Kata Mama, nama cowok yang dikenalin ke aku itu Bhagavad Gita.
Jujur, namanya ganteng. Soalnya aku tau arti dari Bhagavad Gita itu apa. Dan aku harap, namanya mencerminkan kelakuannya juga.
Arti Bhagavad Gita, ... ,
Pengen sih dijabarin satu-satu. Tapi mending liat di Google aja langsung.
Ini lagi dijodohin, ya?
Jawabannya, iya.
Sebenernya gak wajib nikah sama si Bhagavad itu sih. Tapi kalau aku emang beneran mau lanjut S2 ke luar negeri, aku wajib nikah dulu. Kalau gak nikah, gak bakal diizinin untuk pergi lanjut pendidikan ke luar negeri.
Berhubung aku ini jomblo dari lahir, jadilah Mama kenalin aku ke anak temennya. Kalau dari foto sih ganteng. Dan anaknya juga di akhir 20 umurnya. Kalau gak salah 29 tahun, sedangkan aku 27 tahun.
Kata Mama, Bhagavad ini dapet promosi dari perusahaan, tapi promosinya harus mutasi ke luar negeri. Dan negara tempat promosinya itu ke Kanada, tujuan tempat kuliahku juga. Makanya aku setuju untuk kenalan dulu sama Bhagavad. Ya seenggaknya ada obrolan dulu lah, gak tiba-tiba oke untuk nikah.
Toh gak ada yang maksa untuk nikah.
Ya tapi itu tadi. Kalau emang beneran serius mau kuliah ke luar negeri, aku harus nikah dulu.
Awalnya emang susah sih untuk yakinin Bhagavad untuk ketemu. Dia punya banyak alasan untuk gak bales chat dan hindarin topik untuk ketemu. Alasannya klise, Bhagavad itu kerja di salah satu Big Four, jadi susah untuk dihubungi.
Kalian gak salah baca kok. Makanya bisa sampe mutasi promosi ke luar negeri. Bahkan kata Mamanya Bhagavad, cowok itu udah S2 dibayarin perusahaannya. S2nya di Amerika, di Harvard, terus kerja di cabang perusahaan yang di Amerika.
Denger semua pencapaian Bhagavad, gak mungkin aku gak minder. Pastilah minder.
Tapi kalau diliat-liat lagi, CV aku gak jelek-jelek banget, kok. Karena kita beda bidang kerjaan aja, jadi pekerjaan Bhagavad keliatan keren di mataku. Padahal apa yang aku lakuin juga gak kalah keren.
Percaya gak kalau aku bilang sekarang aku udah nikah sama Bhagavad? Sini aku ceritain gimana lika-likunya berjuang buat dapetin dan menjalani hidup bareng patung berjalan, alias Bhagavad Gita.
.
.
."Ma, aku ditawarin UNDP buat S2 lho."
Perbincangan makan malam itu, Handaru buka dengan obrolan mengenai pekerjaannya.
"Di Indonesia?" tanya Ajeng, ibu dari Handaru.
"Terserah aku maunya di mana. Nanti dikasih beasiswa sama UNDP."
"Kalau emang mau ke luar negeri, nikah dulu, ya."
Handaru membulatkan matanya. "Nikah?" ujarnya yang kemudian tertawa. "Pacar aja gak punya, gimana mau nikah."
"Mama kenalin sama anaknya temen Mama. Banyak kok yang jomblo."
"Mama aku kenalin juga ke atasan di kantor, mau? Kan Mama juga jomblo. Dari aku umur 9 tahun lagi."
Ajeng tertawa. "Mama bisa kapan aja. Kamu dulu, mumpung masih muda. Lagian cinta Mama masih untuk Papa."
"Udah 18 tahun, tapi cinta Mama masih besar banget buat Papa." Handaru tersenyum haru menatap Ibunya. "Aku juga mau punya pasangan sekali seumur hidup. Kalau dijodohin gitu, banyak yang cintanya gak bertahan lama. Worst case, gak ada cinta sama sekali."
"Mama gak maksa kamu nikah. Kalau kamu mau cari jodoh dulu, silakan aja."
"Berarti aku boleh S2 gak pake nikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ✓
FanfictionMenurut kalian, cinta bisa berbicara gak? WARN! Markhyuck GS