Gak Bisa

144 31 10
                                    

Transisi dari musim gugur ke musim dingin memang lumayan mengerikan. Bhagavad bahkan sakit. Baru pertama kali untuk Handaru melihat Bhagavad sakit hingga terbaring lemah di atas kasur. Biasanya hanya sekedar flu karena kelelahan saja. Dan itu bukan hal yang sulit. Untuk sakit Bhagavad kali ini, Handaru agak kebingungan. 

"Kamu gak bisa ambil cuti dulu, kah?" Bhagavad semakin memeluk Handaru, tidak ingin membiarkan istrinya bersiap kerja. "Aku udah dua hari sakit, selama dua hari itu juga kamu sibuk banget. Aku gak diurusin."

Handaru menepuk-nepuk pelan bibir Bhagavad. "Jangan asal ngomong, ya. Enak aja aku gak ada ngurus kamu."

Bhagavad hanya tidak tahu jika Handaru tidak bisa tidur nyenyak selama dua hari ini karena lelaki itu banyak mengigau dan suhu tubuhnya pun luar biasa panas. Dan yang menyebalkan adalah, Bhagavad yang tidak mau dibawa ke rumah sakit, hanya ingin dipeluk Handaru. 

Senang aja untuk Handaru dipeluk Bhagavad selama lelaki itu sedang sakit. Namun pada kenyataannya, Handaru benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Terlalu banyak kerjaan yang mendekati tenggat waktu. Selain itu juga, Handaru banyak undangan acara untuk menjadi pembicara di sebuah lokakarya. Belum ditambah ia juga bagian dari tim untuk membuat sebuah peraturan mengenai lingkungan yang akan digunakan di seluruh negara. 

"Hari ini terakhir, kok. Besok aku udah cuman ada Zoom meeting aja. Jadi seharian di rumah," bujuk Handaru. 

"Kalau aku mati, gimana?"

"Mulutnya, Bhagavad Gita!"

Bhagavad merengek. "Cium."

Handaru memutar bola matanya malas.

"Aku tau kamu pasti lagi ngejek aku," ujar Bhagavad yang matanya memang tertutup karena rasa panas akibat demam. 

"Nggak," balas Handaru yang kemudian mengecup ujung hidung Bhagavad. "Nanti makan siangnya aku beli pake DoorDash, ya. Tinggal kamu ambil depan pintu."

"Gak kuat, Han."

"Yaudah, pindah tidur di sofa bawah aja, ya? Aku ubah dulu sofanya jadi kasur biar kamu deket ke pintu depan rumah."

Handaru dalam diam menghela napas pelan. "I'll find a way," balasnya dengan pasrah. "Sekarang lepasin pelukan aku, Mas. Aku telat buat rapat sama UNEP."

Dengan sangat terpaksa, Bhagavad melepaskan pelukan dengan Handaru. "Sebelum pergi cium aku dulu walaupun nanti aku tidur."

"Iya, Masku."

Bhagavad tersenyum lebar dengan mata tertutupnya. "Semangat hari ini, Han."

.
.
.

Handaru berjalan secepat yang ia bisa untuk memasuki rumah. Sudah sangat khawatir tentang keadaan suaminya yang sedari tadi mengirim pesa suara merengek kesakitan dan ingin segera ditemani. Apalagi dengan salah satu pesan suara yang mengatakan bahwa makanan yang dimakan kembali dimuntahkan. Bagaimana Handaru tidak khawatir jika seperti itu? 

Bhagavad tertidur. Bahkan tidak bergerak sama sekali ketika Handaru memeriksa suhu tubuh Bhagavad dengan termometer. Tidak terlalu tinggi, tetapi masih badan lelaki itu masih panas. 

Setelah memeriksa keadaan Bhagavad, Handaru berjalan keluar dari kamar. Niat awalnya ingin melihat dapur. Ingin tahu apakah Bhagavad menghabiskan makanan yang dipesan melalui layanan daring. Namun, langkah kakinya berganti ke depan pintu rumah setelah mendengar suara bel dan ketukan pintu berantakan. Seperti buru-buru.

Handaru membuka pintu hanya untuk terbeku di tempatnya melihat siapa yang datang. 

"Kamu ngapain di sini? Gaga di mana?"

Love Talk  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang