SBJB 3

33 5 0
                                    


Setelah percakapan kecil itu terjadi, lelaki itu baru menyadari bahwa jari jemari tangan Izzah terlilit dengan balutan kain kasa.

"Tanganmu kenapa?" Tanya lelaki itu penasaran.

"Oh ini, tadi abis kena pecahan piring." Jelasnya dengan nada rendah.

"Oh." Singkat lelaki itu.

Lelaki itu kemudian melihat pergelangan tangan kirinya yang terpasang sebuah jam tangan.

"Udah jam 5 seperempat, bentar lagi mau Maghrib nih, gausah lanjut tidur lagi lah." Gumamnya sendiri.

Percakapan itu pun berhenti sejenak.

"Gak lanjut tidur mas?" Tanya Izzah melirih.

"Enggak, bentar lagi kan magrib, palingan sebentar lagi bisnya juga berhenti." Jelasnya.
"Ouh."

"Eh kok gak diminum airnya?" Tanya lelaki itu menatap sejenak ke arah Izzah.

"Hehe, lupa." Izzah tersipu malu dan memalingkan wajahnya dari muka lelaki itu
Izzah pun meminumnya.

Tanpa sengaja ia melihat lelaki itu membuka topinya, terurailah rambut lurusnya yang terbelah dua.

"Ehek." Izzah tersedak air.

"Kenapa mbak?" Tanya lelaki itu terkejut.

"Engga mas, keselek dikit." Jawabnya.

"Duh kok jadi gini sih." Batinnya.

Lelaki itu pun mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada Izzah. "Nama mbak siapa kalau boleh tau?"

"Azizzah Humaira mas, biasa dipanggil Izzah." Terang Izzah dengan nada rendah.

"MasyaAllah cantiknya namamu, lucu juga ya setelah disingkat." Balas lelaki itu.

"Hehe, iya panggilan sejak kecil." Ucap Izzah sedikit tersenyum.

"Kalo nama masnya?" Lanjutnya dengan penasaran.

"Afan."

"Mas Afan?" Ucap Izzah untuk memastikan pendengarannya.

"Iya."

"Oh iya, umur kamu berapa? Kok keliatan masih muda." Lanjutnya mengarahkan pandangannya ke Izzah sekilas.

"18 tahun mas, kalo mas berapa?"

"Umur saya 22 tahun, jadi saya harusnya panggil kamu dek?"

"Hehe, panggil nama aja ya mas." Lirih Izzah.

"Masnya udah lulus?" Lanjutnya.

"Iya Kamis kemarin abis wisuda... em kenapa gak mau dipanggil dek?" Tanya lelaki itu terlihat keasikan berbicara dengan Izzah.

"Hehe gapapa, udah keseringan dipanggil Izzah sama ortu, aku juga anak tunggal jadi gak dipanggil dek, mau dipanggil kak, tapi ga punya adek. Kakak kuliah dong berarti, punya gelar sekarang."

"Oh kamu anak tunggal... Gelarnya cuma buat undangan doang, hehe." Balas Afan tersenyum kecil.

Izzah terdiam sekejap, ia sedikit terkejut ketika mendengar ucapan undangan dari Afan.

"Mas Afan mau nikah?" Tanyanya dengan penuh penasaran yang hanya bola matanya saja melirik ke arah Afan.

"Eh belum lah, calon aja belum ada." Jelasnya.

"Kalo ada udah pasti saya duduk disampingnya." Lanjut Afan tersenyum kecil seraya menundukkan kepalanya lagi.

"Oh iya hehe, kirain mau nikah." Balas Izzah.

Percakapan pun berhenti sejenak.
Karena mengira percakapan sudah tidak ada lagi, Izzah melihat pemandangan jalan yang berada dibalik kaca disamping tempat duduknya.

Semarang Bertemu Jakarta Bertamu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang