Episode 6

16 7 3
                                    

GENRE : FANTASI | PETUALANGAN

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat fajar menyingsing, aku tak sabar menantikan hari ini. Ada begitu banyak cerita yang ingin kubagikan kepada Gaffi dan Relia tentang kejadian kemarin. Namun, pagi itu aku terjebak dalam kesibukan yang tak terduga. Pertemuan OSIS bersama pembina telah dijadwalkan, membahas rencana besar untuk mengadakan turnamen olahraga di sekolah kami. Semua anggota OSIS, termasuk aku, harus terlibat penuh sebagai panitia.

Setelah pertemuan selesai, aku bergegas kembali ke kelas. Saat itu, mata pelajaran keenam dan ketujuh adalah kimia. Pak Budi, dengan kemeja putihnya yang rapi dan senyum ramah, berdiri di depan kelas, menjelaskan materi ikatan kimia.

"Baiklah, anak-anak," kata Pak Budi dengan suara tenang namun penuh wibawa, "hari ini kita akan membahas ikatan kimia. Siapa yang bisa memberi contoh ikatan ionik?"

Tangan Gaffi langsung terangkat. "Garam dapur, Pak!"

"Betul sekali, Gaffi," jawab Pak Budi sambil tersenyum. "Garam dapur atau natrium klorida adalah contoh ikatan ionik. Bagaimana dengan ikatan kovalen? Ada yang tahu?"

Aku melihat sekeliling kelas, dan akhirnya mengangkat tangan. "Air, Pak. H2O."

"Hebat, benar sekali," kata Pak Budi sambil mengangguk. "Air adalah contoh ikatan kovalen. Molekul-molekul air saling berbagi elektron."

Pak Budi kemudian berjalan ke papan tulis, menggambar diagram molekul air. "Lihatlah, ini adalah bagaimana atom hidrogen dan oksigen berbagi elektron."

Kami semua memperhatikan dengan seksama, beberapa dari kami mencatat dengan cepat. Pak Budi melanjutkan penjelasannya dengan penuh semangat, tangannya sesekali bergerak untuk menggambar diagram lain, membuat konsep yang rumit menjadi lebih mudah dipahami.

"Apakah ada yang punya pertanyaan?" tanya Pak Budi setelah selesai menjelaskan.

Tangan Gaffi terangkat. "Pak, kenapa ikatan kovalen lebih kuat daripada ikatan ionik?"

Pak Budi tersenyum. "Pertanyaan yang bagus, Gaffi. Sebenarnya, kekuatan ikatan tergantung pada konteksnya. Ikatan kovalen bisa sangat kuat karena atom-atom berbagi elektron dengan sangat erat. Namun, dalam beberapa kondisi, ikatan ionik juga bisa sangat kuat. Kita akan membahas lebih lanjut tentang ini di pertemuan berikutnya."

Akhirnya, bel istirahat siang terdengar nyaring, menandakan kebebasan sementara bagi kami semua. Murid-murid di kelas segera berhamburan keluar, beberapa menuju kantin, sementara yang lain memilih tetap di kelas atau di luar kelas. Aku melihat ke arah Gaffi dan Relia, lalu mengajak mereka untuk mengobrol di bawah pohon besar dekat kelas kami. Di sana, terdapat meja dan kursi yang nyaman untuk duduk bersantai. Banyak murid lain juga berkumpul di sana, menikmati waktu istirahat mereka.

"Hei, Gaffi, Relia, ayo kita ke pohon besar itu sebentar saja, ada yang mau aku omongin," ajakku sambil mengemas buku-buku.

"Ada apa memangnya Arlo?" jawab Gaffi sambil penasaran.

Relia mengangguk penasaran. "kenapa memangnya !, sebentar saja ya, aku belum makan nih."

" iya sebentar saja ko! " ujarku tersenyum kecil.

Kami bertiga berjalan menuju pohon besar itu. Sesampainya di sana, kami duduk di kursi yang tersedia. Angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin nyaman.

