pantai

676 49 0
                                    


Waktu sudah berlalu, sembilan bulan yang tak terasa sudah Abian jalani dan sekarang sudah waktunya.

Tepat sehari lagi, Abian menyuruh Dominic mengurus hal-hal yang perlu untuk dibawa ke rumah sakit. Seluruh keluarga mereka ikut menyambut kedatangan sang cucu. Mereka sudah menyiapkan hadiah untuk bayi Abian dan Dominic.

Saat ini kedua insan yang sedang menikmati momen berdua ada dipinggir pantai. Derai ombak yang menerjang tenang membuat Abian merasa tenang, pikirannya saat ini sedang kacau dan tentunya itu membuat Dominic khawatir kondisi istrinya.

Dominic membawa Abian berjalan-jalan di pantai, membantu sang istri merilekskan pikirannya.

Mereka duduk diatas pasir berlapis karpet, Dominic memangku Abian yang terlihat kelelahan, napas pemuda itu agak sesak. Tangan kekarnya mengelus lembut dada Abian yang naik turun.

"Dominic, s-sesak. Nggak bisa napas." Lirih Abian merasakan sesak pada dadanya.

Dominic terlihat khawatir, dia dengan sigap memangku Abian.

"Tenang, sayang. Atur napas mu perlahan saja. Jangan terburu-buru."

Abian menuruti instruksi Dominic dia dengan tenang mengatur pernapasannya, dan perlahan rasa sesak itu tidak lagi menggerogoti dadanya walaupun sedikit.

Dominic mencium kening Abian dengan sayang lalu memeluk pemuda itu. Desiran ombak menghanyutkan mereka berdua alhasil beberapa menit tidak ada yang bersuara.

"Tidak sesak lagi?." Dominic bertanya sambil membenarkan posisi Abian yang berada dipangkuanya.

"En." Abian mengangguk, dia menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.

"Dominic," Panggil Abian.

"Hm?," Dominic menatap Abian dengan pandangan bertanya.

Abian mendongak menatap wajah tampan Dominic yang menatapnya juga.

"... Nama anak kita siapa nanti? Dan panggilannya apa? Perempuan atau laki-laki? Atau malah kembar—?"

Pertanyaan-pertanyaan itu dihentikan oleh Dominic dengan mencium bibir Abian, ciuman itu hanya sebentar sebelum wajah Dominic terjatuh di bahu sempit Abian.

"Tidak perduli anak kita laki-laki atau perempuan ataupun kembar yang penting kau melahirkan dengan selamat."

Dominic menghirup aroma dari leher istrinya, "Untuk namanya, aku belum memikirkannya."

"Em... Tapi aku ingin kau yang menamai anak kita nanti."

"Baiklah."

Setelah itu hanya ada keheningan, Dominic yang sibuk menghirup aroma Abian dan Abian sibuk memandangi pantai yang sangat indah menurutnya.

Pantai ini dekat dengan rumah sakit yang di inap oleh Abian, pantai yang tidak pernah sepi pengunjung tapi sekarang pantai ini disewa oleh Dominic sehingga hanya ada mereka berdua di pantai itu.

Sembilan bulan bukanlah waktu yang singkat, Abian harus merasakan penderitaan orang hamil. Tiada hari tanpa rasa sakit, terutama pada tubuhnya yang kurang sehat. Dan sesak nafas yang sewaktu-waktu membuat dirinya kehilangan pernapasan.

Tapi untungnya Dominic selalu ada bersamanya, kemanapun dia pergi pasti ada Dominic dibelakangnya yang selalu mengawasinya. Abian bersyukur menjadi pasangan pria itu.

Abian menatap ke langit biru yang memancarkan cahaya kuning, sunset. Sunset di pantai selalu indah mau berapa kali pun melihatnya tetap tidak bosan. Abian sering ke pantai sebelum dia menikah dengan Dominic.

Melihat sunset yang sangat indah tidak bisa Abian lewatkan, mau dalam keadaan apapun dia akan mampir sebentar hanya untuk melihat sunset. Abian sangat merindukan hobinya itu, setelah menikah dengan Dominic Abian sangat jarang melihat sunset.

Tapi rasanya Abian merasa Dejavu

"Hehe," Abian terkekeh geli.

"Kenapa?," Dominic memiringkan kepalanya menatap Abian dari samping.

"Tidak, hanya mengingat masa lalu." Abian menjawab dengan cepat.

Abian ingat, saat itu dia dan Dominic sudah selesai melangsungkan acara pernikahan mereka. Saat itu Abian dan Dominic berada dimobil yang sama menuju rumah yang akan mereka tinggali.

Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba mogok dan itu tepat berada di pantai.

"Sialan! Kenapa kau berhenti mendadak?!." Ucap Dominic marah.

Dominic saat itu sangat tempramental, dia sangat suka marah-marah dengan orang lain termasuk dirinya. Asisten Dominic yang menjadi sopir menjawab dengan tenang bahwa mobilnya mogok.

"Kenapa tiba-tiba mogok, ha!. Padahal mobil ini ku beli beberapa hari lalu."

"Mungkin mesinnya mati, tuan. Saya akan memeriksanya."

"Sialan!."

Abian hanya diam tanpa mau membantu, dia sibuk memandangi pantai yang banyak sekali manusia yang sangat antusias melihat fenomena langit berwarna kuning, sunset.

Asisten Dominic cukup lama memeriksa keadaan mobil membuat Dominic berdecak pelan, pria itu turun dari mobil dan mendatangi asistennya. Membiarkan Abian didalam mobil.

Abian diam, dia masih memakai baju pernikahan mereka begitupun dengan Dominic, bedanya Dominic memakai jas hitam dan Abian jas putih.

Cukup bosan menunggu begitu lama, Abian memutuskan untuk keluar dan dia melihat Dominic berdebat dengan asistennya dan itu cukup menarik perhatian orang lain. Abian mencoba abai, dia tanpa meminta izin pada Dominic langsung menuju pantai.

Banyak orang yang sedari tadi memperhatikan dirinya, bagaimana tidak penampilan Abian sangat mencolok terlebih dia masih memakai baju jas putihnya.

Untuk apa seorang pria berjaz pergi ke pantai ?

Tapi Abian tidak memperdulikan sekitarnya, dia menikmati angin pantai. Didalam mobil sangat pengap dan panas, dia merasa haus kemudian Abian membeli air kelapa muda.

Abian tidak tahu bahwa Dominic kalang kabut mencari dirinya, sedangkan dia duduk di salah satu bangku yang ada di Pantai itu. Sambil menikmati air kelapa itu, Abian menatap langit yang berhias sunset yang sangat indah.

Sampai seseorang duduk disebelahnya dan orang itu adalah Dominic.

"Kenapa kau duduk disini?"













.
.
.

See you, sayang.

Tolong vote nya ya 😉

Home Life After Two Years✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang