"Handaru," panggil Bhagavad saat melihat Handaru yang memasuki dapur dari ruang belakang rumah. "Kamu semalem tidur di mana?"
"Di kamar tamu," jawab Handaru dengan tenang.
"Saya gak ada liat kamu di sana."
"Matanya harus diperiksa berarti," balas Handaru dengan jenaka.
Bhagavad menatap Handaru yang terlihat santai mengambil air dingin dari dalam kulkas. "Saya minta maaf."
"Gak usah minta maaf," jawab Handaru seraya menutup kulkas. Matanya menatap Bhagavad dengan serius. "Toh bakal keulang lagi," lanjutnya yang kemudian tersenyum kecil.
"Seminggu ini saya capek banget. Maaf karena saya gak jago kontrol emosi saya dan bikin kamu sakit hati."
"Kamu gak jago kontrol emosi pas lagi capek itu justifikasi kamu biar gak salah atau gimana nih?" tanya Handaru dengan santai. "Kalau emang pengen aku jauh dan gak banyak omong dulu, bisa kok bilang, 'saya capek banget, dan saya gak mau marah ke kamu. Boleh, ya, kasih saya ruang dulu, nanti saya jelasin semuanya.' Aku selalu gitu ke kamu, kan, Ga? Biar kamu paham tentang aku dan gak bikin kamu sakit hati. Tinggal ngomong kalau kamu lagi capek aja gak ribet, kok. Karena aku tau rasa keselnya ketika harus berhadapan sama orang yang emosinya gak stabil, .... ,
"Kamu contohnya." Handaru masih berani menatap tepat di mata Bhagavad. "Aku juga capek lho. Seminggu ini aku dibikin khawatir dan bingung sama kamu. Pulang-pulang malah marah. Kalau emang udah nemu cewek lain untuk kamu temuin pas pulang, bilang aja. Aku bakal pindah dari sini."
"Gak ada, Handaru," balas Bhagavad dengan cepat.
"Emosi aku mulai gak stabil. Aku gak mau marah-marah dan teriak-teriak gak jelas ke kamu."
"Handaru," panggil Bhagavad dengan lembut, sebelum Handaru meninggalkan dapur.
"Apa?"
"Tenangin dirinya jangan sampe besok, ya? Saya udah reservasi restoran dari dua minggu lalu untuk makan malem sama kamu hari ini."
Handaru mendengus. "Aku usahain."
.
.
.Tidak ingin memperkeruh suasana, Handaru memutuskan untuk mengalah dan menerima ajakan Bhagavad untuk makan malam bersama di sebuah restoran yang terletak di lantai atas sebuah hotel bintang lima ternama. Pantas saja reservasinya dari dua minggu lalu. Karena restoran yang didatangi adalah restoran ternama dengan kualitas makanan terbaik.
Handaru menggunakan pakaian terbaiknya, dan ia tidak menyesal untuk itu. Pakaiannya tidak memalukan untuk digunakan ke restoran yang didatangi.
"Gimana, Han?"
Handaru menoleh dengan cepat ke arah Bhagavad. "Kamu panggil aku apa tadi?"
Bhagavad mengedikan bahunya dengan acuh. "Semua orang panggil kamu Daru, saya mau beda. Kaya kamu panggil saya Bhaga disaat semua orang panggil saya Gaga," jawabnya yang kemudian tersenyum lembut. "Ayo, saya udah laper."
Selama seminggu, Bhagavad berhasil membuat Handaru khawatir dan bingung. Kemarin malam, Handaru dibuat sedih dan sakit hati oleh Bhagavad. Paginya dibuat bingung dan marah oleh orang yang sama. Dan malam ini, Handaru dibuat senang dan bahagia. Entah Handaru yang memang terlalu mudah mengatasi emosinya, atau memang Bhagavad yang mudah memanipulasi perasaan Handaru. Entahlah. Baik Bhagavad maupun Handaru, keduanya hanya akan menikmati malam ini dengan baik.
Makanan pembuka disajikan. Handaru tidak bisa mengendalikan rasa kagum dari makanan kecil yang tersaji indah di hadapannya. Bhagavad dan Handaru menikmati makanan pembuka mereka tanpa obrolan. Saling memuji makanan pembuka yang disediakan berbeda untuk Bhagavd dan Handaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ✓
FanfictionMenurut kalian, cinta bisa berbicara gak? WARN! Markhyuck GS