"Jadi, apa yang ingin kamu ceritakan tadi?" tanya Gaffi dengan penasaran.

Aku tersenyum, mengingat kejadian kemarin. "Kalian tidak akan percaya apa yang terjadi kemarin. Aku bertemu dengan seseorang yang sangat menarik..."

Relia menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya berbinar. " Menarik, apa yang memangnya kamu temui kemarin ?"

"Kemarin, aku baru saja bertemu seorang kakek bernama Kakek Fung! Kamu tahu, dia sangat baik dan ramah sekali. Rumahnya juga sangat klasik, dan satu hal lagi yang akan membuat tugas kita lebih mudah, ternyata beliau punya budidaya jamur tiram!" kataku dengan penuh semangat, mataku berbinar-binar.

"Jamur tiram?" Relia mengerutkan dahi, tampak tertarik. "Menarik! Di mana kakek itu membudidayakannya? Apakah di dalam rumahnya?"

"Iya, di ruangan belakang rumahnya. Di rumah itu dia tinggal sendirian karena anak-anaknya pergi merantau ke kota. Kemarin, Kakek Fung dengan sangat ramah menjelaskan cara budidayanya dan semua hal menarik tentang jamur. Kita bisa belajar banyak! Aku berpikir mungkin kita bisa mengunjungi rumahnya untuk mengerjakan tugas biologi yang diberikan Ibu Nia," ucapku, berharap mereka juga bersemangat.

"Wah, itu ide bagus!" Gaffi menyetujui, terlihat antusias. "Dengan mendatangi Kakek Fung, pasti akan memberi kemudahan dalam mengerjakan tugas."

"Iya! Kakek Fung pasti senang melihat kita di sana," ucapku bersemangat.

"Kapan kita mau pergi?" tanya Relia.

"Bagaimana kalau besok sore setelah sekolah?" tawarku. "Kita bisa membantu Kakek Fung dan sekaligus belajar."

"Itu terdengar menyenangkan!" Gaffi setuju, matanya berbinar. "Aku ingin melihat bagaimana jamur itu tumbuh."

"Dan kita bisa mengerjakan tugas biologi dengan cepat!" Relia menambahkan, wajahnya bersemangat.

"Jadi, kita sepakat? Besok sore kita berkunjung ke rumah Kakek Fung?" tanyaku memastikan.

"Iya, boleh saja!" jawab Gaffi.

"Iya, aku bisa ikut besok!" Relia menambahkan dengan kompak, membuatku merasa senang.

Hari itu sibuk seperti biasa. Setelah bel sekolah berbunyi, aku harus segera menuju pertemuan OSIS lagi. Pertemuan berlangsung cukup lama, membahas berbagai persiapan untuk acara mendatang. Setelahnya, aku langsung bergabung dengan tim futsal sekolah untuk latihan. Rian dan Dika juga sudah ada di sana, siap dengan seragam olahraga mereka.

Langit mulai berubah warna, dari biru cerah menjadi jingga keemasan. Sore hari di sekolah selalu memiliki pesona tersendiri. Cahaya matahari yang mulai meredup memancarkan sinar lembut, menciptakan bayangan panjang di lapangan futsal. Angin sepoi-sepoi membawa aroma rumput yang segar, menambah suasana tenang dan damai.

Kami berlatih dengan semangat, bola futsal bergerak cepat dari satu pemain ke pemain lain. Tawa dan canda sesekali terdengar, menambah keceriaan sore itu. Di kejauhan, beberapa murid lain masih terlihat di sekitar sekolah, menikmati waktu mereka sebelum pulang.

Saat latihan berakhir, langit sudah mulai gelap. Warna jingga berubah menjadi merah tua, menandakan malam akan segera tiba. Kami semua merasa lelah namun puas, siap untuk menghadapi hari berikutnya dengan semangat baru.

-Knight in the fungus world-

|JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN|

MOHON UNTUK MEMBERIKAN KRITIK DAN SARAN TERHADAP TULISAN SAYA.

Knights in the fungus worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang