narik tangan Dominic yang menggelitiki paman cantiknya, tapi itu hanya sia-sia.

Abian menahan rasa geli ditubuhnya tangan kurus itu mengangkat Laura dan meletakkan gadis itu didepannya, sekarang dua tubuh itu ada diatas Dominic.

"Ayo kita gelitiki pamanmu."

Empat tangan itu menggelitiki tubuh Dominic tapi reaksi Dominic tidak terjadi apa-apa, Dominic duduk dan memeluk kedua mahluk itu.

"Tangan kecil kalian tidak terasa sekali di tubuhku, apakah kalian semut?." Ejek Dominic kepada keduanya.

"Kau mirip gajah gendut yang ada di telivisi, dia juga selalu makan ikan di sungai."

"Itu beruang, Abian."

"Gajah"

"Beruang"

"Gajah gendut"

"Terserah kau saja."

Laura dan Abian terkikik mendengar Dominic kalah dengan mereka. Abian dan Laura Mentos tangan mereka sedangkan Dominic memeluk mereka berdua sehingga Laura yang berada ditengah dua tubuh itu terjepit.

Mereka bertiga tertawa bersama, dan tidak memperdulikan Anna yang sudah datang sedari tadi.

"Ekhem, Aura sayang mari kita pulang."











.
.
.

Home Life After Two Years✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang