Bisa

129 36 9
                                    

Handaru pergi dari rumah. Perempuan itu menetap di sebuah hotel terdekat dari rumah. Hal ini dikarenakan Handaru yang ingin segera pergi dari hadapan Bhagavad, tetapi barang-barangnya masih berada di rumah.

Dari segala barang-barang yang berada di rumah, Handaru sangat membutuhkan laptop. Ia tetap harus bekerja meskipun rasa sakit masih melingkupinya. Meskipun ada masalah pribadi, menjadi profesional dalam pekerjaan itu harus. 

Mendapatkan notifikasi tersebut, Handaru pun segera bersiap untuk mengambil barang-barang yang berada di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mendapatkan notifikasi tersebut, Handaru pun segera bersiap untuk mengambil barang-barang yang berada di rumah. Bhagavad sudah berangkat bekerja. Artinya rumah sudah kosong. Handaru bebas merapikan barang-barangnya untuk dibawa pergi. 

Tidak butuh waktu lama, Handaru kini sudah berada di depan rumah. Mobil Bhagavad sudah tidak terparkir di area parkir mobil. Ia pun membuka pintu utama yang kata Bhagavad tidak dikunci karena Handaru yang lupa membawa kunci rumah cadangan. 

Handaru berjalan ke arah dapur. Ia hendak mengambil buku-buku yang masih berada di ruang belakang rumah. Lampu pun dinyalakan agar tidak menyesatkan jalan menuju ruang belakang. Betapa terkejutnya Handaru mendapati Bhagavad yang duduk di kursi makan. 

"Kamu bilang, kamu udah berangkat kerja!" jerit Handaru akibat rasa terkejutnya. 

Bhagavad menatap Handaru dengan perasaan bersalah. "Kalau gak gitu, kamu gak pulang. Saya harus ngobrol sama kamu."

Handaru menggelengkan kepalanya. "Aku gak bisa mikir. Aku cuman marah setiap liat muka kamu. Mending nanti aja."

"Handaru, dengerin saya dulu," tegas Bhagavad yang kini berdiri menghampiri Handaru. 

"Aku capek, Bhaga," ujar Handaru dengan lirih. "Sebelum nikah, saingan aku tuh sifat acuh kamu, omongan tajem kamu. Menjelang nikah, sifat kamu berubah manis, bikin aku semakin berharap kalau kamu rasain hal yang sama kaya aku. Tapi semenjak tinggal di Kanada, kamu sering bikin aku bingung, Bhaga. Kadang bikin aku takut, bikin aku bahagia, gak lama bikin aku sedih, terus setelahnya dibikin seneng. Entah kamu yang manipulatif atau emosi aku yang gampang berubah, aku gak tau."

"Saya sendiri bingung dengan diri saya sendiri, Han," balas Bhagavad. "Kaya yang kamu denger semalem. Perasaan saya ke kamu itu valid, Handaru. Saya sayang kamu, saya jatuh cinta ke kamu. Tapi perasaan saya yang pernah dikhianatin juga valid. Perasaan takut untuk dikhianatin itu wajar, Handaru. Saya, ... ,"

"Terus aja takut sampe akhirnya kamu nyesel kehilangan aku," sela Handaru. "Aku ada batasnya sayang ke kamu, Bhaga. Perasaan takut untuk disakitin lebih dalam sama kamu bisa jadi alasan aku untuk pergi dari kamu."

"Jangan," lirih Bhagavad. 

"Kalau kamu gak mau aku pergi, solusi dari kamu apa? Bisa emangnya jadiin aku prioritas kamu, sekalipun itu ada Yvonne?"

"Bisa," jawab Bhagavad dengan tegas. "Saya bakal berusaha berubah. Tolong kasih saya kesempatan."

Handaru menangis. Luluh lagi dengan ucapan Bhagavad. "Kamu harus tau kalau aku sakit hati banget pas kita makan malam bareng tapi mata kamu ke Yvonne terus."

Love Talk  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang