Pelukan Bhagavad itu hangat dan nyaman. Handaru selalu suka dipeluk oleh Bhagavad. Kecuali saat tidur. Karena dipeluk saat tidur itu panas dan gerah. Handaru tidak suka itu. Namun berpelukan sebelum tidur masih bisa ditoleransi.
Sebenarnya, Handaru tidak ingin melepaskan pelukan dengan Bhagavad setelah masuk ke dalam rumah dinas suaminya. Namun Bhagavad berkata jika Handaru harus segera membersihkan diri agar bisa segera beristirahat.
Barang-barang yang dibawa Handaru dari Indonesia sudah berada di ruang tengah. Tergeletak begitu saja. Hanya koper yang berantakan karena Handaru mengambil pakaian santai sebagai pakaian ganti setelah membersihkan diri.
Melihat itu, Bhagavad merapikan barang-barang yang bisa dirapikan. Bhagavad tidak pernah menyukai rumah yang berantakan. Ia merapikan apa yang bisa dirapikan selagi menunggu sup telur matang.
Iya, Bhagavad memang bisa memasak. Dari dulu, Bhagavad dibiasakan untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah sekalipun di rumah ada asisten rumah tangga. Tidak seperti Handaru yang tidak bisa memasak dan tidak terbiasa membersihkan rumah. Handaru dari dulu hanya diajarkan untuk menjadi perempuan cerdas dan membuat pencapaian sebanyak mungkin. Jika diberikan pilihan, Handaru lebih baik mengikuti olimpiade matematika daripada memasak.
"Aku malem ini, tidur di mana?" tanya Handaru yang menghampiri Bhagavad di dapur.
Bhagavad menoleh sekilas ke arah Handaru sebelum mematikan kompor. Ia mengambil mangkuk yang berada di lemari piring. "Kok tanya di mana?"
"Siapa tau kamu gak nyaman tidur sama aku."
Bhagavad terkekeh seraya menuangkan sup ke dalam mangkuk. "Selama seminggu sebelum saya berangkat ke sini aja, saya tidur sama kamu. Kamu gak nyaman tidur sama saya?"
Handaru segera menggelengkan kepalanya. "Aku mikirnya kamu justru terpaksa tidur bareng aku waktu itu karena kita tinggal di rumah Mama."
Bhagavad meletakan mangkuk sup di atas meja makan. "Saya seneng tidur sama kamu. Pengganti guling untuk dipeluk," balasnya dengan terkekeh. "Makan dulu, kamu pasti butuh yang hangat setelah nunggu tiga jam di teras rumah."
"Makasih," balas Handaru dengan malu. Ia pun mendudukan diri di kursi makan. "Ini kamu masak sendiri atau bikin dari bahan instant?"
"Masak sendiri dong. Saya gak kaya kamu yang gak bisa masak," balas Bhagavad yang meletakan air mineral di atas meja untuk Handaru. "Hari ini makannya ini dulu, ya. Besok saya belanja bahan makanan. Kulkas saya masih kosong, gak ada apa-apa."
"Ikut, boleh?"
Bhagavad mengangguk. "Kalau kamu gak capek."
.
.
.Tok Tok Tok
"Bhaga," panggil Handaru memasuki ruang kerja Bhagavad.
Bhagavad menaikan sebelah alisnya. "Tumben gak pake 'Mas'?"
"Oh, kebiasa ngomong sama kamu pake Inggris, jadi gak pake 'mas'. Kamu gak suka, ya?"
Bhagavad mengedikan bahunya. "Biasa aja sih. Cuman saya bakal seneng kalau kamu panggil saya pake 'mas'," ujarnya dengan acuh. "Kenapa manggil?" tanyanya yang kemudian menutup laptop di hadapannya.
"Mau cobain apple pie buatan aku, gak? Aku coba bikin. Niatnya mau bagi ke tetangga. Cuman kalau gak enak, aku bikin yang lain buat dibagiin ke tetangga."
Bhagavad mengangguk dan berdiri dari duduknya. "Kalau kamu cobain, rasanya gimana?"
"Aku sih merasa enak-enak aja, ya. Gak tau kalau di lidah orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ✓
FanfictionMenurut kalian, cinta bisa berbicara gak? WARN! Markhyuck GS