18. Tidak Ada Harapan

22 13 2
                                    

Dr. Aziel duduk di ruangannya dengan ekspresi puas, bersiul pelan sambil menatap layar di depannya. Setelah puluhan tahun kerja keras dan penelitian, akhirnya semua usahanya mendekati puncak keberhasilan. Tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan penuh antusiasme, menunggu hasil uji coba terbaru pada tubuh Nova dan Zyron.

Sebuah notifikasi muncul di layar, menampilkan hasil analisis tubuh Kael. Dr. Aziel tersenyum lebar saat membaca laporan itu. Kael memiliki kemampuan luar biasa: tubuhnya bisa menyembuhkan diri sendiri dengan cepat. Kekuatan ini, bila digabungkan dengan kemampuan lain yang sudah dimiliki oleh Nova dan Zyron, bisa menciptakan manusia yang sempurna—abadi dan tak terkalahkan.

Nova, dengan kecerdasan luar biasa yang memungkinkannya terhubung ke sistem jaringan manapun, dan Zyron, dengan kemampuan membaca pikiran manusia lain, sudah menjadi aset tak ternilai. Namun, penemuan kekuatan Kael sebagai kunci untuk menyempurnakan formula itu membawa harapan baru.

"Perpaduan sempurna," gumam Dr. Aziel sambil menatap data di depannya. "Formula ini akan menjadi mahakarya. Manusia terkuat dan abadi yang pernah ada ... dan kekuatan itu akan menjadi milikku."

Dr. Aziel tahu dengan menanamkan formula gabungan dari ketiga kekuatan luar biasa ini ke dalam tubuhnya sendiri, ia akan mencapai impiannya: menjadi makhluk abadi dan tak terkalahkan. Tidak ada yang akan mampu menghalanginya lagi. Dengan segala data yang kini ada di tangan, dia hanya tinggal menunggu waktu untuk membuat lompatan terakhir dalam penelitiannya.

"Satu langkah lagi ...," ujar Dr. Aziel sambil tertawa pelan, penuh rasa puas.

"Sayangnya, satu langkah itu cuma mimpi buat Papa," suara Nova tiba-tiba terdengar dari belakang.

Dr. Aziel terhenyak. Ia berbalik cepat, matanya melebar. Di sana, di atas meja operasi yang seharusnya menjadi tempat Nova terbaring tak berdaya, perempuan itu duduk santai dengan senyum mengembang. Alat yang seharusnya menghisap formula dari tubuhnya sudah terputus, menjuntai tak berguna di sampingnya.

"Nova ..." Dr. Aziel tergagap, menyembunyikan kegelisahannya di balik nada tegas. "Kamu—"

"Seharusnya terbaring di sana?" Nova menyelesaikan kalimat itu sambil menyeringai, kakinya berayun santai. "Papa terlalu meremehkanku. Papa lupa kalau aku punya lebih dari sekadar kekuatan fisik?"

Dr. Aziel mencoba mengendalikan diri, tapi matanya tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Nova seharusnya tak mungkin bisa bangun, apalagi dalam kondisi seperti ini. Ia adalah ciptaan sempurna dari proyek Nova Human Initiative—manusia dengan kemampuan yang jauh melampaui batas manusia biasa, dan dia tahu lebih banyak dari yang Aziel bayangkan.

"Nova, kamu ... bukan anakku dan berhenti manggil papa. Kamu itu cuma hasil dari sebuah proyek, sebuah eksperimen yang—"

"Sebuah proyek?" Nova memotong, nadanya tajam namun tetap tenang. "Papa salah. Aku bukan hanya 'hasil eksperimen.' Aku punya Mama. Aku punya keluarga, meski sampai sekarang papaku sendiri gak pernah anggap aku ada."

Dr. Aziel mengerutkan kening, menahan amarah yang mulai merambat ke nadanya. "Mama kamu itu cuma perempuan lemah yang gak tau apa-apa dan ngerasa kamu anaknya. Nyatanya kamu gak punya keluarga, kamu cuma manusia buatan. Perempuan yang kamu anggap mama itu bukan mama kamu sebenarnya, itu hanya memori buatan yang saya tanamkan di otak kamu."

Nova menatap Dr. Aziel dengan tatapan dingin, senyum tipis masih menghiasi wajahnya. Namun, satu hal yang ia coba sembunyikan, rasa sakit pada dada hingga rasanya ingin meneteskan air mata.

"Aku bukan manusia buatan, aku ..., sama dengan manusia pada umumnya, cuma dari dalam kandungan aku udah dikasih formula-formula gila yang Papa buat." Suaranya bergetar sebentar, tapi segera ia kembali tenang. "Dan itu juga yang bikin mama meninggal, yang bikin mama Zyron dan Kael juga meninggal, bahkan semua mama yang melahirkan Nova Human itu."

Laughter in the Chaos - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang