Laughter in the Chaos - (Tamat)

4. Tawa terakhir (?)

Berada di tengah kota, tapi tak ada satupun yang mengetahui keberadaan tempat itu. Markas utama Zyron dan kedua temannya. Jauh di bawah tanah. Tempat yang jarang sekali mereka gunakan karena sangat panas di bawah sana.

Fasilitas lebih lengkap dan keamanan terjaga. Satu-satunya peninggalan keluarga Zyron yang ingin ia jaga sampai akhir hayatnya. Sejarahnya panjang, tapi satu hal yang pasti, ruang bawah tanah ini dulunya tempat perlindungan manusia berkemampuan khusus yang sering diintai oleh manusia murni.

Tepat 50 tahun yang lalu, awal abad ke-22 beberapa ilmuwan berhasil membuat formula pintar. Sebelumnya sudah ada, tapi hanya sekedar meningkatkan stamina manusia agar bisa bekerja tanpa lelah, lalu meningkatkan daya ingat dan kepintaran anak, termasuk membuat tubuh manusia tidak mudah untuk sakit. Semuanya dilakukan karena sebuah program pemerintah yang ingin meminimalisir pengeluaran keuangan penduduk di tanah air.

Ilmuwan yang berhasil menciptakan formula diapresiasi oleh negara. Mereka diberikan fasilitas yang tak kalah mewah dari pejabat tinggi negara. Sehingga hal itu memicu ilmuwan lain untuk membuat formula lainnya. Semakin hari, para ilmuwan menggila. Mereka berusaha mencari relasi untuk dana penelitian dari golongan pemerintah atau pemerintah sendiri yang mencari ilmuwan pintar untuk membuatkan formula baru yang nanti bisa dijadikan program bagi pejabat untuk menaikkan pangkatnya. Dari sanalah kehancuran mulai terjadi.

Masyarakat yang protes dengan program baru pemerintah, satu persatu menghilang. Bukan tanpa alasan penolakan tersebut, tapi para manusia yang dijadikan uji coba secara perlahan mereka melupakan keluarganya. Mereka fokus bekerja untuk negara, hingga lupa siapa jati dirinya. Program itu sama saja pembohongan publik, dimana negara hanya ingin memperkaya petinggi di atas sana.

Demonstrasi terjadi dimana-mana, mulai dari mahasiswa, buruh tani, dan pekerja lainnya. Namun, tidak ada respon dari pemimpin negara. Mereka masih sibuk dengan segala penelitian yang nanti akan dipamerkan ke negara lain, lalu mendapatkan pujian dan penghargaan. Hingga rakyat melakukan pemberontakan besar-besaran, sayangnya pemberontakan itu berakhir tragis. Setiap malam, ada saja yang hilang. Mereka diculik, dikirim ke tempat terpencil, lalu dijadikan sebagai bahan uji coba penelitian secara paksa.

Miris bukan?

Meski tidak dipungkiri, banyak dari ilmuwan berhasil atas penelitian dan uji coba mereka membuat manusia new version, lebih tepatnya mereka seakan dilahirkan kembali karena sudah mendapatkan formula istimewa serta otak mereka di-reset ulang.

Rakyat merasa dijajah oleh negara sendiri. Beberapa dari mereka memutuskan melarikan diri ke tempat yang masih terpencil. Meninggalkan kehidupan yang serba ada, agar keluarga tidak terkontaminasi oleh bujuk rayu pemerintah. Mereka akan tetap hidup tanpa adanya pemerintah. Namun, banyak juga masyarakat yang merelakan dirinya untuk mendapatkan formula uji coba, tanpa mereka ketahui jika tidak semua manusia yang dapat menerimanya. Bagi tubuh manusia yang tidak bisa menerima formula buatan ekstra, mereka akan mati sia-sia. Mereka tak sadar, selain meminimalisir pengeluaran masyarakat, pemerintah juga sedang melakukannya program pengurangan penduduk.

Keadaan kembali tenang, bukan karena sudah membenarkan apa yang dilakukan pemerintah, tapi rakyat memang tak bisa berbuat apa-apa. Namun, bukan berarti mereka diam. Jauh di pelosok sudut Indonesia, tempat yang terpencil jauh menjadi titik kumpul manusia murni menyusun strategi. Tempat itu tidak lagi diperhatikan oleh negara semenjak terjadinya bencana alam yang dahsyat, meluluhlantakkan di setiap sisi wilayah perairan. Pulau-pulau kecil semakin banyak, tapi masyarakat yang tinggal di daerah itu dipindahkan ke kota. Sehingga sudah puluhan tahun tidak dihuni lagi.

Selain itu negara juga mulai mengatur program baru untuk menenangkan hati rakyatnya. Lebih tepatnya, mereka tak ingin malu dengan negara lain. Sehingga mengeluarkan pengumuman, jika semua rakyat berhak dengan keputusannya sendiri. Apakah tetap menjadi manusia murni atau mendapatkan formula khusus untuk hidup yang lebih layak. Hingga masyarakat pun mulai berdamai dengan keadaan, meski harus merasakan tingkat perekonomian yang terasa menjomplang sekali. Apalagi fokus biaya negara hanya tertuju pada program penelitian yang semakin hari ada saja gebrakan baru untuk membujuk rakyat dan menyaingi negara maju lainnya.