8. Tidak Sendiri

40 24 11
                                    


"Perjalanan menuju Krios berapa lama lagi?" Kael masih memperhatikan luka bakar pada punggungnya, sepertinya akan lama pulih.

"Masih ada sekitar satu hari lagi. Kalau gak ada kendala di jalan, besok bisa sampai," kata Zyron. Ia tampak melihat beberapa jalur pada pertanya. "Kita jalan sama aja, lo gak usah duluan," sambungnya, lalu menatap Kael.

"Katanya kalian pintar dan punya teknologi serba canggih, kenapa kalian gak punya teknologi buat ke sana dengan cepat?" Senna melipat kedua tangannya di depan dada, sejak tadi ia masih berada di samping Nico, memastikan temannya itu apakah mulai membaik.

"Kami emang punya, tapi cuma buat kami bertiga. Kalian mau ditinggal dan terus berspekulasi kalau kami sengaja ninggalin kalian dan jebak di sini?" Nova menatap Senna, ia tak lagi bicara dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Zyron beberapa kali melirik ke arah Senna, ia sedang membaca isi pikiran perempuan itu dan sesekali tersenyum. Kali ini Zyron tak mengatakan apapun, apa yang ia ketahui lebih baik dipendamnya saja. Siapa pula yang mau isi hatinya dikatakan di depan umum.

Zyron mengeluarkan semua senjata yang ia punya. Semuanya hampir dikatakan berukuran kecil. Meminimalkan tempat dan bisa dibawa kemana saja.

"Sambil nunggu, kayaknya kalian butuh ini." Zyron mengajak Senna dan Raya mendekat. Nico yang tak disuruh pun ikut mendekat, tapi malah ditarik kembali oleh Nova.

"Lo belajarnya sama gue aja." Nico yang tampak bingung hanya mengangguk pasrah. "Matanya udah mendingan?" Nico kembali mengangguk.

Di meja sebelah Zyron menjelaskan beberapa senjata yang dia punya, bagaimana cara menggunakan, apa fungsi, kelemahan, dan kelebihannya. Termasuk beberapa gerakan untuk menghindar dari serangan musuh.

"Sebenarnya kalian bisa mendeteksi serangan dari musuh dan bagaimana cara kalian menghindar. Kalau kalian pakai ini." Zyron memperlihatkan kacamata miliknya. "Di sini semua sistem udah lengkap, bahkan bisa ngasih arahan kemana harus menghindar. Dan ini ..." Zyron menunjukkan gelang perlindungan yang bisa menahan tekanan dari sebuah tembakan sehingga akan jatuh sebelum mengenai sasaran.

Zyron melirik Kael, sebenarnya mereka memiliki barang cadangan lain. Namun, Kael menggelengkan kepala, "Mereka gak bisa mengendalikannya, mereka belum berpengalaman, Ron. Kita aja harus belajar berbulan-bulan buat menguasai itu," ucap Kael di dalam hatinya dan Zyron mengangguk pelan.

Senna melirik Zyron dan Kael, "Kalian bahas sesuatu kan?" tanya Senna dengan penuh kecurigaan.

Zyron malah tertawa dan memukul kepala Senna pelan. "Curigaan mulu ini manusia." Zyron menampilkan beberapa video di depan Senna dan Raya. "Kalian bisa pelajari gimana mengoperasikan senjata ini dan gaya untuk bertahan dari lawan."

Di sisi lain, Nico sudah melupakan rasa sakit pada matanya. Ia terpana dengan sistem canggih yang dimiliki oleh Nova. Bahkan, dari sistem yang hanya bisa dikendalikan oleh tangan bisa membentuk perisai untuk menahan serangan. Tidak hanya itu, ada sistem yang membuat mereka tidak terlihat dari musuh, alias menghilang.

"I'm truly impressed by this, and it makes me think—" Nova menatap Nico yang spontan menggunakan bahasa asing, alhasil dia tersenyum lebar. "Sumpah, gue gak percaya bisa diajarin hal yang kayak gini, dan bikin gue mikir andai gue bisa lebih awal, mungkin apartemen kami gak bakal rusak." Nico meralat kalimatnya.

Nova tertawa, ia menggelengkan kepala. "Gak semudah itu. Sistem yang gue punya belum sempurna. Gue baru bisa melindungi diri sendiri karena cangkupannya masih kecil. Makanya Zyron dan Kael punya alat sendiri buat bertahan."

Mulut Nico langsung membentuk huruf O dan ia mengangguk paham. Mata laki-laki itu masih terlihat menyedihkan, sehingga Nova memberikan sebuah kacamata untuknya. Di tempat lain ada Kael yang tampak kesal karena Nova begitu peduli dengan orang lain.

Laughter in the Chaos - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang