Bab 24

23 8 0
                                    

Mungkin, kata mereka mustahil kisah cinta satu malam. Mungkin, kata mereka kisah ini hanya akan menggantung tanpa akhir yang menyenangkan.

Padahal, mereka berdua baru saja memulai. Padahal, mereka berdua baru saja menjajakan perasaan yang terkubur beberapa tahun belakangan.

Dulunya, Diasa mencoba mengalihkan perasaanya dengan kesibukan. Sedangkan Zenandra menjadi manusia yang dihinggapi kisah asmara romansa. Diasa dengan dunianya, Zenandra dengan kisah kasih kaum muda.

.
.
.

Diasa menggeser duduknya ke arah belakang, dimana ia memberikan jarak beberapa meter agar kakinya tak kesemutan.

Sayangnya, motor Zenandra ini bukan motor matic, melainkan motor manual yang tiap harinya ia rawat seperti anak sendiri.

Jadi, Diasa daritadi merasakan licinnya jok yang ia duduki. "Mas, lunyu men samean kei opo iki?" (Mas, licin banget kamu kasih apa ini?)

Zenandra menolehkan kepalanya sekilas, tak menjawab hanya tertawa.

Setelah tertawanya reda, Zenandra membuka suara "iku artine awakmu gak oleh adoh-adoh Dis" (itu artinya kamu gak dibolehin jauh-jauh Dis)

Diasa memberengut "apane? Iki ae sak meteran gak sampe" (apanya? Ini aja satu meteran gak nyampe) memang benar apa yang dikatakan Diasa. Ia, hanya memundurkan dirinya sejengkal tangannya.

Diasa menghembuskan nafasnya panjang, berbicara dengan seorang Zenandra sepertinya percuma. Toh, beberapa menit lagi ia akan kembali ke rumah.

.
.
.

Menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, memejamkan mata ketika ada kendaraan Truck besar yang lewat di samping kirinya. Duh, berapa menit lagi ia akan sampai ke rumah.

"Iku idamanmu kan?" (Itu idamanmu kan?) Diasa mengernyit keheranan, ini sudah ada di daerah surabaya selatan. Sedangkan, Zenandra dari tadi hanya diam, dan baru kali ini ia membuka suaranya kembali.

Zenandra menunjuk dengan menggunakan Gesture tubuhnya, yang sudah Diasa hafal di luar kepala.

Ternyata, Zenandra menunjuk sebuah truck TNI yang di dalamnya terdapat Abdi negara.

Diasa menatap objek yang Zenandra tunjuk sambil tertawa. "Genna ae. Masio idaman e uwong-uwong aku gak gelem" (yang bener aja. Meskipun idamannya orang-orang aku gak mau)

Meskipun, Manusia sering menjilat ludahnya sendiri. Tapi, Diasa tetap konsisten bahwa abdi negara tidak akan pernah memasuki kriteria pasangan idamannya. Meskipun nyatanya, mereka juga tidak akan mau dengan Diasa.

"Halah, bujuk-an! Ngono iku seng disenengi uwong-uwong. Kok malah awakmu gak gelem blas." (Halah, bohong! Gitu itu yang disukain orang-orang. Kok malah kamu gak mau sama sekali) Jangan salah. Meskipun Zenandra fokus mengendarai motor tuanya. Nyatanya, masalah mengejek Diasa masih ia lakukan sampai saat ini.

Sepanjang jalan Surabaya-Mojokerto, bahkan kembali ke Mojokerto-Surabaya. Zenandra adalah sosok menyebalkan ketiga setelah kakak sepupu laki-lakinya.

Karena yang kedua adalah Mas Bilal yang tentu saja sering membuat Diasa darah tinggi dengan tingkah lakunya.

"Loh ancen iyo kok. Aku ancen gak seneng uwong ngunu iku Mas. Mendingan seng biasa-biasa ae" (loh emang iya kok. Aku emang gak suka sama orang kayak gitu Mas. Mendingan yang biasa-biasa aja) Diasa tak gila seragam, meskipun ia sering kali di DM melalui instagram pribadinya. Tetap saja, ia tidak akan tergoda.

"Terus gelem e karo sopo Dis? Iku wes terjamin loh Dis masa depanmu." (Terus maunya sama siapa Dis? Itu udah terjamin loh Dis masa depanmu) Zenandra memaparkan kenyataannya, memang semua Abdi negara memang sudah dijamin kehidupannya.

A glimpse of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang