Adiós

121 30 11
                                    

"Handaru," panggil Jaehyun. 

Nova dan Naira sudah pulang, menghabiskan dua minggu di Kanada.

Kini Handaru kembali beraktivitas seperti biasa. Bersama Jaehyun berada di rumah lelaki itu untuk saling menemani mengerjakan pekerjaan masing-masing. Karena musim dingin, agak sulit mencari tempat yang hangat untuk bekerja bersama. Mengingat Handaru masih belum mau apartemennya dimasuki oleh Jaehyun. 

"Ya?" Handaru menatap Jaehyun yang sedang membuka kabinet di atas kepalanya.

"Apa kau mau ramyeon?"  tanya Jaehyun yang menunjukan sebungkus mie cepat saji merk Korea ke arah Handaru. 

Perempuan itu mengangguk. "Apa kau sedang ingin makan mie?"

Jaehyun mengangguk. "Apa tiga bungkus terlalu banyak?"

"Jika untuk kita berdua, sepertinya cukup. Karena satu bungkus tidak cukup untukku, tetapi dua bungkus terlalu banyak."

Jaehyun terkekeh. "Okay. Kau bisa belajar selagi melihatku memasak, kkuma-ya."

Handaru hanya menggelengkan kepalanya. Benar apa yang dikatakan Jaehyun. Mengingat Handaru mengerjakan tugasnya di area dapur. Lebih mudah untuk mengambil kudapan dan mengisi ulang air minum katanya. Karena itu Jaehyun menurut saja dengan ikut mengerjakan pekerjaannya di meja panjang dekat dapur. 

Entah kebaikan apa yang sudah dilakukan Handaru di kehidupan sebelumnya, tetapi ia selalu berada di dekat lelaki yang pandai memasak. Dimulai dari mendiang Ayahnya, Nova, Jaehyun, lalu Bhagavad. Handaru tersenyum kecil mengingat nama Bhagavad. 

Sudah dua bulan kiranya Handaru pergi dari rumah dan membiarkan segala pesan Bhagavad terbaca tanpa dibalas. 

"Akhir tahun nanti, di kantorku akan mengadakan makan malam bersama," ujar Jaehyun. seraya meletakan panci di atas meja yang sudah terlapisi kain. 

Handaru menutup laptop dan menjauhkan darinya. Ia menatap penuh minat kepulan uap dari panci. Senyum lebar tampil di wajahnya ketika aroma mie kemasan terhirup hidung. 

"Jika kau tidak keberatan dan memiliki waktu luang, mungkin aku bisa mengajakmu ke sana."

Handaru menatap ke arah Jaehyun yang sedang meletakan piring kecil dan sumpit di hadapannya. "Kenapa mengajakku?"

"Teman kencanku hanya kau, Handaru. Aku tidak melakukan casual relationship sama sekali. Melakukan seks dengan perempuan lain pun, tidak. Hanya dirimu teman kencanku."

Handaru masih menatap Jaehyun yang terlihat santai dan tenang mendudukan diri di hadapannya. "Kenapa?"

Jaehyun menaikan sebelah alisnya. "Maksudmu?"

"Kenapa kau tidak melakukan casual relationship, dan hanya menjadikanku satu-satunya. Aku cukup terkejut, karena itu bukan gaya di sini sama sekali."

"Aku hanya menghargaimu, Handaru. Sepertinya kau tumbuh dengan budaya bahwa satu lelaki hanya untuk satu perempuan walaupun status mereka belum resmi secara hukum dan agama. Karena itu aku tidak mencari teman kencan ataupun partner sex yang lain."

Jawaban Jaehyun sedikit membuat Handaru tersentuh. Andai saja Handaru tidak perlu menikah terlebih dahulu untuk pergi ke Kanada, mungkin ia akan jatuh cinta kepada Jaehyun. Namun situasinya kini berbeda. Bhagavad sudah lebih dulu mengambil hati Handaru. Sulit rasanya membuka hati untuk Jaehyun. 

"Jika kau keberatan untuk datang bersamaku tidak masalah," lanjut Jaehyun yang kemudian tersenyum. 

"Tidak, tidak," sela Handaru yang kemudian tersenyum. "Aku akan menemanimu. Beritahu aku begitu tanggal pastinya sudah keluar."

Love Talk  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang