Sejujurnya, masakan Bhagavad itu benar-benar membantu Handaru mendapat nutrisi yang layak dari makanan. Belakangan ini, Handaru hanya bisa mendapat nutrisi dari suplemen. Sebab, setiap makanan yang masuk akan selalu dimuntahkan kembali.
Karena itu, selama seminggu ini, Handaru selalu menerima bekal dari Bhagavad yang dititipkan di resepsionis. Tidak lupa juga untuk mengembalikan tempat bekal melalui resepsionis juga.
Selalu ada kertas-kertas kecil di setiap bekal yang diberikan Bhagavad. Entah ucapan semangat, selamat menikmati hidangan, maupun pesan untuk menjaga kesehatan. Semua kertas tersebut berakhir di tempat sampah. Kata-kata yang ditulis tangan oleh Bhagavad itu tidak berhasil meluluhkan hati Handaru. Perempuan itu sudah pada keputusan untuk bercerai dan menghapuskan segala jejak Bhagavad dalam hidupnya.
"Oh my God," ujar Handaru saat melihat kalender di layar laptopnya.
"Ada apa?" tanya Alice.
"Aku melewatkan hari aborsi," ujar Handaru dengan lemah. "Lusa aku akan pergi ke Kenya selama dua minggu. Setelahnya akan pergi ke Prancis untuk konferensi internasional. Astaga." Handaru mengusap wajahnya dengan kasar.
Alice terkekeh. "Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyetujui usulanku saat itu."
Handaru berdecak. "Ya. Sepertinya aku akan memberikan anakku untukmu. Karena jika tidak aborsi dalam minggu ini, aku tidak bisa aborsi lagi. Usia kehamilanku sudah tidak memungkinkan untuk aborsi."
"Perlu kubuatkan kontraknya?"
Handaru mengangguk cepat. "Yes, please," ujarnya. "Akan aku tanda tangani setelah pulang dari segala kegiatan dinasku."
"Will wait on it."
.
.
.Beruntung sebelum pergi ke luar negeri, Handaru tidak ada bertemu dengan Jaehyun. Lelaki itu juga sedang banyak pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk bertemu. Sehingga Jaehyun tidak pernah tahu jikaperut Handaru sudah membesar berkat anak yang dikandung.
Handaru dan Jaehyun hanya sesekali menelpon saja. Saling menemani untuk mengerjakan pekerjaan masing-masing. Perbedaan waktu yang lumayan besar membuat waktu yang dihabiskan tidak terlalu banyak.
Setelah menghabiskan waktu selama seminggu di Prancis, Handaru harus kembali lagi ke Kenya. Masih banyak hal yang belum diselesaikan sebelum pergi ke Pranci. Karena itu Handaru tidak bisa kembali ke Kanada secepatnya. Dengan itu juga, Handaru harus menerima amukan dari profesor yang membimbingan penulisan tesisnya.
Sudah sebulan ini Handaru berada di luar Kanada. Kini perempuan itu duduk di kursi yang tersedia di dalam kamar rumah sewanya. Mengerjakan pekerjaan dan juga tugas kuliah yang harus segera dikumpulkan.
"Eh?"
Handaru mengusap perutnya saat merasakan tendangan kecil dari dalam perutnya. Tanpa sadar tangannya bergerak mencari pergerakan lain. Ia tersenyum lebar dengan mata berkaca-kaca ketika tangannya merasakan pergerakan lain dari dalam perutnya.
"Hai," sapa Handaru dengan suara bergetar.
"Ya Tuhan." Handaru mengusap air mata yang menetes begitu saja.
Setetes air mata itu memimpin air mata lainnya. Handaru tidak bisa mengendalikan perasaan yang memenuhi dadanya saat ini. Ia terus menangis mengeluarkan segala perasaan yang dirasakannya. Melupakan pekerjaannya begitu saja akibat tendangan kecil dari dalam perutnya.
"Ya Tuhan." Handaru mengerang kencang akibat perasaan campur aduk yang dirasakannya. Benar-benar membuat dadanya sesak.
"Maafin Mama, ya, small bean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ✓
FanfictionMenurut kalian, cinta bisa berbicara gak? WARN! Markhyuck GS