C. Ulangan harian

25 28 0
                                    

Aril dan Krisna berjalan berdampingan di lorong koridor sekolah. Hari ini mereka berangkat lebih pagi dari biasanya, karena hari ini mereka akan mengikuti ulangan harian.

Sepanjang berjalan menuju ruang kelas Aril hanya menatap lurus kearah lantai, lebih ke menundukkan kepalanya. Krisna yang melihat itu tampak menatap sepenuhnya kearah Aril.

"Lo kenapa? canggung ya mau ulangan hari ini?" tanya Krisna.

Aril menatap kearah kakaknya itu kemudian menggeleng. "Enggak kok. cuma kepikiran sama Ella, dia telat makan nggak ya, atau telat bangun pagi."

Krisna menghela napasnya pelan. "Tak kirain kenapa? taunya mikirin pacarnya, perhatian banget sih lo." heran Krisna.

"Iya dong, emangnya kamu, belajar terus sampai pacar sendiri dilupain." sidir Aril.

Krisna memutar bola matanya malas, kemudian Ia berjalan lebih dulu. takut Aril akan melontarkan kata-kata yang membuat dirinya tersindir.

Setelah sampai di kelas 12, Krisna maupun Aril menatap heran kearah Fariz, tumben. biasanya lelaki itu selalu tidak belajar saat menghadapi ulangan. bahkan jika dilihat Fariz tampak fokus menghafal buku di genggamannya.

"Lo ngapain?" tanya Krisna menghampiri Fariz, Ia sangat penasaran dengan kegiatan lelaki itu, Krisna begitu heran dengan lelaki setengah waras seperti Fariz ini sedang menghafal.

"Mata lo buta apa? Gue lagi hafalan," jawab Fariz sok serius dengan kedua mata yang dipejamkan.

"Hafalan apaan?" Celetuk Aril beralih duduk disebelah Fariz.

"Hafalan buat ulangan nanti, nanti ulangan kan?"

"Enggak maksud gue, kok bisa gitu seorang Fariz Nuafal Hanan. belajar buat ulangan."

"Siapa tau lo habis kepentok meja atau tiang bendera, makanya lo jadi begini."

"Ngomong apaan sih kalian! ini gue serius belajar nih. biar nggak nge-repotin kalian buat ngasih gue contekan." Fariz berucap sambil menaik turunkan alisnya.

"Terus semalem gue juga habis blender buku pelajaran katanya biar otak kita tuh pintar."

Krisna mendecak sinis, tentu saja Ia tidak akan percaya dengan ucapan Fariz. Pria itu hanya mengarang bebas sesuka otaknya.

"Tumben lama banget nih masuk nya, udah jam setengah delapan," giliran Dain mulai mengoceh.

"Bener," sahut Aril menyetujui ucapan Dain.

Fariz tiba-tiba membuka matanya, berhenti komat-kamit. Fariz menggeser sedikit tubuhnya agar lebih dekat dengan Krisna.

"Apa gue pura-pura pingsan aja, ya? Biar kalian nanti gotong gue ke UKS dan kita bertiga nggak usah ikut ulangan," ucap Fariz mengutarakan idenya.

"Kenapa lo nggak pura-pura mati sekalian aja, siapa tau lo mati

beneran?" tajam Krisna dan langsung diacungi dua jempol oleh Aril. Fariz mendesis kesal, ia memilih diam dan kembali melanjutkan menghafalnya.

ulangan harian hari pertama, ASJ dan Informatika, akhirnya selesai. Siswa SMK Ar-rahmah keluar dari kelas dengan wajah pucat dan penampilan berantakan. Rambut acak-acakan, dasi sudah ke mana-mana. Padahal ini baru ujian hari pertama.

"Itu soalnya yang susah banget, apa otak gue yang bodoh banget?" cibir Fariz merasakan kepalanya masih panas akibat soal matematika yang dikerjakannya beberapa menit lalu.

"Bener banget. Susah soalnya," tambah Dain.

Fariz menoleh ke dua kakak beradik yang terlihat biasa saja dan tetap tenang. "Lo nggak kesusahan, Kris, Ril?" tanya Fariz.

Rainbow at SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang