Nova berjalan keluar ruang operasi. Di belakangnya, Senna terisak. Zyron berjongkok di sebelahnya, menepuk bahu Senna dengan lembut, berusaha menenangkannya.
"Gue tau lo mau nyelamatin Nico. bukan lo aja, Na, kita semua juga mau, tapi ..., kita harus realistis. Proses buat ngubah Nico jadi manusia berkemampuan khusus itu gak mudah. Gak ada satu pun dari kita yang tahu gimana caranya. walau kita coba, gak ada jaminan itu bisa berhasil."
Senna terisak lebih keras, menggenggam tangan Zyron dengan erat. "Gue gak bisa kehilangan dia, Ron. Gue gak bisa ikhlasin dia gitu aja."
Zyron mengangguk, memahami rasa sakit yang dirasakan Senna. "Gue tau, tapi kita harus mikirin apa yang terbaik buat Nico. Bayangin kalau proses itu gagal ... dia bakal lebih menderita, Na."
Sementara itu, Nova telah meninggalkan ruang operasi dan melangkah menuju laboratorium di mana Dr. Aziel diikat. Dia harus mendapatkan jawaban dari satu-satunya orang yang memahami bagaimana proses ini bekerja.
Setibanya di sana, Dr. Aziel masih terikat erat dengan Neuro Restraint System, alat canggih yang menahannya dengan kuat. Meski begitu, senyum sombong masih terpampang di wajahnya.
"Balik juga, kan," ucap Dr. Aziel dengan nada mengejek. "Kamu udah mempertimbangkannya?"
Nova mendekat. "Aku ke sini bukan buat dengerin omong kosong Papa. Aku mau tau apa yang membuat formula itu berhasil. Apa syarat-syarat supaya manusia bisa jadi berkemampuan khusus?"
Dr. Aziel tersenyum sinis. "Ah, akhirnya kamu bertanya sesuatu yang berguna. Tapi Nova, formula itu bukan sekadar campuran bahan kimia. Itu perpaduan sempurna antara genetika dan teknologi. Untuk membuat seseorang menjadi berkemampuan khusus, diperlukan mutasi genetik tertentu. Tanpa mutasi itu, formula akan menghancurkan tubuh mereka perlahan. Itu sebabnya kamu dan teman-temanmu bisa selamat dan lahir ke muka bumi ini. Berbeda dengan uji coba pada manusia biasa dan sepertinya kamu udah tau bagaimana hasilnya, gak semua dari mereka yang bisa bertahan dengan formula itu."
"Jadi, manusia biasa gak bisa nerima formula itu?"
"Sebagian ada yang bisa. Tubuh manusia biasa gak semuanya bisa menahan perubahan genetik yang drastis. Andai tetap dipaksa, mereka akan hancur—baik secara fisik maupun mental."
"Gak ada cara lain?" desak Nova, suaranya dingin namun memohon.
Dr. Aziel menatapnya, kemudian terkekeh pelan. "Andai bisa, saya gak bakal kasih tau gitu aja. Lagipula sebentar lagi saya akan dibawa GJC."
Nova mengubah setelan tempat Dr. Aziel terbaring, hingga posisinya berubah menjadi duduk. Nova mengeluarkan sebuah benda kecil dari saku jaketnya, sebuah alat yang tampak sederhana seperti pena biasa.
Dr. Aziel menatap benda itu dengan sedikit rasa penasaran. Nova menekan tombol pada alat tersebut, dan seketika suasana di ruangan berubah. Udara seakan bergetar, dan bayangan di sekeliling mereka tampak berkerut, seolah-olah menyatu dengan alat yang dipegang Nova dan ia melepaskannya sehingga suasana kembali seperti semula.
"Ini Shadow Cloak," kata Nova, "Kalau tombol ini ditekan, semua akan dibawa ke tempat persembunyian bayangan. Dan aku udah mereset ulang sistemnya. Artinya, aku gak bisa menjamin Papa bisa keluar dari sana."
Dr. Aziel menyeringai, "Kamu pikir aku takut dengan ancaman seperti itu?"
Nova mendekat, menatap lurus ke mata Dr. Aziel. "Kalau Papa gak mau bantu kami, aku bakal bawa Papa ke sana, bukan ke GJC tapi ke sini." Nova menunjuk pena kecil itu. "Papa bakal terjebak di sana selamanya, Papa gak bakal bisa apa-apa."
Dr. Aziel terdiam sejenak. Sedikit banyaknya dia memang tahu bagaimana cara Shadow Cloak bekerja. Jika digunakan dengan baik, benda itu menjadi senjata untuk berlindung dan siapapun yang menggunakannya tak akan terlihat dari musuh. Namun, jika benda itu sudah direset ulang tanpa dibuatkan pengaturan baru, siapapun bisa terjebak di dalam sana dan hingga sekarang belum ada teknologi yang dapat mengeluarkannya. Oleh sebab itu, senjata shadow cloak tidak digunakan lagi oleh negara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laughter in the Chaos - (Tamat)
Misterio / SuspensoTampak bayangan seseorang bergerak dengan cepat melewati gang-gang sempit. Ia menghindari kamera pengawas atau alat sensor yang berkeliaran di beberapa gang yang dekat dengan kota besar. Ada dua kemungkinan, dia adalah manusia hasil dari kecerdasan...