SBJB 13

10 2 0
                                    

Izzah menunggu suaminya itu yang tengah berganti pakaian. Ia duduk di tepi ranjangnya sambil menggoyangkan kaki-kaki nya.

Tiba-tiba dirinya teringat sesuatu, Hasna. Bagaimana dengan dirinya. Apakah dirinya menerima jika tahu bahwasanya Izzah telah menikah dengan Afan. Entah, ini juga bukan disengaja. Ia pasti paham. Namun bagaimana jika hubungan sepupunya itu runtuh, terputus begitu saja.

Izzah menghela napas untuk menenangkan dirinya.

Kini suaminya telah keluar dari kamar mandi. Terlihat suaminya itu memakai kaus polos putih dan celana chinos cream.

Ia pun lekas menghampiri istrinya itu. Dan ikut duduk disampingnya.

Zhafran tersenyum menatap istrinya itu.

"Tidak sangka saya mendapati kamu. Ternyata ibu memilih kamu untuk jadi pasanganku. Tapi aku yakin ini semua rencana Allah." Tuturnya

Izzah hanya tertegun mendengar ucapan suaminya itu. Ia hanya dapat tersenyum sebagai balasannya.

"Em.... Mas, suara mas bagus banget tadi. Boleh dengerin lagi?"

"Nanti ya, bentar lagi sholat dzuhur."

"Huft iya."

Benar saja, adzan dzuhur mulai terdengar. Mereka berdua terdiam dan mendengarkannya hingga selesai.

"Mari sholat." Ajak suaminya.

"Emm m-maaf mas. lagi dapet."

"Jadi nanti ga bisa dong?"

Pikiran Izzah seketika berwisata, apa yang dimaksud suaminya itu? Apakah dirinya hanya salah tafsir kembali. Ia pun mencoba untuk bertanya.

"Emm a-apa mas?"

"Jadi makmum saya."

Izzah menghela napas lega saat tahu jawaban dari suaminya itu.

"Yasudah, saya ke masjid dulu."

"Iya mas."

Zhafran pun lekas menuju masjid. Tetapi dirinya tidak sendirian. Ada Abinya alias mertuanya sendiri.

"Bagaimana? Apakah kamu sudah tahu wajah istrimu?" Tanya Abi Hamzah seraya berjalan kecil menuju masjid.

"Sudah bi, bahkan sebelum menikah."

Abi Hamzah terkejut. Darimana bisa tahu wajah istrinya itu sebelum menikah? Bukankah dirinya baru pertama bertemu.

"Bagaimana ceritanya nak?"

"Nanti saja bi, mari kita sholat dulu. Takut terlambat." Jawab Zhafran.

"MasyaAllah nak, beruntung saya memiliki menantu yang baik seperti mu." Pungkas Abi Hamzah tersenyum.

••••

Menunggu suaminya itu pulang dari masjid, Izzah berniat untuk mengganti pakaiannya. Selepas itu ia pun pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan kepada suaminya itu.

Terlihat uminya juga tengah repot disana.

"Umi lagi apa?" Tanya Izzah.

"Lagi masak nak, dimana suamimu?"

"Ke masjid mi, Izzah boleh bantu mi?"

"Tidak perlu Zah, kamu menyiapkan nasi untuk suamimu saja. Jadi nanti suamimu tinggal menikmatinya."

"Iya Umi, niat Izzah sebenernya juga itu, hehe."

Semarang Bertemu Jakarta Bertamu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang