Bhagavad Gita sebenarnya tidak pernah menyukai ide perjodohan. Alasan menerima Handaru sebagai istrinya adalah untuk mempermudah karir yang sedang dibangun.
Bukannya tetap diizinkan untuk pergi ke luar negeri tanpa menikah?
Bhagavad tidak akan terlena dengan ucapan Rahayu. Bhagavad cukup mengenal ibunya. Bagaimanapun, tidak akan semudah itu untuk pergi ke luar negeri sebelum memenuhi syarat dari Rahayu.
Ada opsi lain sebenarnya. Bhagavad langsung pergi tanpa izin dari Rahayu. Namun, Bhagavad tidak melakukannya. Ia merupakan seorang lelaki yang percaya jika restu dan doa orangtua akan mempengaruhi setiap langkah yang diambil. Karena itu Bhagavad tidak ingin durhaka kepada Ibunya. Menerima Handaru sebagai istri adalah salah satu bentuk menghormati Rahayu.
Lagipula, Handaru tidak buruk.
Sebelum menyetujui ajakan Handaru untuk bertemu, Bhagavad sudah melakukan penelitian kecil terhadap Handaru. Ia memeriksa setiap latar belakang Handaru yang bisa ditemui. Salah satunya dengan mengetikan nama 'Handaru Kusuma' pada mesin pencarian. Ternyata perempuan itu memiliki latar belakang yang bagus. Wajahnya juga cantik.
Hingga akhirnya waktu temu dibuat, Bhagavad harus menahan amarahnya karena Handaru yang baru bangun tidur dan tentu saja belum siap untuk pergi. Cukup memberikan impresi jelek untuk Bhagavad. Padahal Elizabeth berkata jika Handaru selalu datang di tempat janji temu tiga puluh menit sebelum janji temu. Namun kenyataannya Handaru belum siap sama sekali.
Masalah bersiap sudah selesai, Bhagavad dan Handaru pun kini duduk berhadapan di sebuah kafe yang menyediakan menu sarapan. Ada beberapa obrolan sebelum akhirnya ke pembahasan tentang perjanjian nikah.
Handaru menggigit bibir bawahnya sekilas. "Ini mungkin kedengeran gak tau diri, tapi saya mohon banget, jangan menghidar dan anggep saya gak ada. Saya mau kita temenan deket. Saya gak maksa kamu untuk menuhin nafkah materi dan batin saya. Saya cuman mau kita gak asing. Saya mau kita saling kenal. Kamu bersedia atau nggak untuk itu? Kalau gak bersedia, saya gak mau jalaninnya."
"Oke," balas Bhagavad. "Saya bakal akuin kamu istri saya ke semua orang. Saya gak bakal diemin kamu dan bakal bertindak selayaknya temen deket. Tapi saya mohon jangan berharap sama saya."
"Saya gak bakal berharap sama Mas Gaga, tapi jangan larang saya untuk jatuh cinta ke Mas Gaga. Saya mungkin aja jatuh cinta ke Mas Gaga."
"Saya gak tanggung rasa sakitnya."
"Saya bisa tanggung rasa sakitnya sendiri."
"Oke kalau gitu. Saya udah ingetin, ya," ujar Bhagavad dengan tenang. "Apa lagi?"
Handaru kembali menggigit bibir bawahnya. "Saya agak malu. Tapi, boleh gak kita tetep berhubungan suami-istri?"
Bhagavad terkekeh. "Yaudah gini aja," ujarnya menggantung kalimat yang akan diucapkan. "Kita nikah selayaknya orang yang emang udah berencana untuk nikah. Kita juga bakal menjalankan hubungan selayaknya suami-istri. Saya bakal kasih nafkah materi dan batin kamu. Kalau emang kamu mau seks, kamu bisa minta. Begitu pun saya. Harus dikasih catatan juga kalau kita boleh nolak ajakan seks. Gimana?"
Handaru terdiam. Tidak menyangka jika Bhagavad akan sangat terbuka dan berkata tanpa beban seperti itu.
"Gimana, Handaru? kamu sendiri yang minta untuk dianggap dan gak didiemin. Lagipula kalau kaya gitu, pernikahan kita gak sia-sia. Kalau emang akhirnya harus pisah, seenggaknya kita punya pengalaman untuk pernikahan selanjutnya dengan pasangan masing-masing."
"Oke. Bentar aku rinciin di dalam kontrak perjanjian kita," jawab Handaru.
.
.
.Menghabiskan hari dengan Handaru itu menyenangkan. Perempuan itu benar-benar tidak banyak menuntut ini dan itu. Senang pergi ke mana saja. Dan yang paling penting, bukan pemilih dalam hal makanan. Bhagavad cukup senang dengan fakta tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Talk ✓
Hayran KurguMenurut kalian, cinta bisa berbicara gak? WARN! Markhyuck GS