Not Side Story

649 40 3
                                    

Sebagai istri Abian harus melakukan semua pekerjaan, mulai dari mengurus anak, mengurus rumah serta mengurus suaminya. Tak jarang Abian selalu mengeluh dalam hatinya, betapa lelahnya menjadi ibu rumah tangga.

Tapi keluhan itu tiba-tiba lenyap saat melihat semua keluarganya berkumpul sembari menikmati makanan yang ia masak dan bercerita panjang tentang rutinitas mereka. Itu membuat Abian senang dan terharu, bayaran jeri payahnya digantikan oleh senyuman manis keluarganya.

"Papa! Luca mau keluar. Mau beli buku." Luca saat ini berusia lima belas tahun. Anak itu sudah lulus sekolah SMP dan baru memasuki masa sekolah SMA.

"Sendiri aja, kak?" Tanya Abian membasuh tangannya setelah selesai mencuci piring.

"Iya, pa." Jawab Luca menatap papa itu dengan hangat.

"Sama papa, ya. Papa mau ke minimarket."

"Eum." Luca mengangguk sembari menunggu Abian, Luca pergi keruang tamu yang disana ada adeknya yang berusia enam tahun. Brian sudah memasuki sekolah TK.

"Ian, kak Luca mau keluar. Ian mau nitip?" Tanya Luca duduk disamping Brian saat anak itu sibuk mencoret kertas kosong.

"Ian, mau nitip es krim aja, kak. Tapi yang banyak. Hehe..."

"Kamu ini es krim terus makannya. Kalo kamu sakit jangan cari papa." Tiba-tiba Abian datang sambil mengomel kepada anak bungsunya itu.

"Hehe... Peach, papa. Kali ini aja, Ian bakalan nggak makan es krim lagi, kok." 

"Bohong terus. Ayo Luca kita keluar."

Setelah itu mereka berdua pergi ke minimarket terdekat dengan Abian yang mengendarai mobilnya. Tenang dirumah ada Dominic yang menjaga Brian, kedua anak ayah itu akhirnya sampai di minimarket.

Mereka berdua masuk setelah abian memarkirkan mobilnya, Abian mengambil troli belanja dan mulai berburu belanja sedangkan Luca anak itu mengikuti langkah sang papa dari belakang sesekali Luca mengambil cemilan dan dimasukkan kedalam troli.

"Papa, minimarket ada jualan buku, nggak?"

"Cari aja, kak. Pasti ada." Abian menjawab sambil memilih dua daging sapi atau ayam.

"Luca cari dulu ya, papa."

"En. Jangan terlalu jauh."

Sementara Abian memilih belanjanya kita harus memperhatikan Luca yang kesana-kemari mencari buku, tapi sayangnya benda yang dia cari tidak dapat ditemukan. Mungkin minimarket ini hanya berjualan kebutuhan sehari-hari saja bukan kebutuhan peralatan sekolah. Akan Luca sampaikan kepada Abian bahwa tidak ada buku disini.

Saat Luca ingin menghampiri Abian tiba-tiba dia menabrak seseorang.

"Ah, maafkan aku tuan. Aku tidak sengaja menabrak mu." Luca panik mendapati seorang pria yang terjatuh dilantai akibat tabrakannya.

Luca mengulurkan tangannya kearah pria itu, "Sini ku bantu, tuan." Dan orang itu mengambil uluran tangan Luca sangat kencang membuat Luca yang tidak bisa mengimbangi tubuhnya terjatuh diatas tubuh pria itu.

Luca tidak sengaja menatap manik hitam legam milik si pria tersebut dan manik itu terlihat kosong dan suram  seperti tidak ada kehidupan didalam mata itu. Sadar dirinya berada diatas pria itu, buru-buru Luca menegakkan tubuhnya kembali dan menarik orang itu agar berdiri.

"Anda tidak apa-apa?"

"Hm"

"... Maafkan aku sekali lagi, tuan."

Suasana agak canggung bagi Luca ketika pria itu menjawab singkat, Luca ingin pergi tapi tangannya masih memegang tangan pria itu. Luca melepaskan pegangannya.

"Baiklah, aku pergi dulu, tuan. Sekali lagi aku minta maaf sudah menabrak mu." Luca pergi meninggalkan pria itu yang terpaku pada tangannya yang digenggam oleh Luca tadi.

"Hangat"

.
.
.

Bagi Abian dan Dominic, anak-anak adalah hal yang wajib yang mereka jaga oleh orang-orang yang ingin jahat kepada anak mereka.

Harta yang paling indah adalah harta yang dikaruniai anak, mereka berdua bersyukur memiliki anak walaupun dari rahim seorang pria. Tidak masalah, hal tabu dari dunia Oren tentang status pria hamil di cerita ini.

Luca dan Brian adalah harta berharga bagi Abian dan Dominic. Tapi begitu mereka menjaga anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang dirusak oleh sekolompok orang-orang yang tidak beradab dan haus akan nafsunya.

"Papa, Luca kotor. Luca tidak mau keluar lagi. Mereka jahat, mereka jahat, ayah. Mereka memaksa Luca melakukan itu."

Seharusnya masa remaja adalah masa pertumbuhan masa dewasa yang dimana setiap anak-anak pasti menikmati masa remaja mereka seperti main bersama teman-teman. Tapi sayangnya, Luca tidak begitu dia berumur lima belas tahun sudah merasakan berapa kejamnya dunia luar serta orang-orang jahat.

Dominic sebagai ayah begitu terpukul mengetahui bahwa anak sulungnya diperlakukan seperti itu. Dia tidak rela, dia harus membalaskan dendam Luca pada orang biadab itu.

Dominic bersama para bawahannya menyiksa mereka dengan sadis, meski begitu trauma sang anak tidak bisa disembuhkan.

Luca memberontak, Luca seperti orang gila. Berbagai cara Abian dan Dominic menangkan Luca dan menemui berbagai dokter untuk menyembuhkan Luca nyatanya tidak satupun yang berhasil.

"Aku baik-baik saja, papa. Tidak perlu khawatir aku akan ikut kemanapun kalian pergi membawaku."













.
.
.

Chapter ini banyak mengandung spoiler.

Just, tunggu cerita Luca nantinya

Saya tidak tahu kapan pastinya akan di publish. Tapi saya akan berusaha secepat mungkin.

Tolong dukung author nya ya 😉

Home Life After Two Years✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang