Merajuk

737 63 1
                                    


 
Dominic menghela napas lelahnya melihat sang istri merajuk soal tempo hari, dia sudah membujuk Abian dengan segala cara tapi pemuda itu tetap tidak mau mendengarkannya ataupun membalas ucapannya.

Dan juga Abian mogok makan.

Pemuda itu akan muntah bila diberi makan, katanya baunya tidak sedap dan tidak enak. Padahal Dominic sudah membuatkan makanan itu, namun hanya terbuang percuma karena Abian selalu menolaknya.

Tubuh kurus itu bertambah kurus, Abian selalu muntah entah itu pagi hari ataupun sore hari. Dominic sudah menyimpulkan bahwa gejala Abian mirip seperti orang yang sedang hamil. Namun Dominic belum berani membawa Abian kerumah sakit sebab pemuda itu keras kepala.

Mau memaksanya pun tidak bisa, Abian terus menyuruhnya menjauhi dirinya karena bau tubuh Dominic sangat tidak nyaman di indra penciumannya. Dominic mandi dua kali sehari bahkan dia memakai parfum untuk menyamarkan bau asamnya.

Pemuda itu membuat Dominic kesal setengah mati, tapi dia berusaha tidak menunjukkan emosinya kepada Abian, atau pemuda itu akan bertambah marah.

Saat ini mereka berdua ada di kamar dengan Abian yang menggulung selimut untuk menutupi tubuhnya dan Dominic hanya bisa memperhatikan. Dominic duduk ditepi ranjang sambil membaca buku, tapi matanya tidak melihat tulisan buku melainkan melihat gerak-gerik pasangannya.

Abian bilang bau Dominic sangat menyengat mengharuskan Abian berlindung dibalik selimut bahkan pemuda itu memunggunginya. Dominic sudah mandi dan harum bersamaan tapi Abian masih membantah menyuruhnya menjauhi dia.

"Apa kau tidak pengap dibalik selimut itu?." Dominic mencoba berbicara dengan Abian.

Abian hanya menanggapi dalam diam, tapi kepala kecilnya menyembul dari balik selimut menghirup oksigen dari luar. Dominic melihat itu tidak bisa tidak tertawa, pria bison itu tertawa rendah seolah dia berusaha meredam tawanya agar tidak terdengar oleh Abian.

Tiba-tiba saja mata tajam itu melirik Abian yang bergerak gelisah, pemuda itu lalu duduk dan menatapnya dengan mata sayu nya. Dominic berpura-pura tidak melihat tatapan itu dia begitu fokus membaca buku yang ia pegang.

Tapi belum satu menit dia terbuai oleh tulisan itu, tiba-tiba saja buku yang dia pegang hilang entah kemana dan dia mendengar suara 'buk' dari lantai. Matanya menjadi jernih seketika saat merasakan Abian menarik bajunya dan berusaha membuka kancing bajunya.

Dominic diam sambil menatap pemuda itu yang sangat kepayahan membuka bajunya, bahkan mata sayu itu mulai berkaca-kaca.

"Ugh, kenapa tidak bisa dilepas? Dominic buka bajumu." Abian berkata sambil menahan tangisannya. Setiap katanya pasti ada 'hiks' membuat Dominic menahan diri untuk tidak tertawa.

Dominic dengan patuh membuka semua kancing bajunya dan melepaskan kemeja yang dia pakai, sekarang dia bertelanjang dada. Segera saja Abian naik ke pangkuannya dan menghirup aroma dari tubuhnya.

???

Bukankah, Abian bilang bahwa baunya tidak enak? Kenapa sekarang pemuda itu sangat rakus menghirup baunya?

"Aku lapar."

Sekarang Dominic terkejut, ada apa dengan Abian? Kenapa tiba-tiba Abian bersikap seperti ini? Tapi, Dominic menelan kata-kata yang ingin ditanyakan nya. Pria itu mengambil piring yang berada diatas nakas samping tidurnya.

Dia sudah memasak untuk Abian kalau-kalau pemuda itu ingin makan. Dia ingin memberikannya kepada Abian tapi Abian menyuruhnya untuk menyuapi dia. Dengan telaten Dominic menyuapi Abian dengan sangat lembut. Bubur itu sudah habis dimakan Abian.

Dan sekarang pemuda itu bersenandung kecil jari telunjuknya memutar pola dada sixpack itu. Dominic hanya bisa memeluknya dan menghirup aroma Abian.

Setengah jam mereka diposisi yang sama, Abian melepaskan pelukan itu dia membuka laci meja yang berada disampingnya, mengambil benda itu dan dia dengan gugup menatap Dominic.

Dominic sangat penasaran apa yang dipegang oleh Abian, benda itu tepat berada didepannya saat Abian mengulurkan tangannya dihadapannya. Dapat Dominic lihat dengan jelas, benda itu panjang tapi ada dua garis disisi ujungnya.

Dua garis itu berwarna merah cerah, Dominic tidak bodoh benda apa yang dipegang oleh Abian.

Testpack.

Dominic mengambil itu dengan cepat dan sekali lagi melihat dua garis itu didepan matanya.

"Aku hamil. Selamat kau akan menjadi ayah."

Tanpa banyak kata Dominic melemparkan dirinya dan memeluk istrinya itu dengan lembut bahkan Dominic mencium bibir Abian dengan lembut tak lupa juga mengucapkan kata terima kasih kepada Abian.

"Terima kasih, terima kasih, kau sudah berjuang keras untuk selama ini. Aku berjanji akan merawat kalian berdua."

Dominic melepaskan pelukan itu dan membawa Abian ke pangkuannya, tangan kekarnya menyikap baju Abian dan memperlihatkan perut Abian yang masih rata, menyentuh perut Abian dengan hati-hati.

Dominic tiba-tiba jadi terharu dan sedih, dia teringat kejadian itu yang dimana Abian keguguran gara-gara dia. Dia takut bahwa malaikat kecil itu tidak mau menyapa dunia dan menyusul kakaknya di surga.

Dominic terlihat sedih dan Abian menyadarinya, pemuda itu memegang tangan Dominic yang berada di perutnya.

"Aku juga sama takutnya dengan mu. Dia masih belum tumbuh sempurna tapi dia yakin bahwa ayahnya bisa menjaga dia, aku juga yakin bahwa kau tidak akan melakukan itu dimasa depan."

"Aku yakin kau pasti bisa menjaga kami berdua."











.
.
.

Cerita ini gak ada yang namanya orang ketiga, saya nggak suka konflik. Ceritanya agak amburadul.

Ya gitu-gitu aja, ngebosenin

Tolong vote nya ya 😉

Home Life After Two Years✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang