My Little Handaru

127 31 2
                                    

"Handaru, kenapa lelaki yang saat itu tiba-tiba memelukmu tetap ditahan? Bukankah kau bilang jika lelaki itu bukan penguntitmu?"

Handaru mengedikan bahunya atas pertanyaan Jaehyun. "Mungkin dia menguntit orang lain."

"Lalu mengapa ia tiba-tiba memelukmu?"

"Dia bilang, aku mirip mantan istrinya," jawab Handaru dengan acuh. 

Jaehyun mengangguk mengerti. "Kenapa kepolisian Kanada tetap menahannya, ya? Padahal mereka bilang dia akan segera dideportasi. Sudah satu bulan, dan dia tetap ditahan di Kanada."

"Entahlah, ... ," Handaru segera membekap mulutnya dan berlari menuju kamar mandi yang berada di rumah Jaehyun. 

Jaehyun pun mengikuti Handaru yang tiba-tiba berlari. Lelaki itu bisa melihat Handaru yang bersimpuh di depan bidet dengan kepala menunduk. Suara muntahan terus terdengar dari Handaru meskipun tidak ada yang dimuntahkan. 

"Apa kau benar-benar membenci musim dingin?" tanya Jaehyun seraya memijat tengkuk Handaru. "Ayo kita ke rumah sakit."

Handaru mendesah lega saat rasa mualnya hilang. Saking lemasnya, Handaru langsung bersandar pada Jaehyun. Kepalanya pun luar biasa pening. Ia bahkan membiarkan Jaehyun membantu membersihkan sekitar mulutnya. 

"Ada baiknya kita ke rumah sakit sekarang," ujar Jaehyun ketika dirasa sudah cukup berada di dalam kamar mandi. 

"Tidak perlu," balas Handaru yang kemudian menegakan duduknya dengan perlahan, tidak bersandar pada Jaehyun lagi. "Tolong bantu aku berdiri. Aku ingin melanjutkan pekerjaanku."

"Istirahatlah dulu."

"Tidak, tidak. I have a task to finish. Its near the deadline."

"Baiklah," balas Jaehyun yang kemudian membantu Handaru berdiri untuk keluar dari kamar mandi.

.
.
.

Jaehyun menyatukan alisnya tidak suka melihat keberadaan seorang lelaki yang memeluk Handaru di malam acara makan malam kantor berada di dalam pandangannya. 

"Dia lelaki yang tiba-tiba memeluk Handaru, bukan?" tanya Jaehyun kepada Maleek, sekretarisnya. 

"Ya, betul. Dia adalah auditor kepercayaan perusahaan."

"Siapa namanya?"

"Bhagavad Gita."

Jaehyun menatap serius ke arah Maleek. "Kenapa dia tidak dideportasi? Kenapa juga dia masih bekerja di sini?"

"Tuan Gita terbukti tidak bersalah atas kejahatan apapun. Tuan Jung juga tetap ingin Tuan Gita bekerja di sini."

Jaehyun kemudian berjalan ke arah Bhagavad Gita yang sedang makan di kantin. Bisa dikatakan tidak ada siapapun karena jam istirahat sudah selesai. 

"Keberatan saya bergabung di sini?" tanya Jaehyun kepad Bhagavad. 

Bhagavad mengangguk sekali sebelum melanjutkan makannya, tidak memedulikan Jaehyun sama sekali meskipun fakta bahwa Jaehyun adalah anak dari pemimpin perusahaan dimana ia bekerja. Toh posisi mereka di perusahaan saat ini sama. Jadi Bhagavad tidak perlu bertindak berlebihan.

"Saya ingin meminta maaf atas kejadian yang terjadi saat makan malam perusahaan saat itu. Saya hanya melindungi perempuan yang saya cintai," ujar Jaehyun sebagai pembuka. 

Bhagavad menghentikan gerakan tangannya yang akan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Matanya menatap serius ke arah Jaehyun. 

"Handaru, perempuan yang anda peluk malam itu, saya mohon untuk menjaga jarak dengannya."

Love Talk  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang