Hello! Maaf banget ya baru up. Jangan lupa vote. Terimakasih.
Zhafran kini melangkah menuju kamar istrinya itu. Ia juga ingin melihat apakah istrinya itu telah bangun.
Setelah dihampiri, ternyata istrinya belum terbangun juga. Zhafran lekas tersenyum.
"Kamu tidur aja cantik, MasyaAllah."
"Zah...." Bisik suaminya itu mencoba membangunkan istrinya dengan lembut.
Sembari berbisik, dirinya juga membelai hijab sang empunya itu.
Dengan perlahan Izzah mulai membuka kelopak matanya. Dengan samar-samar ia pun menatap dihadapannya sepasang bola mata.
"ASTAGFIRULLAH." Ucapnya terkejut.
"Zah???" Tanya suaminya itu kebingungan.
"Saya ini suamimu, bukan hantu." Sambungnya.
Dengan sadar, Izzah segera mengingat-ingat.
"Aduh.. maaf mas Izzah lupa. Abisnya tidurnya nyenyak banget."
"Iya kan tidurnya sama mas." Balas suaminya.
"Mm, gak ya. Biasanya sendiri juga enak."
"Serius?" Jawab Zhafran mengangkat alisnya.
"Iya..."
"Udah. Bangun." Perintah suaminya.
"I-iya."
"Mas mau sarapan?"
"Nanti saja. Mas baca Qur'an dulu."
"Mm, mau dibuatin teh? Atau kopi?" Usul Izzah.
"Yang penting manis."
"Lihat ini." Seru Izzah menunjukki telunjuknya di pipi wajahnya sendiri dengan tersenyum.
"Em manisnya." Balas suaminya.
"Udah kan?" Tanya Izzah.
"Sudah."
"Jadi Izzah ga usah buatin teh apa kopi?"
"Sesukamu." Balas suaminya.
"Bercanda mas.... Masa orang seimut ini gak bisa bikin."
"Bikin apa?" Tanya suaminya.
"Teh lah mas. Mas kira apa?"
"Nggak."
"Hmm." Dengung Izzah.
"Yaudah Izzah ke dapur dulu." Lanjutnya.
"Iya." Singkat suaminya.
Izzah lekas berjalan perlahan dengan rautan senyuman. Biasanya dirinya membuat minuman hanya untuk dirinya sendiri namun kali ini dirinya membuatkan untuk seorang laki-laki yang istimewa tak lain adalah suaminya sendiri.
Kini ia mulai membuka rak kabinet dapur yang sejajar dengan wajahnya.
"Tehnya habis?" Keluhnya yang tidak melihat satupun bungkus teh yang tersisa.
"Em.... Kopi aja kali ya?" Pikirnya lekas meraih sesachet kopi hitam murni tanpa gula.
Selepas itu ia mengambil secangkir gelas dan menuangkan kopinya.
"Tambahin gula berapa sendok ya?" Pikirnya yang tidak tahu sebab dirinya belum pernah membuat kopi murni yang tanpa gula.
"Satu? Dua? Em berapa ya?" Gumamnya masih kebingungan.
"Dua aja deh. Daripada pahit ga keminum."
Tak lupa ia menuangkan air yang mendidih kedalam cangkir itu dan mengaduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semarang Bertemu Jakarta Bertamu (On Going)
Teen FictionSeorang gadis yang tengah berlibur ke Jakarta untuk menghilangkan rasa sedihnya karena gagalnya masuk perguruan tinggi. Liburan itu tak sedikit banyak mengalami kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan. Jakarta akan menjadi tempat yang bersejarah b...