"Makasih untuk hari ini, ya," ujar Handaru begitu Bhagavad sudah mengantarkan pulang ketika jam menunjukan pukul 08.15 malam.
"Terima kasih untuk hari ini juga. Bener kata Mbak Liz, kamu bawel tapi wawasan kamu luas," balas Bhagavad.
Handaru terkekeh. "Kamu jadi tertarik sama aku kah?" tanyanya dengan menggoda.
Bhagavad menggelengkan kepalanya. "Energi saya habis total main sama kamu."
"Mau masuk dulu? Atau nginep mungkin? Mama gak ada di rumah sih," ujar Handaru dengan wajah tengilnya.
"Jangan kaya gitu ngomongnya, kamu kaya perempuan murahan," balas Bhagavad dengan tatapan yang masih datar.
Handaru diam mendengar hal tersebut. Tatapan tengil pun sudah tidak bersarang di wajahnya. Bhagavad terdengar sangat serius dengan apa yang diucapkannya.
"Lain kali, kalau sambut tamu, jangan lupa pake dulu bra kamu. Gak enak diliat orang lain kalau dada kamu nerawang dari balik baju yang kamu pake," tambah Bhagavad.
Handaru segera memeluk dadanya. Menatap Bhagavad dengan terkejut. "Mesum!"
Bhagavad mendengus. "Saya justru kasih tau kamu biar hati-hati kalau berpakaian. Saya bisa tahan nafsu, kalau yang dateng laki-laki gak bisa tahan nafsu gimana?"
"Perempuan mulu yang disuruh hati-hati. Laki-laki gak pernah disuruh hati-hati sama pikirannya."
Bhagavad menghela napas pelan. "Saya kan tadi bilang, 'saya bisa tahan nafsu'. Berarti saya, sebagai laki-laki, bisa kontrol pikiran saya. Lagipula gak ada salahnya jaga diri sendiri."
Handaru mendengus. "Iya, makasih sarannya."
"Besok saya jemput jam sepuluh pagi," ujar Bhagavad membuka topik obrolan baru.
"Ngapain?" tanya Handaru dengan heran.
"Besok ada kumpul keluarga besar di Bandung. Acaranya sampe hari Minggu, kita pulang Minggu sore. Kan kamu mau dianggap, bukan trophy wife. Walaupun Amma, Papa, dan Mbak Liz udah tau kamu, keluarga besar saya juga harus tau kamu."
Handaru menahan senyum lebarnya. Ternyata Bhagavad ingat dengan jelas perjanjian mereka.
"Oke."
"Bangunnya jangan kesiangan," ingat Bhagavad dengan tegas. "Kamu terlambat kaya tadi pagi, saya tinggalin."
Handaru mengangguk cepat dengan penuh kesungguhan. "Iya, janji. Habis ini langsung siapin barang buat ke Bandung. Biar pagi-pagi gak ribet."
Bhagavad mengangguk. "Udah sana masuk ke rumah. Jangan lupa mandi sebelum tidur. Kamu bau."
Handaru langsung meletakan tangan kiri di ketiak kanannya. Tanpa malu mengendus tangan kirinya. "Gak bau, tau!"
Bhagavad tertawa. "Udah, sana, sana."
Handaru merengut sesaat. Ia mengambil tas dan menyampirkan di pundak kanannya. Matanya menatap Bhagavad. "Sekali lagi, makasih untuk hari ini, ya. Aku udah lumayan kenal kamu. Semoga ke depannya, kamu beneran gak tertutup dan biarin aku untuk kenal kamu."
"Iya, Daru," jawab Bhagavad. "Buruan ke luar mobil dan masuk rumah. Saya udah capek ladenin kamu yang gak berhenti ngomong dari tadi."
"Iya, iya. Ini ke luar." Handaru membuka pintu mobil. Ia berdiri di luar mobil dengan badan membungkuk. "Kamu hati-hati di jalan. Kabarin kalau udah sampe rumah, ya."
Bhagavad mengangguk. "Cepet tutup pintunya. Saya beneran udah capek dan perlu istirahat."
Handaru terkekeh. Ia pun menutup pintu mobil. Tangannya melambai ke arah Bhagavad yang mulai menjalankan mobil meninggalkan rumah Handaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ✓
FanfictionMenurut kalian, cinta bisa berbicara gak? WARN! Markhyuck GS