Prolog

101 55 14
                                    

Setiap masanya malam selalu menjadi momen yang menyeramkan. Entah itu di masa lalu, masa sekarang, bahkan masa depan nanti. Mungkin di masa depan malam akan lebih menakutkan lagi.

Gedung pencakar langit menampilkan keindahannya masing-masing di setiap malam, serta lampu neon yang beterbangan di sisi jalan tidak mengurangi rasa takut jika pulang larut malam. Banyak gangguan yang tak dapat dihindari. Manusia putus asa atau manusia gila yang terobsesi menjadi luar biasa. Hadirnya mereka adalah sebuah ancaman, karena mereka bisa saja merenggut nyawa manusia yang tak bersalah.

Semua ini adalah bentuk pemberontakan kepada negara yang dikendalikan oleh sekelompok keluarga—padahal negara tidak menganut sistem kerajaan. Konon katanya sudah dimulai sejak abad ke-21. Dimana mereka ingin menguasai negara dan sekarang keturunannya malah semakin menggila. Sejak itu, negara tak lagi baik-baik saja.

Bagaimana dengan keamanan?

Tak diragukan lagi. Sistem keamanannya sangat ketat. Setiap detik alat sensor seukuran lalat lalu lalang di jalanan. Apa saja bisa dideteksi, bahkan penguntit yang berjarak 500 meter bisa diketahui. Namun, alat sensor itu hanya untuk masyarakat yang berlangganan dengan layanan negara.

Keamanan hanya berlaku untuk yang berkuasa dan ber-uang saja. Masa bodo dengan rakyat jelata yang tak punya apa-apa selain nyawa. Itupun terancam setiap malamnya, takut jika besok pagi mereka tak bangun lagi. Sebab, manusia biasa tidak dibiarkan hidup. Mereka menjadi objek penelitian para ilmuwan yang bekerjasama dengan negara. Dan masyarakat yang masih bertahan akan balas dendam pada siapa saja di luar sana.

Nyawa tak berarti sama sekali, pembunuhan merajalela. Jika pelakunya rakyat biasa mereka akan dihukum berat. Berbeda jika pelakunya para ilmuwan yang gagal dengan eksperimen, kasus akan ditutup dengan cepat dan mayatnya akan dilempar ke hutan yang jauh dari kota, dimana tempat binatang buas dikumpulkan. Seharusnya para petinggi dan ilmuwan itu yang ada di sana karena mereka tak kalah buasnya.

Menepi dari kota yang terlihat indah. Ada sudut kota yang belum merasakan kecanggihan dan hebatnya teknologi kota. Jangankan lampu neon yang berterbangan, lampu jalanan saja tak diurus. Ada yang sudah mati dari beberapa bulan yang lalu. Jika dilaporkan ke Dinas Perhubungan mereka akan mengatakan, 'Kami proses dulu.' tapi setidaknya masih ada kamera pengawas, meski kejahatan tetap kerap terjadi di sana.

Tampak bayangan seseorang bergerak dengan cepat melewati gang-gang sempit. Ia menghindari kamera pengawas atau alat sensor yang berkeliaran di beberapa gang yang dekat dengan kota besar. Ada dua kemungkinan, dia adalah manusia hasil dari kecerdasan para ilmuwan yang ditugaskan untuk menangkap manusia biasa, atau manusia biasa yang berburu mencari para ilmuwan untuk dipunahkan dari muka bumi ini.

Perburuan selalu terjadi. Aktivitas yang biasanya dilakukan oleh binatang liar, sekarang dilakukan oleh makhluk bernama manusia. Bukannya sedih dengan keadaan sekarang, malah suara tawa yang selalu terdengar setelah ada korban yang muncul pada layar pintar di rumah masing-masing dan mereka selalu berkata, "Makanya jangan terlalu naif  jadi manusia, just follow the rules and you'll be fine. Pemerintah udah mikirin semuanya, tinggal patuh aja."

-LIC-


Laughter in the Chaos - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang