Es Krim di Musim Dingin

128 29 2
                                    

Bhagavad langsung terbangun dari baringnya melihat story Instagram Naira. Perempuan itu membagikan sebuah video di mana Handaru dan Nova berdebat tidak penting, sedangkan Naira hanya tertawa. 

Haruskah Bhagavad membalas story tersebut untuk menanyakan keberadaan Handaru? Bhagavad masih mempertanyakan itu, sebab ia ragu. Bukan karena tidak ingin bertemu Handaru, tetapi ragu dengan Naira yang dengan senang hati akan memberitahukan lokasinya dengan Handaru saat ini. 

Bisa jadi, Naira juga membenci Bhagavad saat ini. Jika Bhagavad nekat, bisa jadi Naira akan memblokir akses Instagram untuk mengetahui keadaan Handaru. Bhagavad tidak ingin mengambil risiko itu. Lebih baik Bhagavad bersabar lebih dahulu dan memantau setiap status terbaru dari Naira. Itu yang terbaik menurut Bhagavad. 

"Han, aku kangen kamu."

.
.
.

"Nana mana?" tanya Handaru yang baru bangun dari tidur dan mendapati Nova yang sedang menonton televisi. 

"Ketemu temennya. Gua ditinggal sendiri. Jadi lu harus main sama gua."

"Sewa mobil, ya. Gua males banget kalau harus naik bus."

"Gak mau. Gua maunya pake transportsi publik. Mending kita merealisasikan imajinasi kita waktu itu, pas awal kuliah. Inget, gak?"

Handaru tertawa mendengar hal tersebut. Ucapan Nova membuat Handaru bernostalgia sesaat dengan masa awal kuliahnya. 

"Ayo kalau gitu," ujar Handaru. "Gua siap-siap dulu, ya."

Setelah mengatakan itu, Handaru segera bersiap. Perempuan itu langsung memasuki kamarnya kembali untuk bersiap, meninggalkan Nova yang kini terkekeh melihat Handaru yang bersemangat. 

Dulu, saat masih awal kuliah, Handaru dan Nova pernah berimajinasi ke luar negeri berdua saja. Negara tujuannya adalah negara Belanda. Saat itu mereka saling berjanji untuk bertingkah seperti sepasang kekasih. Saling berpegangan tangan dan menaiki transportasi publik ke setiap destinasi tujuan. 

Namun itu dulu. Kini mereka hanya berjalan-jalan sebagai sepasang sahabat saja. Naira sudah setuju dengan itu, membiarkan Nova menghabiskan waktu dengan sahabat kecilnya. Karenanya kini Naira tidak berada di apartemen melainkan menghabiskan waktu dengan temannya semasa kuliah dulu.

"Udah siap nih."

Nova menatap Handaru. "Tampilan gini sih bukan tampilan orang doyan selingkuh, ya. Jadi gua gak percaya pas lu bilang lu selingkuh."

Handaru tertawa. "Gak usah banyak bacot. Ayo kita pergi."

"Gak usah berlagak jadi pacar, ya. Sahabat aja," ingat Nova. 

"Kok gitu? Kan pas awal kuliah, janjinya jadi pacar," balas Handaru dengan wajah tengilnya. 

"Kita emang sahabatan, Dar. Tapi kalau lu cere, bukan berarti gua juga harus cere. Dapetin Nana susah, gak usah ngancurin hidup gua." Nova mengepalkan tangannya, pura-pura akan memukul Handaru. 

Handaru tertawa keras. "Bucin."

"Emang."

.
.
.

Bhagavad menghela napas pelan saat merasakan kakinya basah ketika mencuci piring malam ini. Ia menghela napas pelan ketika melihat air yang berasal dari laci di bawah wastafel.

Jika keadaan seperti ini, biasanya Handaru yang akan memperbaiki pipa bocor. Namun kini tidak ada Handaru. Bhagavad harus mencari cara lain. Karena itu ia membilas tangannya dan ke luar dari rumah untuk pergi ke salah satu tetangga yang cukup dekat. 

Nyonya Kowalski namanya. Handaru sering berkunjung ke rumah wanita tua itu. Handaru bilang, Nyonya Kowalski sudah berumur 85 tahun, dan masih terlihat bugar. Nyonya Kowalski tinggal sendiri, karena itu Handaru sering berkunjung ke sana. 

Love Talk  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang